Bagian 2 : Tak Jodoh

154 20 2
                                    

____
Kering air mataku mengingat tentang mu
Tentang kita yg tak jodoh
Dulu pernah bermimpi
Saling memiliki
Nyatanya pun tak kesampaian
Rela... Rela kan lah masa itu
Biar kan lah jadi masalalu
Kenang diriku slalu di hati mu slalu dijiwa mu
Simpan di memori mu
Kunanti dirimu
Bila malam pun tiba
Cukup kita yg tau
Mimpi jadi saksinya
_______

Sudah beberapa hari ini lagu itu yg setia menemani pagi ku. Dengan nada yg teralun indah dari piano yg ku mainkan, semua seakan terasa begitu nyata.
Mungkin aku terlalu berlebihan dgn sedih ini. Ini sudah minggu kedua setelah aku merelakan Off bersama Mai. Tapi entahlah, kenapa aku masih terus menangisi kepetusan ku itu.

"Kenapa lagunya galau gitu?"

Tanya Off yg sedang facetime an dgn ku sejak 30 menit yg lalu.
Aku hanya tersenyum padanya sembari jemari ku memain kan tuts piano yg menghasilkan nada yg indah.

"Kan aku maunya jodoh sama kamu"

Lagi perkataan Off semakin membuatku susah move on dari dia.

"Yah kan jodoh maut rejeki kita kan gak tau. Jodoh udah ada yg ngatur juga. Mau kita pacaran 50 tahun juga kalo gak jodoh yah tetep aja gak bakal bisa nyatu"

Aku sudah seperti orang yg paling benar saja, menceramahi Off seperti itu.

"Kalo gak jodoh yah di jodoh jodohin biar jodoh"

Tawa kami pun pecah dgn celotehan Off itu. Aku lupa kapan terakhir tertawa selepas ini, dan kini aku kembali merasakannya lagi. Sungguh bahagia!

"Masak di jodoh jodohin, gak boleh tau kayak gitu"

Rasanya seperti orang yg pertama jatuh cinta, aku benar benar bahagia dgn sekedar candaan seperti ini.

"Siapa yg di jodoh jodohin Gun?"

Mendengar suara itu, aku langsung menyambar handphone ku dan mengakhiri acara facetime ku dgn Off.

"Mai! Sejak kapan kamu berdiri disana?"

Aku merasa bagai terperangkap dalam mimpi buruk mengerikan. Dalam mimpi itu aku harus berlari, berlari terus sampai paru-paru ku pecah. Tapi aku tak sanggup memacu tubuhku untuk bergerak cukup cepat. Kaki ku rasanya makin lama makin lambat. Sementara aku berjuang menembus kerumunan orang yg tidak memiliki perasaan. Tapi jarum di menara jam tak juga melambat....Tak peduli....dan tanpa belas kasihan. Jarum jam itu terus bergerak menuju akhir....akhir segalanya. Tapi ini bukan mimpi....dan tidak seperti mimpi buruk. Aku tidak berlari menyelamatkan nyawa ku. Aku berlari untuk menyelamatkan sesuatu yg jauh lebih berharga. Hidup ku nyaris tak ada artinya bagiku hari ini.

"Munafik kamu Gun"

Suara yg tidak terlalu jelas itu seakan menyayat luka di hati kecil ku.

"Ini bukan seperti yg kamu pikir Mai!"

Aku mencoba menjelaskan sesuatu yang... yg bahkan aku tidak tau harus menjelaskan apa. Ini rumit!

"Aku bukan anak kecil yg bisa di bodoh-bodohi Gun Atthaphan"

Sungguh bodoh, tidak seharusnya aku termakan bujuk rayuannya malam itu. Tidak seharusnya aku masih berhubungan dengannya disaat seperti ini.

"Aku pikir kamu tuh orangnya bisa dipercaya, tapi ternyata... nusuk dari belakang"

Ini memang salah ku, semua salah ku. Aku memang munafik, aku tidak bisa di percaya. Tapi aku hanya seorang manusia biasa yg punya hati. Dan hati ku.... masih sepenuhnya dgn Off.

Sorry To Love You [𝓞𝓯𝓯𝓖𝓾𝓷] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang