Bocah Tengil (I)

1.2K 140 1
                                    

"Aku emang gak layak buat orang lain ya Ra?"

"Layak, sangat layak." Ara melirik Chika yang tengah menunduk sembari memainkan jari jemari nya. "Kamu itu salah satu manusia yang paling layak dimiliki."

"Tapi mereka ninggalin aku Ra." Chika mendongkak, menatap wajah Ara yang kini sedang menatapnya dengan senyuman khas dari gadis itu.

"Aku gak ninggalin kamu tuh."

"Belum aja."

"Kok belum?"

"Ya emang kan? Mama aja pernah bilang hal serupa, tapi buktinya sekarang malah ninggalin aku sendirian."

Ara tersenyum, kemudian meraih kedua tangan Chika untuk ia genggam. "Aku bilang apa adanya Chik, aku gak akan pergi kemanapun, aku tetap sama kamu sampai waktu yang tak terbatas." Ujar Ara dengan di akhiri elusan lembut di pipi Chika.

"Harus aku percaya?"

Ara diam sejenak, lalu mengecup bibir Chika sampai sang empu nya kaget karna ulah dirinya.

Chika memukul bahu Ara. "ARA!"

"Hehe maaf.. Habisnya kamu berisik, jadi aku cium aja."

"Aku gak berisik, aku cuma nanya."

"Pertanyaan kamu selalu melahirkan pertanyaan baru kalau aku jawab."

"Emang nya orang melahirkan. Aku bertanya ara!"

Wajah Chika terlihat kesal sekarang, dan itu malah membuat chika semakin gemas di mata Ara.

"Kamu lucu."

"Bualan apalagi ini." Chika sudah tau bagaimana sifat ara, gadis itu memang suka mengucapkan banyak bualan untuk membuat jantung dirinya tidak karuan. Bukan hanya itu, perlakuan dan perhatian kecil yang ara beripun sukses membuat Chika tidak tidur sepanjang malam.

Bocah tengil dengan mata sipit itu memang jagonya membuat orang-orang di sekitar nya merasa berharga hanya karena ucapan-ucapan dan perilakunya.

"Biasa aja kali Chik liatin nya." Ara mengibaskan sedikit poni nya. "Aku tau aku cantik, siapa sih yang gak terpesona liat kecantikan plus kegantengan aku." Katanya dengan nada sombong.

Chika berdegik, kemudian tangan kanan nya menyentil kening ara. "Apasih bocah tengil!"

"Kalau aku bocah, kamu apa?" Mata ara menyipit, "Mommy?" Lanjut nya seraya menaik turun kan kedua alisnya.

Ara mendekatkan wajah nya, kemudian berbisik tepat di telinga kanan Chika. "Take me to your home mommy, please."

Disaat itu juga seluruh tubuh Chika mendadak beku, detak jantung nya berpacu, keringat di pelipis nya sudah mulai basah, dan nafsu nya sedikit lagi naik.

"Please mom." Lagi. Ara berbisik lagi, namun kali ini di akhiri dengan jilatan sensual di daun telinga nya.

Dalam hati Chika benar-benar memaki Ara. Fuck! bocah tengil ini emang gila.

Sang pelaku hanya terkekeh penuh kemenangan melihat lawan nya telah kalah telak karena perbuatan nya.

"Kok keringetan, kenapa Chik?" Tanya Ara dengan wajah yang sok polos nya.

Chika sudah kesal, nafsu nya pun sudah di permainkan oleh gadis di hadapan nya ini.  "Fuck you!" ujar Chika seraya menonjok bahu Ara.

"hahaha sorry..."

Lihat, dia malah tertawa seperti itu dan tidak memperdulikan amarah Chika. Ah sudahlah, Ara memang terlalu sering membuat Chika marah, bahkan sampai mengucapkan kalimat-kalimat kotor di tengah amarah nya yang memuncak.

Bukan nya sakit hati karna makian Chika, justru Ara malah menyukai nya.

Ara berbisik di dalam hatinya sembari menyeringai. "She look so seductive when she's scolding me."

Short AuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang