Hari ini Renjun bersiap menyambut bos barunya. Satu bulan yang lalu dia sudah diinfokan akan bekerja di bawah Direktur muda - anak dari pemilik perusahaan tempat Ia bekerja. Ia dengar dia tak jauh usianya dengannya. Sehingga Presiden Direktur sendiri yang meminta Renjun menjadi sekretaris untuk putranya. Mungkin dengan perbedaan usia yang tipis bisa membuat keduanya bekerjasama dengan mudah.
Renjun hanya menurut. Dia tak ada hak untuk menolak. Walaupun selama menjadi sekretaris Presiden Direktur merasa baik. Semoga anaknya pun akan memperlakukannya dengan baik. Bukankah buah jatuh tak jauh dari pohonnya?
Merasa seperti baru masuk bekerja pertama saja. Renjun sangat gugup.
Suara derap langkahpun terdengar dan pintu terbuka perlahan. Renjun siap menyambut kedatangannya dengan senyuman.
"Selamat pagi Direktur Lee. Saya Huang Renjun yang akan menjadi Sekretaris anda selama bekerja di sini." ucap Renjun dengan sopan.
"Hmm." hanya sebuah ucapan ringan keluar dari mulut Direktur Lee. Lalu beliau masuk ke dalam kantornya untuk melihat-lihat. Renjun mengikutinya di belakang.
"Apa anda butuh sesuatu?"
"Ruanganku lumayan bagus juga. Tapi aku kurang suka tata letaknya. Besok aku mau posisi mejaku dan sofa ini di ganti."
Alih-alih menjawab pertanyaan Renjun, Direktur Lee malah mengomentari kantornya yang Ia rasa dia tak menyukainya. Renjunpun bingung. Tapi dia hanya bisa menjawab untuk menurutinya.
"Baik Direktur Lee. Nanti saya akan menyuruh orang memperbaiki tata letak perabotan yang ada di sini. Apa anda punya rekomendasi ingin seperti apa?"
"Kau saja yang atur. Aku tak ada waktu. Hari pertama kerja. Presiden Direktur sudah memberikanku banyak pekerjaan."
"Baiklah kalau begitu. Jika anda butuh sesuatu saya ada di luar. Saya pamit. Selamat bekerja Direktur Lee."
.
Hari pertama bekerja dengan atasan baru, Renjun langsung lembur. Setelah Direktur Lee pulang. Renjun langsung meminta bantuan OB untuk menata ruangan itu kembali. Sekitar 1 jam Renjun memantau pekerjaan mereka. Diapun telat pulang ke rumah karena hal ini.
Semoga Direktur Lee menyukai ruangan barunya.
.
"Noona pulang." ucap Renjun kala masuk ke dalam rumahnya.
"Noona, Jisungie lapar."
"Lele juga noona."
Ucap adik-adik Renjun dengan manja ketika kakaknya pulang. Renjun lelah tentu saja. Tapi dia tetap bisa tersenyum kala melihat adik-adiknya yang sudah SMA tapi masih sangat manja.
"Ne, noona masak sebentar ya. Kalian sudah mengerjakan PR?"
"Sudah dari tadi. Kenapa noona lama sekali pulangnya?" Chenle atau Lele adik pertama Renjun yang bertanya.
"Noona tadi ada pekerjaan tambahan. Jadi pulang telat."
"Noona pasti lelah. Setelah makan biarkan Jisungie pijitin bahu noona. Bagaimana?" ini adik Renjun yang kedua. Bernama Jisung. Hanya berbeda 1 tahun dengan Chenle. Tapi mereka sekolahnya di kelas yang sama. Karena Renjun mendaftarkan mereka berdua sekolah bersamaan.
"Aigo, gomawo Jisungie."
"Lele yang akan cuci piringnya. Noona tidak usah khawatir ya."
Renjun tersenyum dengan hangat. Walau hanya bertiga mereka tinggal di rumah kecil ini. Setelah orangtuanya meninggal saat Chenle dan Jisung masih SMP. Renjun kala itu sudah memasuki usia Kuliah. Renjun menggantikan peran kedua orangtuanya untuk adik-adiknya. Dia mulai bekerja untuk membiayai uang kuliah, sekolah adiknya dan biaya sehari-hari mereka.