Karena Renjun menjanjikan adik-adiknya membeli sepatu baru. Renjun berusaha untuk berhemat sehingga gaji bulan ini masih bisa ada sisa untuk menambah biaya membeli sepatu adik-adiknya.
Renjun tak seperti pegawai lain yang sering meluangkan waktu istirahatnya pergi ke cafe sekitar kantor untuk membeli kopi atau makanan ringan lainnya.
Renjun cukup membawa bekal makan siang dan dia memilih menghabiskan waktu istirahatnya di pantry seorang diri. Dia terlihat seperti menjauh dari sosialisasi teman kantor. Tapi itu cara dia supaya tak terlalu banyak mengeluarkan uang sia-sia. Namun, memang sebenarnya banyak yang tak mau bergaul dengan Renjun karena Renjun terlihat sangat berbeda dengan mereka juga karena mereka iri terhadap Renjun yang bisa menjadi sekretaris seorang Direktur Muda yang sangat di puja oleh kaum hawa di kantor ini.
Namun begitu Renjun memilih untuk tak memusingkan hal tersebut. Yang dia pikirkan hanyalah bekerja dengan baik dan tak menimbulkan masalah. Dia harus mencari nafkah untuk dirinya sendiri juga adik-adiknya. Adik-adiknya masih membutuhkan banyak biaya untuk kedepannya.
.
Jeno merupakan atasan yang suka memperhatikan bawahannya dengan detail. Dia melakukan itu supaya lebih dekat dengan orang-orang yang bekerja dengannya. Namun, yang paling susah didekati justru sekretarisnya. Sekretarisnya itu wanita yang pendiam dan tak banyak bicara kecuali itu mengenai pekerjaan yang akan di sampaikan. Dia juga terlihat sering sendiri. Saat ada acara makan malam yang dia buat di hari ke dua untuk perayaan penyambutannya. Renjun hanya datang sebentar setor muka dan pamit. Dia hanya ada sekitar 10-15 menit saja di tempat. Terlihat tak menyentuh minuman beralkhohol dan hanya air putih dia minum dan memakan makanan ringan yang di sana saja. Dia pamit alasannya adik-adiknya menunggunya di rumah.
Kali ini Jeno mencari Renjun di cafeteria kantor yang terletak di lantai 1. Dia mengedarkan pandangannya namun tak menemukan Renjun di sana. Untuk pertama kalinya Jeno menginjakkan kakinya di sana berniat untuk mencoba makan siang di sana, apakah kantornya ini mempunyai menu makanan yang enak untuk pegawai di sini?
Biasanya Jeno akan memesan makanan di luar dengan bantuan sekretarisnya dan makan di dalam ruang kantornya atau pergi ke restoran terdekat kantor. Tapi kali ini dia penasaran dengan cafeteria di kantornya. Dia pikir Renjun - sekretarisnya juga makan di sana selama ini. Apa Renjun sudah selesai makan siang? Tapi ini bahkan baru 10 menit berlalu dari jam istirahat. Akhirnya Jeno makan siang dengan pegawai lain yang menyambutnya dengan hangat. Bawahannya sangat senang karena atasannya mau berbaur dengan mereka.
.
Jeno kembali ke ruang kantornya dan mendapati Renjun sudah ada di mejanya.
"Sekretaris Huang, kau sudah makan siang?" Tanya Jeno sebelum masuk ke dalam ruangannya. Renjun hanya menjawab dengan anggukkan saja.
"Tapi aku tak melihatmu di cafeteria kantor hari ini. Kau makan di luar?" Tanya Jeno sekali lagi. Renjun menatapnya sejenak sebelum menjawabnya.
"Saya membawa bekal Direktur Lee." Jawab Renjun jujur.
"Memangnya makanan di sini tidak enak?"
"Tapi saya tidak bilang kalau makanan di sini tidak enak." Renjun menjawabnya dengan eksperesi datar. Jeno yang merasa bingung tak bertanya lagi dan memilih untuk mengabaikan rasa penasarannya untuk tidak bertanya lebih pada sekretarisnya alasan kenapa membawa bekal? Seperti anak sekolah saja pikirnya bahkan saat dia sekolah. Dia memilih tak membawa bekal karena jajanan kantin sekolahnya sangatlah enak-enak.
.
."Ya Huang Chenle, kau selalu membawa bekal ya? Adikmu juga?" Chenle hanya menganggukkan kepalanya saja karena dia tengah mengunyah saat ini. Makan di cafeteria sekolah tapi membawa bekal di jam istirahat pertama.