O3. Kak Hadi dan Temannya

98 19 7
                                    

"Sumpah, udah tau besoknya sekolah, lo teriak malem-malem gak ngebantu apa-apaan, Se."

Jovi, Shale, Cahve, sama Sea bener-bener keliatan ngantukkkk banget. Selain karena main sampe tengah malem, mereka terpaksa bangun karena teriakan Sea yang demi apapun ngebuat Shale reflek nyalain lampu tidurnya. Tapi giliran semuanya udah panik terus ditanya kenapa, cuma dijawab, "Gue ngigo." Emang tolol.

"Ya namanya juga orang ngigo, Jov." Sanggah Sea sambil garuk-garuk lehernya ngerasa bersalah.

Jovil mendecih, "Mana ada orang ngigo teriak coba?! Gila lo."

Shale menguap lebar, walau ngantuk, Shale tetep berakhir menengahi perdebatan antara Sea sama Jovi, ya karena gak akan selesai ini mah.

Cahve mau nonton aja udah gak sanggup, dia sekarang lagi jongkok di depan loker, matanya merem nyoba buat tidur diposisi gak nyaman itu.

"Lagian kenapa sih lo teriak?" Tanya Jovi. Jujur dia masih penasaran, Jovi tau banget temennya itu gak bakal kayak gitu kalau gak ada apa-apa.

Shale yang sebenernya penasaran juga reflek nengok, dia juga nungguin jawaban dari Sea yang semoga bener-bener sesuatu yang pantas buat diteriakin. Gini-gini Shale masih gak rela dia dikagetin pas tidur.

Sea diem.

"Sumpah lupa."

Terus langsung disentil sama Jovi. "Udah ah males, gue mau balik ke kelas." Seperkian detik kemudian Jovi berdiri terus jalan ke luar kelas Shale.

Tiap istirahat pasti mereka ke kelas Shale buat makan bekel, selalu. Entah mau ada urusan atau nggak, mau ada makanan atau enggak, mereka tiap istirahat bakal tetep ke kelas Shale.

"Woi Jovi! Bareng!"

Jovi gak noleh, tapi Sea tetep lari ke arah Jovi yang jaraknya makin menipis karena kecepatan jalan yang berbeda antara dia sama Jovi.

"Lo propela hari ini ngapain?" Tanya Sea.

"Bikin makalah, bete ah gue gak usah dibahas." Jawab Jovi kesal.

Omong-omong propela itu projek profil pancasila. Karena mereka pakai kurikulum merdeka, yang artinya kelas sepuluh gak ada jurusan, terus baru milih peminatan pas kelas sebelas, dan tiap hari selasa sama hari jumat mereka ada projek pancasila yang nantinya mereka bakal presentasiin atau sidang di depan kelas sama pengujinya. Tiap projek perkelas beda-beda. Sea dapet tema kewirausahaan yang artinya dia harus bikin sebuah produk, bikin logo produk, bikin iklan, terus jualin produknya sampe balik modal atau untung. Sedangkan Shale sama Cahve dapet tema suara demokrasi yang artinya mereka harus bikin video gimana cara pemilihan suara sesuai dengan subtema yang mereka pilih.

Pusing pingsan, sih.

"Lo ngapain, Yi?"

"Gue nanti bikin sa-jamettttttt, ngumpet dulu please ngumpet."

Jovi bingung karena ditarik sama Sea tapi akhirnya dia diem sama iya-iya aja. Walau sebenernya dia mikir mungkin dari semalem ada yang gak beres sama nih otak anak satu.

"Ngapain, sih?" Bisik Jovi.

"Ada wleowleo." Jawab Sea seadanya.

"Wleowleo apaan anjing."

"Ssst!"

"Itu ada Kasha sama Yoghi. Saran gue lo godain dah tuh Kasha, gece."

Sea mendengus kesal, nama Kasha bener-bener bukan sesuatu yang lagi dia mau denger sekarang. Bukan, bukan karena ada masalah atau gimana, tapi Sea maluuuu, malu banget semalu-malunya orang malu tapi lebih malu daripada orang malu yang bener-bener malu gimana, sih. Pokoknya malu banget.

"Lu diem. Serius kata gue lu diem."

Jovi cuma mengedikkan bahunya gak peduli.

Setelah si oknum dengan nama Kasha udah lewat, Sea langsung lari ke kelas dia ninggalin Jovi yang udah maki-maki Sea sekarang. Sialan, ia ditinggal.


































"Kak Hadi!"

"Anying dipukul gue."

Sea ngeliatin Kak Hadi males, tangannya dilipet, terus matanya dibuat sesinis mungkin. Hadi yang lagi makan mie ayam bareng temennya reflek cengo.

"Kenapa, Se? Ada yang perlu aku bantu?" Tanya Hadi sopan, takut makin memicing amarah si manusia di depan dia sekarang ini.

Sea menghela napas, "Kak Hadi kalau dendam sama saya karena lama bikin design gak usah gini dong, kak!" Kesal Sea.

Hadinya makin cengo.

Jeka, si ketua divisi keamanan ketawa kenceng. Pertama, ketawa karena temennya dipukul, kedua ketawa karena Sea kocak banget, ketiga ketawain Hadi yang kayak orang tolol.

"Emang aku ngapain, Se........." Hadi melirik Sea takut, bukan takut sama Seanya, tapi takut dia beneran ngelakuin sesuatu yang merugikan buat Sea, jadi dia gak enak.

Sea menjulurkan kertas dengan catatan nomor yang diberikan oleh Kak Hadi kemarin, sedangkan Hadi melirik sekitar dulu sebelum menerima kertas itu dari tangan Sea. Hadi jujur takut dia bakal dilempar apa gitu sama alam karena bikin anak kecil susah.

Setelah melihat kertas yang dikasih dari Sea, sekarang Hadi makin bingung, dia natap Sea dengan tatapan, 'ya ini nomor gue kenape sih'.

Sea mendecih, "Ck! Aku semalem Whatsapp nomor ini, tapi bukan kakak yang bales! Nih liat!" Sea ngasih ponselnya, dilayar keliatan sebuah kontak dengan nama yang masih sama dengan nama kontak semalam.

Hadi yang dikasih ponselnya, tapi yang ngeliat ada Hadi, Jeka, Eris, sama Baim karena kepo beneran.

"Loh, ini bukan nomorku, Se."

"Nomor kakak itu!"

"Nggak!!!!"

Sea langsung ngambil kertas dengan nomor si ketua divisi, ditunjukan kepada si lawan bicara tepat di depan mata.

"Liat tuh! Sama! Kosong lapan lima tujuh, satu satu enam-"

"Sea, nomorku tuh kosong lapan lima tujuh, tujuh satu enam..."

Baim sama Jeka gak bisa berhenti ketawa. Ngos-ngosan mereka ngeliat Hadi yang serba salah.

Eris si ganteng manusia keturunan malaikat dengan aura yang menyegarkan juga selalu membahagiakan akhirnya buka suara, "Hadi kalau nulis satu sama tujuh tuh emang hampir gak ada bedanya, Sea. Jadi orang-orang seling salah kaprah, maaf ya." Katanya lembut.

Hadi garuk tengkuknya malu, kasian sama adek kelasnya yang jadi kena imbas akibat kesalahannya.

"Hehe... sorry ya, Se. Hehe."

"Gak papa kak, paling cuma malu aja depan cucu pemilik yayasan."

"Hehe."

"HEHE."































______
















































©
shihoyaa, 2022

OseanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang