19. Bercinta Dalam Air

25.2K 963 59
                                    

"Udah bangun? Kalau gitu makan." Boy hanya melirik Rapunza yang kini bangun di atas kasur itu.

Boy yang duduk di sofa kamar terlihat fokus, wajahnya di pasang datar penuh keseriusan menatap laptop di hadapannya.

Rapunza diam sejenak, menatap Boy yang sangat berubah banyak. Rapunza jadi penasaran dengan masa lalu, bagaimana Boy melewati perjalanan hidupnya.

Rapunza ingin bertanya banyak tapi dia sadar, kebersamaannya dengan Boy setelah tidak bertemu lama agak canggung walau pada akhirnya semalam gairah mereka sama-sama hilang kendali.

"Masih sakit?" Boy kembali menatap Rapunza. Boy sangat sadar sedang di tatap wanita yang sangat dia cintai itu.

Rapunza menggeleng sambil menggeser tubuhnya agar bisa turun dari kasur. "Mendingan." jawabnya lalu berjalan agak canggung. Rapunza tidak tahu kalau hilang virgin akan mengubah rasa di bawah sana.

Boy menepuk sampingnya yang kosong, menyambut Rapunza dengan pelukan hangat tanpa banyak kata.

Rapunza balas memeluk, memejamkan mata sejenak lalu mengurai pelukan.

Keduanya saling bertatapan beberapa saat.

Boy mendekatkan wajahnya, memiringkan kepala untuk menyatukan bibirnya dengan bibir Rapunza.

Boy memagutnya mesra, ringan dan penuh kasih sayang sebagai ungkapan rasa terima kasih atas apa yang terjadi.

Boy menyesal sebenarnya tapi di sisi lain dia juga bahagia karena bisa memiliki Rapunza seutuhnya. Tapi tindakannya tetaplah salah. Jangan ditiru!

Rapunza membuka matanya perlahan saat wajah Boy mulai membuat jarak.

Rapunza menyentuh lengan Boy yang jemarinya tengah membingkai wajah itu. "Jangan pergi lagi." pintanya pelan nan lirih.

Boy diam sejenak, dia tersenyum tipis lalu kembali menyatukan bibir sebagai jawaban dari permintaan Rapunza.

Boy jelas tidak akan melepas Rapunza lagi dengan mudahnya. Boy sudah memiliki penghasilan dan dia pun harus bertanggung jawab dengan apa yang dia ambil dari Rapunza.

***

Boy menangkap kepala Rapunza yang awalnya bersandar di bahunya itu. Rapunza ketiduran menemaninya bekerja setelah makan.

Boy tersenyum samar lalu menggendong Rapunza untuk dia pindahkan ke kasur.

Rapunza yang merasakan pergerakan pun terbangun. "Oh? Aku ketiduran? Ga boleh, aku harus kerja." hebohnya.

Boy membiarkan Rapunza yang tergesa menuruni kasur, meraih tas dan ponselnya. "Apa Lusi masih di sini?" tanyanya sambil memakai jaket.

Boy hanya mengangguk, menatap setiap gerak Rapunza dengan sorot tidak terbaca nan datar khasnya setelah dewasa.

Rapunza merapihkan rambutnya, mengabaikan wajahnya yang masih pucat. Kenapa juga dia harus datang bulan di hari-hari penting.

Boy mendekati Rapunza, mengulurkan tangan untuk mengusap pipinya sekilas lalu keluar kamar lebih dulu di ikuti Rapunza.

Lusi berdiri dari duduknya yang penuh penantian itu.

"Rapunza sakit datang bulan, apa tidak bisa dia istirahat beberapa hari?" tanya Boy dengan menatap Lusi datar.

"Akan saya tanyakan." jawab Lusi agak segan, apalagi melihat tatto yang kini terlihat karena Boy memakai kaos lengan agak pendek.

Mermaid Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang