Bagian 3 : Sebuah Rasa

144 18 0
                                    

Detik detik mulai berganti dgn menit. Begitu juga dgn menit yg terus berjalan menuju jam. Tapi jam sepertinya enggan untuk berlama-lama hingga hari datang untuk merebut posisinya. Sementara hari bergulir terus... Terus... Dan akhirnya bertemu dgn minggu.

Yah... 3 kali sudah aku bertemu dgn hari minggu, dan itu artinya 3 minggu sudah berlalu semenjak Mai kembali menginap di rumah keduanya.. Rumah sakit. Tempat kedua dimana sahabat terbaik ku tinggal untuk beberapa waktu yg cukup lama.

21 hari Mai tertidur di dalam sana... Apa kamu begitu marah padaku Mai, hingga kamu tidak mau membuka mata kamu untuk ku?? Ingatan ku tidak pernah terbebas dari kejadian menyakitkan itu. Dunia ku runtuh seketika saat melihat satu satunya sahabat yg ku punya berteriak dan menangis kesakitan. Sungguh dunia dan seisinya seakan menghukum ku. Tuhan... Aku sangat menyesal. Ijin kan sahabat ku bertahan lebih lama lagi.. Aku mohon.. Bahkan jika engkau ingin memberikan nafasku kepada Mai sebagai gantinya.. Aku siap.. Aku slalu sangat siap.

“Gun”

Kurasakan dua tangan menyentuh kedua lengan ku, mengusapnya perlahan mencoba sedikit mengurangi kesedihan ku yg bahkan aku tidak tau apa aku bisa bahagia lagi setelah ini.

“Tante Grace”

Ku seka air mata yg tak pernah ada habisnya ini. Tante Grace.. Mama Mai yg sangat luar biasa. Wanita tangguh yg mulai lemah dan menyerah terhadap waktu. Ketangguhannya hanya menjadi manipulasi untuk menutupi setiap kesedihan yg dia rasakan.

“Pulang lah Gun.. Ini sudah hampir larut malam. Kamu juga butuh istirahat”

Aku beruntung bisa berada di tengah keluarga yg memiliki hati sangat baik. Hanya saja aku yg tidak tau berterimakasih... Aku sudah membuat anak kesayangan mereka menderita seperti ini, aku benar benar tidak tau diri. Maafkan aku....

“Gun... Sudah cukup... Jangan menangisi keadaan ini lagi. Cukup Gun! Simpan air mata mu itu. Kamu harus bahagia.. Tante yakin Mai juga akan bahagia jika kamu bahagia”

Bahagia.... Bahkan aku sudah lupa seperti apa definisi bahagia itu. Ini sulit.. Untuk tersenyum pun rasanya aku tidak akan bisa. Sahabat ku sedang berjuang mencari pintu keluar dari ruangan gelam yg mengurungnya.

“Tante... Tolong ijinkan Gun menemani Mai disini. Gun ingin ada di samping Mai ketika dia bangun”

“Tapi Gun... Ini sudah hampir satu bulan kamu tidak pulang. Kamu juga harus melihat keadaan di luar sana sayang. Mai pasti baik baik saja disini”

“Gun mohon tante... Biarkan Gun tetap disini”

Mungkin ini satu satunya cara untuk menebus kesalahan ku, meskipun tidak semua kesalahan ku akan menjadi benar.

“Baiklah Gun... Tapi biarkan Off menemani kamu disini sementara tante pulang lebih dulu”

Off.... Apa kabar dia sekarang? Sudah sangat lama rasanya aku tidak bersua dgn orang yg menjadi korban kemunafikan ku itu. Bukan karena Off tidak pernah datang untuk menemui Mai disini. Tapi aku yg slalu dan harus menghindari setiap pertemuan ku dgn Off. Aku ingin Off membenci ku karena aku mengacuhkannya, bahkan jika Off melupakan ku sekarang aku akan sangat bersyukur.

Klek

Seseorang membuka pintu ruangan Mai. Siapa yg datang? Apakah itu Off? Aku tidak berani melihat orang tersebut. Sungguh aku sangat takut jika itu benar benar Off.

“Gun... Apa kamu sudah tidur”

Suara itu... Aku sangat mengenalnya... Suara malaikat yg dulu slalu membuat ku merasa dunia ini tanpa benban. Aku harus bagaimana sekarang? Tidak mungkin aku berlari keluar meninggalkan Mai, itu konyol Gun. Tapi langkah Off semakin dekat dan terus mendekat.

Sorry To Love You [𝓞𝓯𝓯𝓖𝓾𝓷] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang