Selamat Membaca
Monggo Enjoy
~~~~~Didi Kempot – Sewu Kutho
~~~~~
“Kalau nggak bisa ambil hatinya, ambil aja hikmahnya.”
~~~~~
“Udah malem, ayo sini tidur.”
Bukannya tidak ingin berdekatan dengan suaminya, perempuan muda yang terkenal cakap dalam berbicara itu hanya ingin menyelamatkan dirinya dari maut. Firasatnya sejak pulang dari makan di street food tadi benar-benar nyata, suhu di sekitarnya berubah tidak mengikuti suhu asli kota Surabaya yang diramalkan wikipedia. Bahkan dinginnya AC di kamar hotel ini kalah dengan tatapan dingin Doni yang tertuju kepadanya.
“Ayo tidur, kamu nunggu apa?” tanya Doni melihat Jenni yang mengacuhkannya.
“Mas tidur aja dulu, aku mau nulis referensi judulku.”
Posisi tubuhnya yang tadinya terlentang dia rubah, miring ke kiri dengan tangan menopang kepalanya dan menatap istri cantiknya. “Cepetan nulisnya, Mas tungguin.”
“Enggak nggak usah, Mas tidur aja,” ucap Jenni mendengar perkataan Doni, perempuan itu bersikap normal walaupun dirinya sangat-sangat gugup di tatap dengan tatapan seperti itu. Dia tahu sebenarnya bahwa sang pria jealous mendengar ucapan aneh Rian tadi, tapi mungkinkah Doni merasa cemburu terhadap anak ingusan?
Doni sendiri tidak bergeming, pemuda dengan hidung mancung dan bibir tipis itu senantiasa menatap Jenni dengan posisi seperti itu. Mengamati wajah ayu milik Jenni dan sesekali melirik ke arah jari-jari lentik yang mengetik begitu cepat di keyboard laptop. Tidak mengalihkan pandngan sama sekali hingga perempuan itu benar-benar tidur di sebelahnya, menarik selimut hingga sebatas pundak.
Pria itu mengangkat sebelah tangannya guna memeluk Jenni, niat itu dia urungkan saat melihat Jenni bergerak memunggungi tubuhnya. Doni mengangkat sebelah alisnya dengan wajah seolah berkata, yang benar saja?
“Mas beberapa minggu kemarin mengikuti kajian di salah satu masjid yang ada di daerah Bekasi, Mas dengar jika seorang istri memberikan punggung kepada suaminya itu merupakan sebuah perbuatan dosa,” Doni berucap dengan pelan, pria itu mendekat dan berbisik di sebelah telinga Jenni, “jadi apakah perlu Mas membalikkan tubuhmu secara kasar agar kamu terhindar dari dosa itu?” tambahnya.
Doni segera memundurkan tubuhnya melihat Jenni yang sudah terlentang, pria itu menghela napas menatap langit-langit kamar. “Melihat sikapmu yang seolah tidak mau disentuh oleh Mas membuat Mas mengurungkan niat untuk memelukmu Jen, Mas tidak tahu apa kesalahan Mas. Tetapi yang jelas Mas tahu bahwa memalsukan identitas sebenarnya kepada orang lain merupakan sebuah kejahatan, kamu sudah mahasiswa yang seharusnya tahu mana yang benar dan mana yang salah.”
Jenni menggigit bibir bawahnya dalam, perempuan itu tertampar dengan kata-kata Doni. “Perlu Mas tahu bahwa aku tidak memalsukan identitas, teman-teman tidak tahu bahwa aku sudah menikah karena tidak ada yang bertanya tentang hal itu.”
“Dan melamar orang lain untuk melamarmu?” sarkas Doni.
“Tidak ada yang melamarku Mas, mereka hanya ingin menjadikanku sebagai pacarnya.”
“Apakah kamu memberi alasan jika kamu sudah menikah untuk menolak para pria itu? Tidak kan?”
Doni berdecih melihat Jenni yang hanya diam, benar bukan dugaanya bahwa perempuan ini malu jika menikah dengannya. Memang pernikahan ini sejak awal sudah salah, walaupun dia menaruh hati kepada Jenni namun jika tidak ada balasan rasanya tetap sama-sama sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Rahasia Sang Direktur Tampan
ChickLitDisclaimer! WAJIB FOLLOW AUTHOR KALAU PARTNYA GA MAU BERANTAKAN Kuno. Satu kata yang selalu terselip di benak Jenni Subagyo mengingat bahwa dirinya sudah memegang status istri di usia yang terbilang sangat muda, perempuan yang tengah berusaha menem...