Awal Mula

146 6 0
                                    

Suatu hari, ada anak gadis yang ingin pergi ke sekolahnya yaitu SMA Cenderawasih. Dia bernama Alisya Wardania. Dia duduk di bangku kelas XI.

"Ibu aku berangkat dulu yah. Assalamualaikum"

"Sarapan dulu nak. Nanti kamu sakit perut di sekolah"

Brummm

Anak itu melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata. Dan.. oh tidak. Remnya blong.

Bamm

Gadis itu terpental sampai 2 meter dari letak motornya berada. Iya tertabrak badan truk yang melaju. Kepala gadis itu tertumbuk dibatu. Kakinya terlindas truk tadi. Truk itu melaju terus tanpa memerhatikan keadaan si gadis. Gadis itu terbujur dengan keadaan kaki yang kancur dan kepala yang berdarah. Seragam sekolahnya kini berwarna merah dikarenakan darah dari kepalanya. Sedangkan kakinya? Tidak ditanya lagi tentusaja sudah hancur. Gadis itu hanya bisa menangis tanpa henti.

Tak lama kemudian, ada seorang anak kecil yang berjalan ke rumah temannya --mungkin lalu secepat kilat anak itu berteriak

"TOLONG ADA ORANG KECELAKAAN.. hikss.. TOLONGG" oh tidak. Anak itu menangis. Padahal Alisya --gadis itu tidak melakukan apapa.

Tak lama, warga pun mengerumuninya. Dan tak di hitung jam, ada seorang laki-laki yang menggendong gadis itu menuju mobilnya. Alisya yakin, bahwa laki-laki ini orang baik. Karena disaat semua orang berbicara buruk dan penghinaan terhadapnya, laki-laki itu justru langsung menggendongnya menuju mobil dan melajukannya ke RS 'tanpa perasaan jijik dengan lukanya'

Setibanya di rumah sakit, gadis itu lemas. mungkin kehabisan darah?

"Tolong anda menunggu di luar. Kami akan berusaha untuk mengobati gadis ini"

"Baik dok, saya menunggu"

Tak lama dokter itu masuk, seorang suster dari dalam pun keluar.

"Keluarga Alisya Wardani?"

"Saya sendiri sus"jawab lelaki itu dengan mantap. Padahal, bertemu saja baru kali ini

"Korban membutuhkan darah. Golongan darahnya O. Anda bisa mendonorkan--

"Iya saya bisa sus"

"Baik, silahkan masuk"

Lelaki itu masuk dan tidur di ranjang sebelah ranjang milik Alisya. Lelaki itu memandang wajah Alisya sejenak lalu memejamkan mata. Berharap semuanya akan baik-baik saja.

---

Keesokannya, lelaki itu datang menjenguknya. Lelaki itu sedang duduk di kursi depan ruangan tersebut karena dokter sedang memeriksanya. Kemarin lelaki itu pulang ke kantor karena ada konsep yang harus di copy.

"Keluarga korban Alisya"dokter itu berkata dengan lantang sampai-sampai lelaki itu duduk tegap dengan mata terbelalak.

"Saya dok. Ada apa?"

"Kaki korban di amputasi"

Deg. Kenapa jantung lelaki itu seperti kemasukan bom nuklir?

"Ke-kenapa dok?"

"Tulangnya hancur. Dan jika di pakaikan besi pasti sangat rumit karena beberapa saraf dan daging betis nya--

"Tidak apa dok"

"Baiklah. Anda bisa memilih benda yang dapat membantu beliau berjalan. Kursi roda, tongkat atau kaki palsu"

"Tongkat dan kursi roda saja dok"

"Baiklah, mari ikut saya mengurus administrasinya"

Sedangkan itu..

Kelopak mata yang lembut itu perlahan-lahan membuka. Menunjukkan bola mata berwarna biru yang indah nan bening. Beberapa kali berkedip untuk menyesuaikan dengan cahaya sekitar. Matanya menyapu seluruh ruangan. Bau obat pun di mana-mana.

Aku dimana? Batin gadis itu

Pernapasannya di bantu dengan alat. Kakinya di perban. Begitupun kepalanya. Otaknya memutar kejadian-kejadian itu lagi. Mengingat kakinya yang hancur tergilas truk itu. Tanpa sadar, bulir itu mengalir dari kelopak matanya. Bersamaan dengan bunyi pintu yang dibuka oleh seseorang.

"Kamu sudah sadar?" Ternyata lelaki dermawan itu. Dia dengan cepat pergi ke samping gadis itu.

Tiba-tiba si gadis memeluk lelaki itu. Lelaki itu membalas pelukan Alisya. Ia pikir, seorang wanita akan tenang jika mendapat pelukan. Tentusaja ia belajar dari ibunya. Ibunya selalu memeluk ayahnya jika sedang sedih.

Gadis itu memeluk lelaki itu dengan erat. Erat sekali. Memecahkan tangisannya di depan dada lelaki itu yang terlapisi kemeja dan dasi. Kini kemeja itu sudah basah.

"Mengapa semua ini terjadi padaku.. hiks.. ap-apa.. tuhan.. hiks.. tak sayang sama aku lagi.. hiks"

"Sudah-sudah. Jangan menangis. Maaf aku tidak bisa membaikkan kaki mu. Kalau di beri besi, akan sulit dan--

"Iya aku tau. Tapi, mengapa tuhan memberikan aku nasib selerti ini.. hiks.. padahal aku masih ingin bersekolah dan merasakan duduk di bangku kuliah.. hiks.."

"Hey princess, berhentilah mengeluh. Kau kelihatan lemah. Semua makhluk di dunia ini kuat. Tuhan memberimu cobaan seperti itu agar kau tidak terlihat lemah. Tuhan ingin kau lebih kuat dari biasanya. Tuhan maha adil, bukan?"

Alisya terdiam. Mencerna kata-kata lelaki itu dengan baik.

"Tapi pasti setelah aku di rawat, aku sudah tidak bisa bersekolah lagi"

"Siapa bilang kamu tidak bisa bersekolah lagi? Aku sudah membelikanmu tongkat dan kursi roda agar kamu bisa belajar berjalan. Jangan salahkan kekurangan fisik untuk berhenti menuntut ilmu. Kau cantik. Dan orang cantik itu tidak pernah menyerah. Karena, jika menyerah, mahkotanya akan jatuh ke tanah"

"Trima kasih atas pertolonganmu. Jika tanpa kau kemarin, aku sudah mati di sana"

"Tak apa. Sesama manusia harus saling menolong, bukan? Oh iya, namamu Alisya Wardania?"

"Iya. Kamu?"

"Panggil Alfin aja. Ponsel kamu mana?Aku butuh itu untuk memberitahu keluargamu. Kamu sudah tidak di rumah selama 2 hari  dan tentu keluargamu mencari keberadaanmu"

"Ada di tas aku. Cari aja. Oh iya, Al, maaf sudah membuat kemejamu basah"

"Tak apa nona"

Kemudian, gadis itu tersenyum.

When Love is not look from the PhysicalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang