Ara buru-buru lari ke dalam rumah setelah berhasil menerjang hujan di jalanan kota, pakaian gadis itupun masih basah kuyup, belum sempat ia ganti.
Bahkan di sepanjang perjalanan tadi pun fokus Ara terbagi antara mengendarai dan memikirkan Chika. Ara ceroboh karna telalu asik bersama kedua sahabat nya sampai tak mengecek bahwa ada banyak notif yang masuk ke hp nya, dan itu sudah pasti notif dari Chika.
"Chika!!"
Ara memanggil Chika dengan suara yang lumayan keras, namun dia tidak menerima jawaban dari sang pemilik nama. Langkah kaki nya berlari naik ke atas tangga untuk mengecek apa Chika ada di kamar sesuai perintah nya tadi atau tidak.
Perasaan Ara sudah tidak tenang, pikiran nya kalut, dan pandangan nya sekarang sedikit buram. Sudah pusing memikirkan kerjaan ditambah dengan keadaan Chika yang selalu membuatnya khawatir, punggung Ara semakin berat rasanya.
"Shit! Di kunci lagi"
Ara berusaha menggedor-gedor pintu kamar Chika, berharap gadis itu mendengar dan membuka kunci nya dari dalam.
"Chika! Ini gue Ara, tolong buka kunci nya Chik."
Sedangkan dari dalam kamar, gadis itu sedang menangis ketakutan di pojok ranjang. Terdapat silet dan beberapa helai tissue di samping nya, ternyata Chika tidak mematuhi perintah yang Ara beri tadi.
BRAK
Akhirnya pintu itu terbuka dengan bantuan dari pak satpam yang berjaga di depan gerbang. Ara langsung berlari mendekati yang masih menangis, lalu merengkuh gadis itu ke dalam dekapan nya.
"Lo kenapa lagi?" Tanya nya khawatir. "Maaf, maaf gue telat."
Ara benar-benar merutuki dirinya sendiri kali ini, karna nya Chika menjadi seperti sekarang. Chika tidak menjawab, dia masih menangis dengan tubuh yang bergetar. Lengan nya pun masih ada bercak merah karna ulah yang ia lakukan sedari tadi.
"Silet?" Ara melepas pelukan nya, kemudian melirik ke lengan Chika. "Lo cutting lagi?"
Chika tak bergeming, dia tetap di posisinya yaitu berdiam sembari menatap kosong kepada Ara. Air mata nya pun masih menetes di pipi gadis itu.
Ara menghela nafas, lalu membereskan kekacauan di kamar Chika dan membiarkan pacarnya itu puas dengan tangisan nya.
Setelah beberapa menit berlalu kamar Chika sudah rapi kembali, semua benda tajam yang dia simpan sudah Ara buang, dan Ara pun sudah berganti pakaian namun belum sempat mandi.
"Maaf Ara, aku gak nurut." Cicit Chika tak berani menatap wajah Ara yang sudah kembali duduk di hadapan nya.
Jika boleh Ara ingin memaki Chika sekarang karna dia tidak menurut dan malah menuruti emosi dan pikiran buruk nya sendiri. Tapi Ara enggan, gadis yang kini berada di hadapan nya sangatlah rapuh dan tidak selayaknya dapat makian atau hal lain nya yang membuat dia semakin sakit.
"It's okay." Katanya seraya tersenyum. "Tapi jangan di ulang yaa?" Ara menunggu Chika menatap nya. "Yaaa??" Dan akhirnya Chika mau menatap Ara kemudian mengangguk.
"Goodgirl." Ujar Ara sembari mengelus kepala Chika.
"Maaf yaa, baju lo jadi basah karna gue langsung peluk tadi."
"Hehe ndak apa Ara.."
Ara meraih lengan Chika. "Sini, gue obatin lagi."
Chika tersenyum hangat melihat Ara yang penuh dengan kelembutan dan sangat hati-hati saat mengobati luka nya. Chika tidak pernah merasakan di perhatikan selembut ini oleh kedua orang tua nya, tapi dengan Ara, Chika merasakan itu.
Kadang Chika suka protes kepada Tuhan, kenapa dirinya diciptakan penuh luka seperti ini? Kasian Ara, dia jadi terbebani oleh dirinya. Meskipun begitu, Ara adalah orang pertama yang bisa membuat Chika merasa hidup di dunia yang jahat ini. Tanpa Ara, mungkin hidup Chika sudah mati dari dulu.
"Ara."
Ara menoleh dan melihat wajah sendu Chika. "Hm?"
"Makasih."
"Untuk?"
"Untuk semua kepedulian dan rasa sayang kamu ke aku."
"Ohh. Iya sama sama."
Mendengat kalimat yang Ara ucapkan malah membuat Chika sedikit kesal, dan sekarang pukulan itu melayang ke bahu Ara.
"Aduh! Kok di pukul sih Chik." Kaget Ara.
"Kamu nyebelin! Masa cuma jawab 'iya sama sama' doang sih."
Ara bingung. "Terus gue harus jawab apa dong?"
"Pake sayang gitu, atau cantik. Aku pacar kamu loh!" Omel Chika.
Ara terkekeh, kemudian mengecup bibir Chika hingga pipi gadis itu bersemu merah.
"Gemes bangettt... I love you."
"Hihihi i love you moree!!!"
-
Pegel juga ya anjir