Chapter 09

53 14 1
                                    

"Syukurlah kau kembali. Aku takut jika sesuatu terjadi padamu. Lalu bagaimana dengan vampir nya? Kau berhasil menghindari mereka?"

Haewon tidak merespon, membuat Yuna melepaskan pelukannya. Ia merasa ada yang aneh dengan roommate nya.

"K-kau baik-baik saja?" Yuna mulai takut melihat tatapan kosong Haewon. Gadis itu seperti telah melihat sesuatu yang membuat mental terguncang.

"Pembohong. Dia pembohong." lirihnya.

"Siapa yang pembohong?"

"Taehyun! Dia pembohong. Ternyata ayahnya lah penyebab ini semua."

"Apa?! Maksudmu Taehyun vampir?" Yuna terkejut bukan main. Haewon pun mengangguk lemah sebagai jawaban.

"Apa sebelumnya kau tahu kalau Taehyun vampir?"

"Hm, ya, aku sudah tahu tentang itu. Tapi aku salah menilainya. Aku kira dia berbeda dari vampir lain tapi ternyata sama saja."

•••

"Kau pikir aku akan mempercayai omong kosongmu? Aku tidak akan percaya sebelum menanyakannya langsung ke Taehyun."

"Tunggu, mau kemana?" Sangwon mengekor dibelakang Haewon.

"Ke minimarket. Persediaan makanan kami sudah menipis. Kami akan mati kelaparan jika tidak makan."

"Oh..."

Haewon berusaha keras mengabaikan Sangwon yang terus mengikutinya. "Apa kau tidak ada kerjaan lain selain mengikutiku?"

"Seharusnya kau berterimakasih padaku yang sudah baik hati menemanimu. Karena aku mereka tidak berani mendekat." ucap Sangwon seraya menunjuk para vampir diseberang jalan yang tengah menatap lapar.

Sesampainya di minimarket Haewon bergegas mencari troli dan memasukkan persediaan makanan ke sana. Bukan hanya itu, ia juga memasukkan obat-obatan dan kebutuhan lainnya ke troli.

"Santai saja tidak perlu buru-buru. Lagipula ini semua gratis untukmu."

"Diamlah." ketus Haewon. Ia masih belum mempercayai Sangwon apalagi tadi ia menuduh Taehyun yang tidak-tidak.

Omong-omong keadaan di minimarket sangat berantakan. Banyak makanan dan minuman yang berceceran di lantai. Meja kasir juga sudah tidak berbentuk.

Haewon sudah selesai dengan urusannya, ia hendak kembali ke asrama sebelum siluet seseorang membuatnya berhenti.

Matanya menyipit memastikan jika punggung tegap itu adalah milik seseorang yang akhir-akhir ini selalu memenuhi pikirannya.

"Taehyun??? Taehyun!!!!" Haewon berlari ke seberang jalan tanpa mempedulikan teriakan Sangwon. Bahkan ia berlarian tanpa mempedulikan gerombolan vampir yang menatapnya lapar.

"Taehyu—" Tenggorokan Haewon serasa tercekat. Ia masih tidak mempercayai pemandangan didepannya.

"Aku bisa jelaskan."

Haewon memundurkan langkah kebelakang dengan raut wajah marah dan kecewa. "Berhenti atau aku benar-benar akan membencimu!" teriaknya waktu Taehyun berusaha mendekati.

"Kau salah paham dengan apa yang barusan kau lihat. Manusia ini sedari awal sudah mati. Aku hanya berniat memeriksa apakah dia masih dapat diselamatkan atau tidak."

"B-benarkah?" Haewon berusaha mempercayai penjelasan Taehyun.

"Jangan tertipu olehnya. Anak dari pimpinan kaum vampir memang pintar memutarbalikkan fakta." Kehadiran Sangwon membuat suasana memanas.

"Lagi-lagi kau. Apa kau masih belum puas mencampuri urusanku?"

Sangwon menghendikkan bahunya. "Aku hanya ingin membantu melepaskan gadis ini dari tipu dayamu."

"Kali ini kau sudah keterlaluan."

"Ah bagaimana ini aku takut sekali— Haha bercanda. Meski kau anak pimpinan vampir aku tidak akan takut." ejeknya.

"Apa benar ayahmu yang menyebabkan kekacauan ini semua seperti yang dikatakan Sangwon?" tanya Haewon sembari menyentuh lengan Taehyun.

"Haewon, aku—"

"Jawab!" Haewon menatap nyalang Taehyun. "Tolong jawab aku hiks." Gadis itu memukuli dada Taehyun.

•••

Haewon masih betah berdiam diri di kamar. Perasaannya campur aduk. Ia marah dan kecewa setelah mengetahui ayah Taehyun lah yang membuat kota ini kacau, tapi disisi lain perasaan rindunya sedikit terobati selepas bertemu Taehyun.

Tok tok tok

Terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar. Haewon menduga pasti Yuna lah yang mengetuk.

"Aku sudah selesai menyiapkan makan malam, sebaiknya kau keluar." ucap Yuna dari balik pintu. Haewon pun menghela nafas. Dengan lesu ia bangkit dari ranjang.

"Err— kau terlihat sedikit kacau." ucap Yuna. "Meski begitu kau harus tetap makan."

"Aku tidak nafsu makan."

Yuna buru-buru menahan pintu yang hendak ditutup. "Apa kau tega membuatku memakan dua mangkuk ramyeon? Ayolah setidaknya makanlah sedikit."

Melihat wajah memelas Yuna akhirnya membuat Haewon terpaksa menuruti permintaan roommate nya. Yuna tersenyum cerah dan menuntunnya ke meja makan.

Keduanya pun selesai menyantap ramyeon. Haewon bangkit dari duduknya seraya membawa semua peralatan makan ke wastafel yang terletak di dapur.

Gadis itu menghentikan langkah dan memandang nanar. Tempat ini membuatnya mengingat momen saat ia dan Taehyun memasak bersama. Hati kecilnya tersentuh, ia tidak munafik ingin merasakan lagi momen tersebut.

"Aku rindu."

Tbc.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Day and NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang