9. Pendekatan Hati

14.6K 741 15
                                    

Terkadang keinginan author utk meneruskan ceritanya jg pengaruh dri readersnya, klo readersnya positif komen & membangun, penulis jga mkin seneng loh temen" 🥰

~~~~~

Selamat Membaca
Monggo Enjoy

~~~~~

NCT U – Make A Wish

~~~~~

“Menjadikan aib sebagai senjata, itu bukan saya.”

~~~~~

Semua hal yang ada di dunia ini harus disyukuri dan dinikmati, kesenangan dan kesedihan yang sudah terlewati biarlah menjadi saksi bagaimana kita berproses. Jenni tidak menyesali tentang apa yang sudah terjadi kepadanya, melepaskan kampus idamannya hanya karena pilihan sang orang tua ingin membuat akhlaknya lebih baik. Jenni hanya bisa tertawa jika mengingat itu semua.

“Haha hihi doang ternyata udah semester lima,” ucap Jenni dengan nada yang bingung. Bingung harus berbuat apa setelah lulus dari kampus yang didominasi oleh warna hijau ini. 

Jadi ilmu apa yang akan dia bagi untuk semua orang jika setelah lulus S1 hanya berada di rumah untuk berkutat dengan dapur dan pekerjaan rumah yang lain? Sudah dipastikan jika dia akan menjalani masa-masa suram di rumah, keluar sesekali itupun saat dia akan menemani sang suami pergi keluar kota. Ah membayangkannya saja sudah membuat dirinya kesal, ini tidak bisa dibiarkan.

Jenni menggeleng dengan cepat, dia tidak akan berakhir dengan naas menjadi ibu rumah tangga saja. “Nggak bisa dibiarin kalau aku jadi ibu rumah tangga aja, oke Jen kamu harus jadi wanita karir yang mandiri, jadi istri yang sholeqah, jadi ibu yang baik buat anak-anakmu nanti. Jangan stuck di dapur ya Jen, please gunain otak encer kamu,” ujarnya dengan menggebu-gebu.

“Iya nggak stuck di dapur kok, nanti kakak bolehin kamu kerja.”

“Eh?”

Sahutan seseorang dari arah belakang membuatnya menolehkan kepala, siapa orang lancang yang menguping ucapannya tadi? Jenni mengurungkan niat saat melihat sosok terpandang yang menyahuti ucapannya. “Eh Kak Irfan, duduk Kak.”

Senyuman manis yang terpatri di bibir laki-laki di sampingnya ini bisa saja membuat gula darahnya naik, namun beruntung Jenni dapat mengendalikannya. Irfan Tarigan, pria keturunan Batak yang menempuh bangku perkuliahan di tanah Jawa. Siapa yang tidak tahu sosok Irfan Tarigan?

Haram hukumnya bagi mahasiswa di kampus ini jika tidak mengetahui sosok Irfan Tarigan, poster dan banner terlukiskan wajah Irfan tersebar hampir di seluruh sudut kampus. Seperti namanya yang memiliki arti bijaksana, berkuasa dan berpengaruh mampu dia terapkan di dunia nyata, bukan hanya sekedar nama semata. Memiliki jabatan yang tidak main-main dan menjadi incaran semua mahasiswi lain. Bukan hanya tentang jabatan, paras tampan dan proporsi tubuh ideal yang membuatnya semakin bersinar, siapa yang tidak ingin bersanding dengannya?

“Tumben Kak Irfan ada di kampus, biasanya habis matkul langsung pergi acara.”

“Iya alhamdulillah hari ini longgar, nanti malem rapatnya. Kamu dari dulu kok betah banget kemana-mana sendiri Jen, nggak takut?”

Jenni menjaga jaraknya dengan Irfan, tersenyum sedikit dan menggeleng menanggapi pertanyaan itu. “Apa yang perlu ditakutin Kak? Aku bukan penjahat, aku bukan koruptor dan aku juga bukan ayam kampus yang dikejar-kejar banyak pria, apa yang harus aku takuti?”

Anak Rahasia Sang Direktur TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang