21. Bercinta Lagi

15.7K 830 14
                                    

     Bagas turun dari mobil untuk menjemput Zoela yang seharian ini di rumah menyiapkan perlengkapan untuk dibawa ke kota sebrang yang kini ada Rapunza di sana.

Bagas merasa aneh dengan ketiba-tibaan Rapunza yang bahagia diberi pekerjaan di saat seharusnya dia liburan.

Bagas akan menyusul ke sana, dia ingin melihat anak satu-satunya itu. Jika memang tidak ada yang aneh di sana mungkin dia akan sekalian liburan saja bersama Zoela.

"Sayang.." Bagas menghampiri Zoela, meraih pipinya lalu dia kecup kening sekilas.

"Udah sampe ternyata, sebentar masih dirapihin bibi." jelasnya sambil melilitkan tangan ke pinggang Bagas.

Bagas merangkul, menuntun Zoela untuk masuk dan duduk di sofa menunggu semua barang selesai diatur.

"Apa Rapunza senang kita datang ke sana?" Zoela mengusap peluh di kening Bagas.

Bagas membuka kancing di jas yang dipakainya. "Masa orang tuanya datang tidak senang." kekehnya begitu berwibawa dan kental sosok ayah.

"Kamu mau ganti pakaian dulu?" Zoela membantu Bagas melepas jas kerjanya.

"Di sana aja." Bagas menyandarkan tubuhnya ke sofa, meluruskan ketegangan di punggungnya.

Zoela memijat lengan Bagas tanpa banyak berkata lagi, dia tahu sang suami sedang lelah dan ingin istirahat.

***

Bagas menuntun Zoela meninggalkan bandara dengan membiarkan beberapa koper dibawa asisten ke mobil lebih dulu.

"Makan dulu, sayang?" Zoela menatap Bagas yang tengah memasang kaca mata hitamnya.

Bagas memang menua tapi tetap saja terlihat segar dan semakin tampan. Zoela akan semakin menjaga Bagas ketat karena Bagas sedang gemas-gemasnya, banyak yang mengincarnya untuk dijadikan sugar daddy.

"Kamu lapar?"

"Tidak terlalu." Zoela pun tersenyum ramah pada sopir yang membukakan pintu untuknya dan Bagas. "Terima kasih, pak." ucapnya lalu masuk.

Bagas hanya menepuk bahu sopir itu sebagai ucapan terima kasihnya lalu masuk dan duduk di samping Zoela.

"Kita makan di hotel." Bagas melanjutkan percakapan yang terpotong.

"Boleh, sekarang langsung ketemu, Rapunza?" tanya Zoela sambil membuka air mineral untuk dirinya minum.

"Istirahat sebentar." sepertinya Bagas sangat kelelahan. Wajar sih, pulang kerja langsung berangkat ke kota X yang harus menempuh waktu berjam-jam menggunakan pesawat.

"Kamu sakit?" Zoela memperiksa suhu kening Bagas yang hangat.

"Istirahat sebentar cukup." jawab Bagas dengan mata mulai terpejam.

***

Rapunza cekikikan saat lehernya digesek hidung Boy lalu dia kembali mendesah saat Boy bergerak di bawah sana.

Kasur hotel yang mereka tempati sudah begitu acak-acakan, pakaian berserakan dengan jejak kond*m yang tidak hanya satu.

"Kamu ahh.. Kamu tahu? Semenjak kita ketemu di usia dewasa rasanya kamu terlalu mesum, Boy. Kenapa mau terus?" ujarnya diiringi desahan halus.

Boy semakin menghentak keras hingga ke titik terujung. Rapunza sampai kelabakan di buatnya akibat merasakan nikmat yang tak kunjung usai.

Rapunza melenguh saat Boy melepas penyatuan, membaliknya hingga tengkurap lalu Boy kembali melakukan penyatuan.

"Aku mesum sama kamu aja, sayang." bisik Boy. "Aku mau serius. Kita nikah, ya?" bisik Boy lagi lalu mulai bergerak perlahan, memeluk Rapunza semakin erat.

Rapunza mengangguk dengan kembali mendesah di samping wajah Boy.

Keduanya saling membakar api gairah. Entah kesalahan yang berapa kali. Hari ini keduanya libur, dan keduanya memutuskan untuk bermesraan saja seharian.

Boy membalik Rapunza agar rebahan di sampingnya, dia mencium Rapunza sebagai ucapan terima kasih. Namun hanya sebentar karena ponsel Rapunza berbunyi.

"Itu suara panggilan dari Lusi." yakin Rapunza sembari bergerak pelan untuk meraih ponsel di nakas.

"Hallo, Lusi." sapanya pelan setelah diangkat. "APA?!" Rapunza duduk mengabaikan kepolosannya. "Oke, aku siap-siap." paniknya.

Boy yang rebahan menatap Rapunza heran. "Ada apa?" tanyanya kalem.

"Boy! Papah, mamah mau kasih kejutan, mereka udah di kota ini. Aku pergi ya, kita bicara di pesan aja." paniknya lalu memungut semua pakaian.

"Pakaian kamu ada di paper bag, sayang. Itu kotor." Boy turun dari kasur untuk menghentikan tingkah panik Rapunza.

"Oh oke." Rapunza menyambarnya cepat.

Boy menahan lengan Rapunza. "Tenang, jangan panik bahaya. Kamu takut soal aku? Akukan mau ketemu mereka. Kita temuin bareng-bareng." yakinnya.

"A-apa? Ga bisa, aku harus pastiin dulu mood papah lagi bagus. Nanti kamu diusir, tunggu ya." mohon Rapunza.

Boy menghela nafas. "Oke, tapi kamu tetep aku anter." tegasnya.

Rapunza mengangguk. "Aku mandi dulu." pamitnya.

Boy mengangguk dia memilih memakai boxer dan meraih sebatang rokok untuk dia hisap dan nikmati.

***

"Kenapa tegang? Kamu bertingkah aneh kalau begitu." komentar Boy yang kini mengantar Rapunza ke vila.

"Takut, takut papah ga restuin hubungan kita. Takut banyak hal pokoknya." Rapunza terlihat lesu dan tidak fokus.

Boy melihat itu jelas terganggu, dia tidak ingin Rapunza sakit karena kepikiran tentang hubungan mereka yang semu.

"Kita bukan anak kecil lagi, Rapunza." yakin Boy.

Boy menghentikan mobilnya untuk membeli makanan cepat saji dan minuman. Rapunza tidak boleh perutnya kosong apalagi banyak pikiran.

"Kenapa berhenti?" Rapunza masih gelisah.

"Aku harus tenangin kamu dan pastiin kamu akan baik-baik aja." Boy terlihat tidak ingin di bantah.

Rapunza pun pasrah, dia menunggu di mobil dengan harap-harap cemas. Dia takut dihadapkan dengan masalah lagi dan dia dipaksa untuk berpisah lagi. Rapunza sangat tidak rela setelah semua sudah dia korbankan untuk cintanya.

Mermaid Boy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang