Bocah Tengil (II)

971 150 2
                                    

Suasana club malam ini lebih ramai dari biasanya, banyak pula orang baru yang berdatangan dengan membawa pasangan.

Club ternama yang berada di salah satu kota besar ini memang selalu ramai di kunjungi, apalagi di malam malam tertentu seperti malam ini.

Gadis bermata sipit itu duduk di salah satu kursi yang menghadap ke meja bartender, tangan kanan nya memegang gelas kecil yang berisikan air putih.

"Cemen banget ke club gak minum alkohol." Ejek salah satu bartender yang bernama Dheo.

"Kata ayah gak boleh, gak baik buat tubuh." Jawab Ara seraya meneguk habis air putih nya.

"Idih si anak ayah. Pulang aja sono, bocah dilarang ada disini."

Ara terkekeh mendengar ejekan Dheo, kemudian dia memalingkan pandangan nya dan tertuju kepada salah satu gadis cantik yang berada tak jauh dari tempat nya duduk. Gadis berambut panjang yang memiliki bola mata coklat itu sukses membuat Ara tergila gila, belum lagi gummy smile dari senyuman gadis itu, benar benar komposisi yang sempurna.

"Gue kesini mau nemenin mommy gue." Ucap Ara dengan pandangan yang masih fokus ke gadis itu.

"Mommy?" Beo Dheo tidak mengerti.

Ara mengangguk, "Ehem." Telunjuk Ara mengarah ke arah gadis yang sekarang sedang berjalan mendekati dirinya. "That's my mommy."

Dheo yang sedari tadi mengikuti arah Telunjuk Ara mengarah kemana merasa tidak percaya dengan ucapan nya. Mustahil jika yang Ara maksud itu adalah Chika.

"Anjing! Mimpi lo." Kata Dheo tidak terima.

"Hai!"

Ara tersenyum menyeringai ketika Chika menyapa dan duduk di sebelah kursi nya. "Lo yang mimpi." Ujar Ara kepada Dheo.

"Apa yang mimpi Ra?" Tanya Chika penasaran.

"Mimpi kalau kamu itu pacar nya Dheo."

Ara mendapatkan dua jitakan di kening nya, dan itu karna ulah Chika bersamaan dengan Dheo.

"Gila lo! Gue udah punya pacar, ayang Jinan." Dheo tersenyum salting saat mengatakan nama pacarnya, dan itu membuat Ara jijik.

"Idih semapung lo?!"

"Ara! Di jaga omongan nya." Tegur Chika.

"Iya iya, maaf yaa..."

"Di maafin."

Ujung mata Ara melirik Dheo yang masih berdiri di hadapan nya, "Pindah sono, layanin yang lain, gue mau berduaan sama Chika."

Sebelum pergi, Dheo melemparkan pena yang ada di dekatnya. "Jangan zina disini lo bocah."

"Suka suka gue dong, protes mulu kayak rakyat Jokowi."

"Lo juga rakyat Jokowi anjir."

"Oh iya iya hahaha."

Chika mengehela nafas melihat perdebatan antara keduanya yang tidak bermutu. "Udah sih ah."

"Iyaaa cantikk ini udah."

"Kamu ngapain kesini?"

"Jemput kamu pulang lah."

"Aku bisa pulang sendiri Ara."

"Gak bisa. Kalau kamu pulang sendiri, bisa bisa di jalan kamu di perkosa sama om om."

Chika menyentil mulut Ara. "Omongan nya!"

"Hehe maaf.."

"Kamu kan gak suka tempat bising kayak gini, mana disini juga banyak asap rokok." Chika melirik gelas kecil di sebelah lengan Ara lalu mengambil nya. "Ini juga apa? Kamu minum?!"

Ara mengangguk sembari tersenyum. "Iyalah. Kalau gak minum kasian tenggorokan aku seret."

"Minum alkohol?!" Tanya Chika.

"Air putih." Ara menjawab dengan tampang ngeselin nya dan itu membuat Chika lega sekaligus kesal.

"Pulang deh yuk." Ajak Chika.

"Nanti dulu deh, di rumah sumpek Chik."

"Kamu kesini buat jemput aku kan?" Ara mengangguk. "Sekarang aku mau pulang, jadi kamu harus anterin aku."

"Sebentar lagi, 5 menit." Kata Ara dengan menunjukan kelima jari nya.

"Gak ada. Pulang!"

"Yahhh... Oke deh."

Baru saja Ara berdiri dan ingin berjalan mengikuti Chika, tiba tiba ada satu laki-laki yang menghadang Chika di depan. Seperti nya laki-laki itu mengenali Chika, dapat terlihat dari cara Chika merespon laki-laki itu.

Ara melangkah mendekati Chika, dan berdiam di samping gadis itu sembari mendengar kan ocehan dari laki-laki yang ia dengar nama nya Vion.

"Ayo lah, kamu udah janji kemarin kalau malam ini kamu free buat aku." Ujar Vion.

"Kapan gue bilang nya anjir. Ngaco lo!" Chika mendorong tubuh Vion dan menarik pergelangan tangan Ara untuk segera pergi dari sana. Baru satu langkah, lengan Chika di tahan oleh Vion dan itu membuat Chika meringis.

Ara tidak bisa tinggal diam, dia melepaskan cekalan tangan Chika di pergelangan tangan nya lalu menepis kasar tangan Vion yang menahan lengan Chika.

"Tangan kotor lo gak layak pegang pegang bidadari." Kata Ara dengan wajah mengejek nya.

Vion yang mendengar itu merasa kesal, dan mulai menaikkan nada nya. "Lo siapa? Bocah gak pantes ada di club, pulang sana, nyusu sama nyokap." Balas Vion tak mau kalah.

Ara menaikan satu alis nya, menatap Vion remeh dan mulai menepuk pelan pipi laki-laki itu.

"Gue Zahra Khaulah, pacar nya Yessica Tamara." Kata Ara dengan bangga. "Lo cuma cowok gak guna yang ngejar ngejar Chika, gue tau dan gue udah hafal sama jalan pikir lo."

Emosi Vion tersulut di saat itu juga, ingin rasanya ia menonjok Ara, tapi ia ingat bahwa yang ada di hadapan nya ini adalah perempuan.

Ara menyeringai kala melihat Vion yang sudah emosi, bahkan kedua tangan nya sudah terkepal pertanda bahwa laki-laki itu ingin menonjok dirinya.

"Cupu banget gak berani nonjok." Ejek Ara.

"Gue bakal lebih cupu kalau gue berani nonjok cewek kayak lo!" Balas Vion tidak terima.

Chika yang sedari tadi melihat keduanya sudah panik bukan kepalang, pasal nya mereka berdua sama sama keras, sama sama tidak mau kalah, dan bisa berabe kalau ada pertengkaran disini.

Chika berusaha menenangkan Ara dengan membelai lembut gadis itu, di tambah dengan bisikan yang sering ia lakukan ketika amarah Ara sedang memuncak.

"Raaa.... Udah yaa? Kita pulang, aku kangen kamu." Bisik Chika tepat di telinga Ara.

Ara yang mendengar bisikan Chika di tambah merasakan belaian gadisnya itu menjadi sedikit tenang, dan malam ini tidak ada waktu untuk bertengkar dengan orang bodoh seperti Vion.

"Gak usah deketin Chika lagi, percuma, lo gak bakal bisa dapetin apa yang lo mau." Kata Ara sebelum akhirnya pergi dari club itu bersama Chika.

Vion menatap kepergian mereka berdua dengan amarah yang masih susah di kendali kan, hingga akhirnya dia melempar gelas yang berada di meja bartender dan menendang kursi yang berjejer disana.

"ANJING! AWAS LO ARA!!" Teriak nya penuh emosi.

Short AuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang