Perenungan

57 5 0
                                    

Gadis itu tengah duduk di sofa yang terletak di balkon kamarnya. Gadis itu tengah memikirkan masa depannya.

"Pupus sudah harapanku untuk jatuh cinta. Pupus sudah harapanku untuk menjadi anak berbakti kepada orang tua. Pupus sudah harapan aku untuk membiayai orang tuaku. Pupus sudah harapan aku untuk menaikkan haji kedua orang tuaku" tutur gadis itu sambil melihat lurus-lurus ke arah langit malam yang bersih tanpa bintang.

"Akan kah aku merasakan makan dengan hasil sendiri? Akan kah aku bisa mewujudkan impianku? Akan kah aku bisa berguna untuk sekitar? Akan kah aku bisa merasakan jatuh cinta? Akan kah aku bisa berkeluarga? Akankah ada orang yang bisa menerimaku dan semua kekurangan ku?" Kini, air matanya meluncur dengan lancar bagai keran yang tak di tutup.

"Aku rasa semuanya mustahil. Semuanya hanya berhenti di angan-anganku saja. Aku telah berharap yang tinggi. Sangat tinggi. Sampai-sampai aku terbuai oleh angin lalu aku terhempas ke dalam jurang yang gelap dan menyeramkan. Aku adalah seorang yang gagal" air matanya semakin deras.

"Aku hanya bisa menyusahkan orang lain. Lalu, apa artinya aku hidup? Apa aku lompat aja?--

"Jangan lompat. Karena aku masih membutuhkan mu. Jangan bunuh diri. Aku menyayangimu. Jangan menyerah. Aku selalu berada di belakangmu. Memberimu dorongan dan menyemangatimu" tutur orang di belakang sana. Namun, gadis itu hanya bisa tersenyum kecut sambil memandang langit.

"Semangat ya? Aku sudah menyerah. Aku rapuh. Aku tidak kuat. Aku tak sanggup menahan semuanya. Aku hanya merepotkan mama, papa, Alfin, dan orangtua Alfin. Dan sedangkan Alfin adalah orang yang di pertemukan denganku tanpa sengaja. Aku adalah orang asing. Kami berdua tidak saling mengenal. Aku seharusnya sudah mati saat itu"ujar gadis itu berusaha tersenyum ke arah langit. Tanpa menyadari seseorang yang menjawabnya tadi.

"Seandainya dia tak menolongku saat itu, aku sudah berada di surga. Aku tak lagi merepotkan orang-orang. Aku tak lagi menjadi beban. Aku sudah free urusan dunia. Lagipula di dunia ini aku hanya numpang. Tak ada yang bisa di bagi. Dari dulu aku tak mempunyai teman. Huh, omong-omong tentang teman, aku hanya punya 1 seumur hidupku. Alfin. Cuman itu temanku. Aku juga tak percaya, Alfin ingin menjadi temanku. Kurang menyedihkan apa coba hidupku ini?"

"Tuhan, kenapa kamu mengujiku dengan cobaan seperti ini? Aku lelah. Aku tak sanggup. Ambil aku untuk bersama mu saja Tu--

"Jangan berkata seperti itu. Karena kau baru saja memulai kisah baru. Jangan kira kau membebani ataupun menyusahkan. Kami menyayangimu kok. Kami mencintaimu. Kamu tak perlu takut untuk berjalan ke depan. Jangan pernah salahkan Tuhan tentang cobaan ini. Kita, umat manusia sudah mempunyai jalan maaing-masing yang di tuliskan oleh Tuhan. Jangan berkata bahwa Tuhan tidak tahu kekuatan umatnya. Tuhan tahu seberapa kuatnya kah hambanya. Tuhan ingin kau lebih kuat lagi. Tuhan ingin melihat kau kuat. Dan sekarang kau adalah wanita terkuat kedua yang pernah kutemui. Kau bisa terua belajar tanpa menghiraukan celaan itu. Aku bangga bertemu dengan orang seperti mu. Aku banyak belajar sama kamu. Kamu adalah inspirasi hidup aku setelah masa suram aku. Terima kasih Alisya"

Gadis itu berbalik dan mendapati Alfin sedang berdiri di ambang pintu. Alfin maju sampai didepan gadis itu. Membantunya berdiri lalu memegangkan tongkatnya.

"Fisik urusan ke sekian sekian. Yang penting hati kamu bersih. Insya Allah orang pada suka sama kamu kok. Hanya butuh orang yang benar-benar mempunyai mata untuk melihat kesempurnaan mu. Tuhan menciptakan makhluk di bumi ini dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing" ujar Alfin sambil menggenggam tangan Alisya yang sedang tak memgang tongkat lalu tersenyum ke gadis itu.

"Makasih ya Al. Tiap aku butuh kamu ada terus. Giliran kamu yang butuh, aku yang gak ada"

"Gak apa kok Sya, aku senang kamu bisa di pertemukan dengan aku. Udah ah. Galau mulu, gak capek?"

"Capek sih hehe"

"Yaudah besok makan eskrim apa minum coklat lagi?"

"Gak usah. Kamu disini aja udah bikin aku lega Al"

"Hmm, gitu. Oh iya, wisuda kamu bulan ini ya? Aku temenin ya. Ajak aja mama sama papa kamu"

"Kok kamu tau sih?"

"Kalo aku mah, tahu tentang kamu aja. Bukan cewek lain. Selain keluarga maksudnya hehe"

Blushh pipi gadis itu bersemu merah. See? Alfin bisa membuat suasana baru di hati gadis itu.

When Love is not look from the PhysicalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang