Hari demi hari Alisya lalui dengan semangat. Sesekali ia mendapat celaan dari temannya.
"Cihh, buntung aja belagu"
"Cantik kok kakinya ilang"
"Katanyasih di giles truk"
"Rasain tuh gak bisa kerja dan kuliah nanti"
Celotehan itu hanya masuk kanan keluar kiri di kuping Alisya. Sesekali Alisya sakit hati karena celaannya yang sangat menusuk tapi. Dia tetap semangat untuk menuntut ilmu. Walaupun Alisya tidak bisa lagi untuk berjalan. Setidaknya dia mengambil jurusan sastra.
Ya. Sekarang Alisya sudah kuliah. Ia bertahan demi pengetahuannya. Ia bertahan bertahun-tahun untuk mencapai sarjananya. Walaupun nanti jika wisuda cuman bareng Orang tua dan Alfin. Jika ia melihat temannya berduaan dengan pacarnya, sesekali gadis itu berfikir.
Siapakah nanti yang ingin menjadi pendampingnku? Siapa juga yang ingin tertarik pada gadis cacat seperti aku? HA. Mengingatnya saja membuat kepalaku sakit. Pikir gadis itu.Oh iya, kalian bertanya tentang Alfin? Dia dengan setia mengantar jemputkan Alisya pergi bersekolah dan kuliah. Dia juga selalu melengkapi keuangan dan keperluannya selama menuntut ilmu. Dia selalu membuat gadis itu tertawa. Dia selalu mengajaknya lunch dan dinner. BAik itu bersama keluarga, maupun cuman berdua. Dia juga selalu mengajak Alisya ke rumahnya, dan hangout bareng. Tak risau dengan tanggapan orang-orang terhadapnya. Dia dengan seria selalu mendorong kursi Alisya. Ia dengan sabarnya mengajar gadis itu berjalan meski dengan bantuan tongkat. Jika gadis itu sedang marah, Alfinlah yang membujuk nya. Membelikannya eskrim, meneraktirnya makan permen kapas, dan meminum coklat panas di cafe favorit mereka.
How sweet they are?
Jika di tanya "Kalian ini apa?"
Mereka akan menjawab "Kita teman"
Waktu awal gadis itu menolak untuk diajak ke rumah Alfin. Tapi Alfin bersih keras mengajaknya. Padahal gadis itu takut nantinya di usir dari rumah Alfin. Dan ternyata dugaan Alisya salah. Justru ayah dan ibu Alfin, welcome aja ke Alisya. Alisya juga baru tahu bahwa Alfin mempunyai adik perempuan bermana Alfina. Dia baru berusia 5 tahun. Setiap Alisya pergi ke rumahnya, pasti Alfina mengajaknya bermain boneka di kamarnya.
Lalu Alfin bagaimana sejak bertemu orang tua Alisya? Awalnya Alfin takut untuk memulangkannya. Tapi dengan beraninya Alfin harus bertanggung jawab sepenuhnya atas Alisya. Walaupun bukan Alfin yang menabrak tapi.. hey, laki-laki harus bisa menjaga harga dirinya. Apa lagi dia adalah calon pewaris perusahaan ayahnya. Dari awal Alfin mengenal orang tua Alisya, mereka welcome-welcome saja terhadap Alfin. Malahan orang tua Alisya ingin mengganti biaya pengobatan Alisya. Tentu saja Alfin menolak.
Alfin adalah sosok yang over protektif. Dan jika ada orang asing yang memdekati Alisya, Alfin tak segan untuk membentak orang itu.
Sebaliknya dengan Alisya. Cewek itu biasa-biasa saja terhadap Alfin. Karena ia terlalu sibuk memikirkan masa depan suramnya.
Tapi, jika Alisya sedang sedih seperti itu, Alfin selalu menghibur cewekitu. Dan acara menghiburnya itu selalu sukses.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Love is not look from the Physical
Diversos"mencintai tidak harus memandang dari fisik masing-masing" -Alfin