Chapter 03

92 25 2
                                    

Vampir, makhluk fiksi yang sering diceritakan ke dalam buku maupun film

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vampir, makhluk fiksi yang sering diceritakan ke dalam buku maupun film.

Awalnya Haewon termasuk golongan orang yang menganggap vampir sebatas karakter fiksi dan khayalan belaka. Tapi semua itu sirna setelah mengalami kejadian yang membuatnya mau tidak mau mempercayai eksistensi para makhluk penghisap darah.

Mau menyangkal berkali-kalipun kejadian barusan akan selalu tertanam oleh pikirannya. Dan lebih gilanya ia sedang berjalan beriringan bersama makhluk yang katanya haus darah itu.

"Jadi kalian nyata?" Haewon memberanikan diri untuk mengawali percakapan ditengah keheningan.

"Hm, seperti yang kau lihat."

"Sejak kapan kalian hidup berdampingan bersama kami? Lalu kenapa kalian tidak terang-terangan menunjukkan keberadaan kalian?"

Ah, sepertinya ia terlalu banyak bertanya. Taehyun hanya diam dan seperti enggan untuk menjawab.

"Sudah sejak lama kaum vampir hidup berdampingan dengan manusia. Kaum kami sengaja hidup bersembunyi dari kalian karena jumlah populasi kami semakin sedikit sejak ada perburuan vampir berabad-abad lalu."

Haewon sendiri pernah mendengar perburuan vampir yang dilakukan berabad-abad lalu melalui artikel di internet, namun ia tidak menyangka bahwa perburuan itu benar adanya.

Mereka berbincang lama hingga ia tidak menyadari mereka sudah tiba didepan asrama. Mau tidak mau mereka harus berpisah.

"Ingat baik-baik ucapanku. Kau tidak boleh berada di area kampus jika sudah pukul sembilan malam. Dan kau harus pergi sebelum suara lonceng berbunyi karena pada saat itu kaum vampir akan memenuhi tempat itu."

Akhirnya Haewon mendapat jawaban dari pertanyaan yang sedari tadi berputar-putar di kepalanya.

"Tunggu!" Ia menahan lengan si pemuda, hal ini membuat sepasang netra mereka bertemu.

"Namaku Haewon, terimakasih sudah menolong."

•••

Mereka berdua memang baru dua kali bertemu, namun entah kenapa ia merindukan Taehyun. Dadanya bergejolak ingin bertemu dengan sosok vampir yang menurutnya berbeda dari vampir kebanyakan.

"Fokuslah pada patty mu."

Haewon sedikit terkejut kala manajer cafe menegur. Buru-buru ia meminta maaf dan kembali fokus memanggang daging burger sebelum menjadi gosong.

Omong-omong ia sudah satu tahun bekerja paruh waktu di cafe yang letaknya tak jauh dari area kampus dan asrama. Area yang dekat ini membuatnya tidak perlu merogoh kocek lebih untuk biaya transportasi.

Meski berasal dari keluarga kaya, Haewon lebih menyukai hidup sederhana. Kartu debit pemberian ayahnya tidak pernah ia gunakan. Mungkin ia akan menggunakannya jika sedang dalam keadaan mendesak.

"Besok mau bertukar shift denganku? Aku mendapat shift malam tapi besok orang tuaku yang datang jauh dari Busan berkunjung kemari." Mana mungkin Haewon tega untuk menolak. Alhasil ia mau bertukar shift dengannya menjadi shift malam. Lagipula kelasnya selalu berakhir sebelum sore hari tiba.

"Terimakasih, kau yang terbaik." ucapnya sambil mengacungkan jempol. Haewon tertawa sekilas dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

Pekerjaannya hari ini telah usai. Haewon mengambil mantel dan bergegas pulang, namun sebelum itu ia mengucapkan selamat malam kepada para pekerja lain.

Haewon berjalan di trotoar seorang diri. Sambil berjalan ia memandang kawasan depan universitas. Terlihat sunyi dan tidak terjamah meski diluar sini terdengar suara hiruk pikuk jalanan.

Dirinya yakin pasti para vampir sedang melakukan kegiatan belajar mengajar. Membayangkan saja membuatnya cukup terhibur. Ia bahkan baru tahu ternyata para vampir juga belajar seperti manusia.

Matanya menyipit dan memastikan orang yang baru saja keluar dari pintu. Bukankah itu Taehyun? Ia hendak menghampiri namun diurungkan niat setelah mengingat apa yang kemarin Taehyun sampaikan kepadanya.

Haewon tidak ingin merepotkan lagi jika semisal ada vampir lain yang ingin menyerang seperti tempo hari. Membayangkan saja membuat nyalinya menciut.

•••

Besok malamnya Haewon benar-benar menggantikan shift malam yang seharusnya bukan miliknya. Tapi tidak masalah, lagipula malam ini ia tidak ada kegiatan lain.

"Aku harus ke suatu tempat. Kau tidak masalah kan ku tinggal sendiri? Lagipula cafe sudah sepi pelanggan." Haewon mengangguk dan menyanggupi menjaga cafe ini sendiri sementara manajer cafe pergi.

"Jika pukul sepuluh aku belum kembali kau bisa menutup cafe ini lebih dulu." Seusai mengucapkan itu manajer cafe beranjak pergi dan meninggalkan Haewon seorang diri disini bersama satu pelanggan yang fokus menyesap coklat panasnya.

"Nona..."

Haewon dalam mode waspada karena hanya mereka berdua disini. "Ya? Ada yang bisa saya bantu?"

"Aku tidak bisa merasakan minuman ini. Kau bisa membantuku?" Haewon semakin curiga karena jelas-jelas ia sudah menakar minuman dengan tepat.

"Jawab aku cepat!!!!" Pelanggan itu berubah menjadi tidak sabaran. Haewon semakin terkejut ketika mata si pelanggan berubah menjadi merah menyalang dengan gigi taring yang menyembul.

Vampir!

"Tu-tuan.... Tolong jangan sakiti aku."

"Darah.... Aku butuh darah...."

Panik! Dirinya panik melihat vampir berjalan mendekatinya. Secara spontan ia meraih gunting yang terletak di meja kasir.

"Jangan mendekat!!!" Haewon berteriak keras, namun vampir itu malah tertawa remeh. Mungkin dia menyadari bahwa usahanya hanya sia-sia.

Vampir itu tak gentar mendekatinya. Tubuh Haewon bergetar sempurna, ia takut setengah mati.

Buagh!

Vampir itu terhempas ke sembarang arah setelah hantaman keras mengenainya. Ia dapat melihat sosok lain berjalan mendekat.

"Kemarilah. Cepat!"

Tbc.

Day and NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang