Renjun membelikan hot americano pagi ini untuk Direktur Lee. Direkturnya tidak meminta dibelikan, hanya saja Renjun ingin menggantikan kemarin lusa saat di traktir makan siang.
Renjunpun menaruh hot americano itu di atas meja Direktur Lee. Direktur Lee belum datang. Sambil menata sedikit membersihkan mejanya juga.
Renjun menyapa atasannya di kala melangkah hampir mencapai meja kerja Renjun. "Selamat pagi Direktur Lee." Sapa Renjun sembari membungkukkan badannya memberi hormat. Jeno hanya mengganggukkan kepalanya sedikit untuk membalasnya lalu masuk ke ruangannya. Jeno mencium aroma kopi karena ruangan ini AC nya juga sudah dinyalakan. Sehingga saat membuka pintu aroma kopi menguar ke indera penciumannya. Jeno mengernyitkan dahinya. Tumben sudah ada kopi padahal dia belum meminta.
Jeno tidak langsung meminumnya. Dia ragu. Tapi ini kopi cup-nya dari cafe seberang kantor. Dia juga biasa membeli kopi di sana menyuruh sekretarisnya. Akhirnya dia menelpon sekretarisnya untuk masuk ke ruangannya.
"Ne, ada yang bisa saya bantu Direktur Lee?" Tanya Renjun kala sudah berada di hadapan atasannya.
"Aku tidak memesan ini." Sambil menunjuk ke arah kopi di atas mejanya.
"Maaf Direktur Lee, saya membelikan itu untuk anda. Sebagai ucapan terima kasih karena sudah membelikan makan siang waktu itu." Ucap Renjun menjelaskan. Jeno tertawa ringan.
Seolah mengerti Jeno hanya menganggukkan kepalanya saja dan menyuruh Renjun melanjutkan pekerjaannya.
"Oh ya, apa tidak ada pakaian lain lagi yang bisa kamu kenakan?" Renjun yang akan membuka pintu untuk keluar dari ruangan terdiam sejenak dan membalikan badan menatap atasannya itu.
"Maaf. Saya permisi." Ucap Renjun tanpa menjawab pertanyaan atasannya itu. Karena dia bingung harus menjawab bagaimana.
"Bukankah baru saja mendapat gaji? Kenapa tidak membeli pakaian baru." Gumam Jeno setelah Renjun pergi dari ruangannya. "Ah, apa perduliku terhadapnya. Hanya kurang suka saja dengan penampilannya yang itu-itu saja." Gumamnya sendiri.
Menurut Jeno tak menarik sama sekali pemampilan sekretarisnya itu membosankan. Walau sebenarnya jika dilihat-lihat, Renjun itu cantik dan manis akan lebih menarik lagi jika bisa berdandan dalam berpakaian akan terlihat sangat cantik menurutnya.
.
Jeno baru datang dari dinas keluar ada pertemuan dengan client untuk menandatangi kerjasama. Renjun tidak ikut. Renjun menyapa Jeno kala atasannya itu muncul di hadapannya.
"Kamu harus bersiap. Malam ini kita harus menghadiri jamuan makan malam dari Tuan Robert." Ucap Jeno pada Renjun. Biasanya pertemuan seperti itu Renjun tidak pernah menemani Presdir dulu. Presdir akan menyuruhnya pulang seperti biasa dan beliau akan hadir dengan istrinya.
Renjun nampak bingung dan segera mengikuti atasannya masuk ke dalam ruangan.
"Maaf Direktur Lee, biasanya saya tidak pernah menemani Presdir jika ada acara jamuan seperti itu." Ucap Renjun menjelaskan.
"Lalu?" Ucap Jeno saat sudah duduk di kursi kebesarannya.
"Apa saya juga harus hadir? Saya rasa anda bisa hadir dengan yang lain." Ucap Renjun hati-hati.
"Maksudmu bagaimana? Kan kamu itu sekretaris aku tentu saja kamu harus menemaniku pergi." Ucap Jeno menatap sekretarisnya yang berdiri di depan meja kerjanya.
"Tapi.." Renjun nampak ragu.
"Tidak ada tapi-tapian. Aku sedang menyuruh orang rumah untuk membawakan pakaian ganti kemari. Karena sudah tidak ada waktu jika pulang dulu." Ucap Jeno. Renjun nampak bingung dan memainkan jarinya. Dia bahkan enggan untuk pergi dari tempat itu. Masih setia berdiri di hadapan Jeno.