Chapter 06

74 25 0
                                    

Entah sudah berapa kali Haewon menghela nafas bosan, hampir satu jam lamanya ia menunggu di perpustakaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah sudah berapa kali Haewon menghela nafas bosan, hampir satu jam lamanya ia menunggu di perpustakaan.

Tak lama kemudian ponselnya bergetar menandakan ada pesan masuk. Matanya menyipit tidak suka, pasalnya mereka seenaknya mengganti tempat yang seharusnya di perpustakaan berubah menjadi cafe dekat kampus yang tidak lain dan tidak bukan adalah cafe tempat Haewon bekerja paruh waktu.

Haewon memasuki cafe dengan bersungut-sungut, sesampainya di sana ia bertemu salah satu pekerja yang dikenalnya. "Bukankah shift mu nanti malam?"

"Yaa benar, namun aku kemari bukan untuk kerja, tapi mengerjakan tugas."

Haewon mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru cafe. Ketemu, itu mereka.

"Halo Haew—"

"Seenak jidat mengganti tempat berkumpul. Apa kalian tidak tahu aku sudah menunggu lama di sana?"

"M-maaf aku mengatakannya secara mendadak."

Haewon merotasikan bola mata malas. Tidak ada manfaatnya juga ia marah-marah jika semua sudah berlalu. Haewon lantas mengeluarkan laptop, buku, dan jurnal, sementara anggota lain terlihat bertatapan satu sama lain, mungkin mereka tidak mengira Haewon akan semarah ini.

"Aku akan mengerjakan ini sendiri jika kalian masih tetap diam, tapi dengan catatan nama kalian tidak kutulis di sini."

Seeun, salah satu dari mereka angkat bicara. "Jangan seperti itu Haewon. Tentu saja kami akan mengerjakannya. Benar kan, Dayeon?"

"Ya, tentu saja. Oh ya, karena aku membawa laptop biarkan aku yang mengetik." sahut gadis bernama Dayeon.

Mereka mulai mengerjakan tugas kelompok. Omong-omong Haewon dan mereka tidak terlalu akrab karena Haewon sudah terbiasa bersama Lily. Ya itu dulu sebelum Lily pindah, sekarang ia terbiasa menyendiri.

"Bukankah setiap kelompok ada empat anggota? Dimana anggota yang satunya?" tanya Haewon menyadari.

"Benar juga, aku baru sadar jika anggota kita kurang satu. Apa kalian tahu siapa nama anggota yang belum datang?"

"Sangwon." sahut Dayeon tanpa melepas pandang dari layar laptop.

Sangwon? Haewon benar-benar tidak tahu dia yang mana atau seperti apa wajahnya karena pada dasarnya ia tidak terlalu akrab dengan teman sekelas.

"Sangwon si most wanted seantero kampus? Wahhh aku tidak menyangka akan satu kelompok dengannya. Bagaimana ini??? Apa pakaianku keren? Apa riasanku sudah bagus?" Seeun mendadak heboh sendiri, Haewon pun tersenyum tipis melihat Seeun mengguncang bahu Dayeon untuk memastikan ia terlihat menarik dihadapan Sangwon.

"Itu dia! Astaga Sangwon sangat tampan." pekik Seeun. Haewon tidak tertarik, justru jurnal dihadapannya ini jauh lebih menarik untuk dibaca.

"Maaf terlambat, ada sesuatu yang lebih penting untuk dikerjakan."

"Tidak masalah yang penting kau sudah datang kemari." sahut Dayeon.

"Jadi maksudmu mengerjakan tugas kelompok tidak penting? Maaf, lupakan." Haewon merutuki mulutnya yang asal ceplos, sekarang ia merasa canggung karena semuanya menjadi diam.

"Sekali lagi maaf, tolong lupakan apa yang baru saja aku katakan."

•••

"Haewon, namamu Haewon kan?"

Dahinya mengernyit tidak suka saat Sangwon sok akrab padanya. "Kau membuntutiku?"

"Tidak, bukan seperti itu, aku juga tinggal di asrama jadi tentu saja kita searah."

"Hm, begitu. Baiklah sepertinya kita harus berpisah, sampai jumpa." ucapnya seraya menekan tombol lift.

Lagi-lagi Sangwon membuatnya jengah. Pria itu menahan pintu lift yang hendak menutup. "Hei tunggu, aku juga akan menaiki lift ini."

Pintu lift menutup, Haewon melipat tangannya di dada sembari melihat angka yang bergerak. Angka bergerak itu menunjukkan lantai. Tak lama suara dentingan membuat pintu terbuka, dua pemuda memasuki lift membuat posisi Haewon tersudut.

Salah satu dari pemuda itu memandangi Haewon dari atas hingga bawah. Tentu saja perbuatannya membuat risih. Haewon masih bersikap abai hingga pemuda itu mencekal tangannya. Ia menjadi berkeringat dingin bukan karena pemuda itu mencekal tangannya, namun karena pemuda itu memperlihatkan gigi taring serta mata merahnya.

Haewon mendorong vampir yang mencoba menggigit lehernya. Ia menekan tombol lift berulang-kali namun pintu tidak juga terbuka.

"Hentikan." Suara Sangwon membuat mereka menghentikan aksinya.

"Kenapa bos?"

"Dia milikku."

Tubuh Haewon bergetar sempurna ketika Sangwon berjalan ke arahnya. Wajah Sangwon begitu angkuh memandangnya "Kau berhutang nyawa padaku."

Lift terbuka, secepat kilat Haewon melarikan diri dari para vampir gila. Tubuhnya merosot kebawah seusai menutup rapat pintu, ia ketakutan.

Tok tok tok

Sebuah ketukan pintu membuatnya lebih waspada. Dengan takut-takut Haewon melihat melalui lubang khusus. Matanya menjadi berair, secepat kilat ia membuka pintu dan menerjangnya.

"Eh?" Taehyun keheranan melihat tingkah Haewon yang tidak seperti biasa, gadis itu menangis di dada Taehyun. Haewon tidak ingin terlihat cengeng dihadapan Taehyun, namun pertahanannya telah runtuh.

Tbc.

Day and NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang