"Maksud lo apa sih, Boy? Ga jelas banget kirim pesan." Zoni membuka bungkus rotinya.
Boy sudah memakan habis sarapannya karena dia lebih dulu datang ke kantin.
"Ga tahu."
"Dih, ga jelas lo!"
Boy menghela nafas. "Rapunza kemarin gila sih, bawa kartu item." jelasnya sambil mengingat kejadian kemarin sekilas.
"Lah, ke bakar?" tanya Zoni dengan bodohnya.
Boy berdecak. "Serius gue! Black card, Zon!" kesalnya.
"Ye makanya yang jelas dong, gue kira korengan tu kartu sampe bisa item."
Boy mendengus malas. "Kemarin berjuta-juta abisin uang buat main boneka capit, mana gue yang main. Otak gue cenat-cenut." curhatnya.
"Gaya bener, gue paling 50ribu main begituan sama mantan. Emang ya Rapunzel itu ck! Kelasnya beda."
Boy mengangguk setuju.
"Eh tunggu-tunggu! Lo sama Rapunza jalan?" tanyanya dengan mata memicing.
Boy berdehem. "Ya gitu, gue cuma mau berteman aja." tatapannya meliar salah tingkah.
"Catrin tahu?"
Boy menggeleng santai.
"Lah, selingkuh itu namanya woy!"
Boy memukul bahu Zoni. "Sembarangan! Kontrol suara lo! Kita lagi di kantin nih!" marahnya.
"Lo ga bener, boy! Lo itu ikan jadi-jadian, ga pantes jadi buaya! Pilih satulah!"
Boy terdiam. Dia masih labil. Mengingat hidup Rapunza rasanya Boy tidak sanggup.
"Bisnis kita gimana?" Boy malah mengalihkan topik.
"Masih proses, jangan dulu keluarin dana. Soalnya masih cari lokasi om gue."
Boy mengangguk. "Gue ga akan ganggu dana itu sebelum pasti. Gue harap bisnis kita sukses. Gue mau bahagiain Ra— Catrin." ralatnya cepat.
Zoni memicing geli, dia tahu Boy hendak mengucapkan Rapunza.
***
"Aku kemarin belajarlah, sayang." Catrin duduk di samping Boy.
Boy terlihat hambar menyahutinya, dia sibuk melirik Yohan yang tengah menjahili Rapunza hingga wajah cantik itu menekuk lucu.
"Kamu keluar kemana kemarin?"
Boy menatap Catrin yang terlihat lebih ceria. Mood gadis itu pasti sedang bagus, entah apa alasannya. Baguslah.
"Aku pulang." jawab Boy bohong.
Catrin mengusap rambut Boy. "Bagus, jangan banyak main ya. Waktu libur kamu harus banyak istirahat." senyum penuh perhatian pun terbit.
"Hm.. Kamu juga, jangan terlalu keras belajarnya."
"Iya, sayang. Aku ke kantin ya, kamu jangan jelalatan. Kamu harus jaga hati, jangan sampai ke goda dia." liriknya sebal pada Rapunza yang masih bercanda dengan Yohan.
"Apaan sih, dia ga deketin aku kok." aku yang deketin dia.
"Bagus kalau gitu, aku ke kantin ya.." Catrin berdiri sambil mengusap rambut Boy lalu mulai melangkahkan kaki meninggalkan kelas.
Boy menghela nafas. Perasaannya sudah terasa hambar dengan Catrin. Tapi, dia bingung untuk mengakhirinya.
"Ihhh! Bilangin ke mamah ya!" Rapunza kembali ke kursi tempatnya duduk.
Boy menatap punggung Rapunza lalu melirik Yohan yang berdiri di sampingnya, tengah mencolek pipi Rapunza usil.
"Nza, bentar lagi ulang tahun. Mau di rayain ga?" Yohan menggeser Rapunza dan duduk di satu kursi bersama Rapunza.
Rapunza tidak masalah soal itu. "Ga tahu, emang siapa yang dateng? Paling kamu." bibirnya maju seperti bebek.
"Kata siapa, kamu udah banyak temen loh. Sekelas ini temen kamu." jelas Yohan.
"Oh iya ya, kok pinter kamu? Tumben." polos Rapunza membuat Yohan berdecak sebal.
Boy hanya menjadi pendengar, sesekali menatap keakraban mereka. Boy menghela nafas, dia tidak boleh terganggu karena mereka sepupuan.
Boy kembali menghela nafas. Dia benar-benar memiliki perasaan untuk Rapunza.
Boy agak mendekati Rapunza, membenarkan rambut panjangnya yang terlihat kusut membelit tas gadis itu.
Rapunza menoleh. "Kenapa?" tanyanya.
"Ke sangkut, sebentar." Boy dengan hati-hati mengurai rambut itu. Wanginya begitu menenangkan, Boy suka.
Rapunza manis.
"Gue ke kantin bentar." Yohan menepuk kepala Rapunza.
Boy masih asyik dengan kegiatannya hingga selesai.
"Makasih.."
"Hm.." Boy menatap Rapunza. "Kita ngobrol sekarang yuk?" ajaknya.
Rapunza pun pindah di dekat Boy, kursi bekas Catrin. Dia dengan polos mendengarkan nasihat dari Boy mengenai uang.
Boy begitu hati-hati, membuat Rapunza perlahan paham.
"Iya, ga akan boros lagi. Harusnya aku bantuin orang yang butuh ya? Makasih udah kasih tahu, aku ga tahu kalau sama orang lain boleh kasih uang. Ntar kasih semua orang uang deh.."
Boy menggaruk rambutnya. "Ga semua orang, cuma orang yang membutuhkan. Ga cuma uang, beliin mereka makanan, buku atau barang lain bisa." ralatnya.
"Oh gitu.. Ternyata aku masih banyak ga tahu ya, mungkin aku hidup cuma sama mamah, papah, sepupu pun sedikit karena mereka ga mau sama aku yang mainnya di rumah. Keluar cuma liburan sama mamah, papah." terangnya seperti bocah tengah bercerita.
Boy tersenyum, entah kenapa dia justru senang. Rapunza terjaga dengan begitu baik walau kurangnya pengalaman tentang dunia luar.
"Nanti aku ajarin semuanya tentang kehidupan. Kamu mau?"
Rapunza menggeleng. "Nanti Catrin marah." polosnya.
"Ga akan ada yang berani marahin kamu." Boy mengusap sekilas hidung Rapunza lalu tersenyum.
Rapunza mengulum senyum lucu, malu-malu.
"Kalau aku putus sama Catrin, kamu mau jadi pacar aku?"
Rapunza mengerjap, senyumnya luntur. Sorot matanya terlihat kaget.
