Tired (Permen Kapas)

1.3K 136 3
                                    

Sesuai omongan nya tadi siang, kedua manusia itu sekarang sedang berjalan menyusuri trotoar untuk menuju ke pasar malam. Salah satu di antara mereka meyarankan untuk berjalan kaki saja, karena jarak nya pun tidak terlalu jauh, dengan menempuh waktu 5 menit berjalan pun sudah sampai di pasar malam.

Sepanjang perjalanan Ara menggenggam tangan Chika, bahkan sesekali ia melirik Chika untuk sekedar melihat senyum gadis itu. Ara akui bahwa malam ini Chika terlihat begitu cantik.

Rambut yang di biarkan terurai begitu saja menambah kesan kecantikan Chika malam ini.

"Lo cantik." Ceplos Ara tanpa memalingkan tatapan nya dari Chika.

Chika menoleh dan mendapati Ara sedang menatap diri nya, kemudian dia mengalihkan pandangan nya ke arah lain sembari berkata "Apasih." Salting nya.

"Serius, lo cantik banget malem ini."

"Terus kemarin kemarin gak cantik gitu?"

"Cantik, lo selalu cantik."

Mendengar itu kupu-kupu di perut Chika kompak berterbangan, hatinya pun menghat berbarengan dengan pipi nya yang juga memerah.

"Iyaiya tau, aku emang cantik kok."

Ara terkekeh, kemudian lanjut berjalan ke tukang permen kapas yang berada di pojokan.

Suasana malam ini cukup mendukung bagi mereka berdua, langit malam pun tidak menunjukkan kesedihan nya, malah banyak bintang yang bertaburan di hamparan langit sana.

"Mau yang mana?" Tanya Ara kepada Chika.

Chika melihat satu persata permen kapas yang berbentuk di hadapan nya, semuanya Chika suka, lucu-lucu katanya. "Aku mau semuanya boleh gak?" Kata Chika menatap Ara.

"Satu aja, kalau semuanya nanti orang orang kasian gak kebagian."

"Tapi lucu semua Ara, aku mau."

"Satu aja oke? Besok beli lagi."

Chika mengehela nafas, "Yahh... Yaudah deh gapapa."

Melihat Chika seperti itu justru malah membuat Ara gemas. "Besok boleh beli lebih dari satu." Ujar Ara sembari mengacak pelan rambut Chika.

Chika menatap Ara dengan mata yang berbinar. "Beneran?!"

Ara mengangguk.

"Yeayyy!" Dengan gerakan cepat Chika memeluk tubuh Ara. "Makasih Ara..."

"Sama sama."

Setelah perdebatan kecil akhirnya mereka mendapatkan permen kapas yang Chika inginkan.

"Duduk disana aja yuk." Ajak Ara sembari menunjuk ke arah kursi yang kosong di bawah lampu jalan.

Chika pun mengangguk dan membiarkan pergelangan tangan nya di tarik oleh Ara.

"Nah akhirnya duduk juga." Ara bergeser agar Chika bisa duduk di samping nya. "Sini duduk."

Chika ikut duduk di samping Ara dengan tangan kanan yang membawa permen kapas tadi.

"Ara, tolong bukain iket nya dong." Chika menyodorkan permen kapas nya, kemudian di ambil oleh Ara untuk dia buka ikat nya. "Makasih.."

"Sama-sama."

Kini kedua nya terdiam, sibuk dengan pikiran nya masing-masing. Bedanya Chika sembari makan permen kapas sedangkan Ara tidak, justru gadis itu malah menatap bintang di atas dan menikmati angin malam yang menerpa wajah nya.

"Ara."

Ara menoleh. "Hm?"

"Boleh gak sih aku benci papa?"

"Boleh."

"Kalau aku mau bunuh papa, boleh juga gak?"

Ara menjentik pelan kening Chika. "Euhh gak boleh."

"Hehehe..."

Dengan terus memakan permen kapas, Chika menatap wajah Ara yang kini kembali melihat ke arah bintang di atas langit. Chika mulai menebak isi pikiran Ara, ada apa sih di dalam pikiran gadis itu, apa dipikirin nya ada dirinya? Seperti dalam pikiran Chika yang selalu di kuasi oleh Ara.

Karna terlalu fokus menatap Ara dan terlalu sibuk dengan pikiran nya, Chika sampai tidak sadar bahwa sekarang Ara sedang menatap balik kedua matanya. Ara tersenyum, kemudian memeluk tubuh gadis itu tanpa memberi aba kepada sang empu.

"Eh?" Chika terkejut dengan perlakuan Ara yang tiba tiba. "Kenapa?"

"Gue cuma pengen peluk lo, tadi gue bilang di chat kan?"

Chika mengangguk. "Y-ya iya."

Ara berusaha melupakan sedikit masalah kerjaan nya dengan Mira tadi siang, mungkin dengan memeluk Chika tenang nya kembali.

"Kalau ada masalah cerita aja, jangan sungkan Ara."

"Iya. Tapi gue gak ada masalah, gue cuma pengen peluk lo doang."

"Iya deh iya."

Bohong ketika Ara bilang gak ada masalah, dia cuma lagi berusaha menutupi dengan cara memeluk Chika, karna menurutnya masalah itu bisa ia atasin sendiri, dia cuma butuh pelukan dari Chika saja.

-

Jangan lupa baca au nya bro di akun twiter uspriide48

Short AuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang