Prolog

41 4 0
                                    

Happy new year, all. Masih hangat setelah pergantian tahun nih. Apa doa dan harapannya di tahun 2024 ya?

Kalau author pastinya pengen tulisan-tulisan di sukai dan bisa menghasilkan uang hehe.

Semoga semuanya dalam keadaan sehat di mana pun berada. Salam kenal dengan aku, Putri.

HAPPY READING GUYS.

🍁🍁🍁

Pukul 02.57 dini hari di saat semua sedang menikmati malam yang damai, terlelap seakan enggan lepas dari semerbak mimpi indah menghiasi. Tak ada yang tahu bagaimana sengsaranya gadis sedang melajukan motor begitu cepat bersamaan deraian air mata tak henti menghujani pipinya.

Motor Sqoopy putih itu terus melaju 60/km per jam, fokus ke jalan begitu sunyi dan sepi entah ke mana dia harus pergi selarut ini. Tangisan tak pernah terjeda. Lambat laun bayangan masa lalu merambat dalam ingatannya, ketika hangatnya kasih sayang terus mengalir ke diri.

Sungguh bingung berada dalam posisi dia sekarang. Jika di ingat, dirinya tak pernah tertawa lepas lagi. Lelah, satu kata bisa diungkapkan. Sangat penat berada dalam lingkungan keluarga yang tak juga menginginkannya. Lalu lantas apa alasan bertahan?

"Maafkan, Jana, tolong maafkan ... Jana pergi tanpa pamit ke ayah." Dari pada tinggal berlama-lama di rumah ada kemungkinan dia akan kehilangan akal sehatnya.

"Sebenarnya Jana tidak menginginkan ini, tapi apa yang bisa membuat Jana bertahan jika menunggu ayah pulang?" ucapnya, tak ada penyesalan apapun. Dia hanya ingin menyelamatkan mentalnya.

Namanya Anjana Adeyuna, seorang gadis baru saja lulus Sekolah Menengah Pertama. Awal hidupnya dipenuhi kasih sayang, tawa bahagia selalu menyertai. Cinta tak pernah usai diberikan. Namun, semua itu sirna kala sang ayah harus menikah setelah tiga tahun kepergian ibunda.

Dia harus merasakan segala penat yang tertahan dengan senyum palsu melingkari ketika bertemu sang ayah. Yah, harus memanipulasi jika dia bahagia memiliki ibu sambung dan dua saudara tirinya. Jana tahu jika mereka menginginkan harta dan ayahnya saja, tidak kepada dirinya.

"Stopp!!! Jana lelah! Jana juga berhak temukan bahagia Jana sendiri!" pekik dia tak dapat di dengar oleh manusia lain. Gas motor semakin ditancap tanpa sadar sedang membahayakan hidupnya sendiri.

Semakin deras air mata, semakin deras pula gas motor. "Bajingan! Manusia biadab!" Napas memburu, sakit atas perlakuan saudara tirinya itu. Karena tak sanggup dia memilih meninggalkan rumah yang mana dikatakan sangat berkecukupan.

Bayangan itu kembali merambat dalam ingatan. "Sial! Lenyaplah lo dari muka bumi ini, sialan!" Emosinya semakin mencuat, gas motor semakin kencang. Jika tidak ada tas ransel berisi pakaian dipunggungnya bisa saja angin membawa dia terbang.

Tiba-tiba seokor kucing lewat. Jana langsung tersadar seketika. Namun, apalah daya ketika motor Sqoopy itu tak bisa dikendalikan. Gasnya masih di tancap dan tangan rasanya enggan untuk mengerem motor. Dia menangis sejadi-jadinya menyesali kecerobohan.

Tak ada pilihan lain dari pada menabrak kucing tak bersalah, Jana membelokkan stirnya ke trotoar dannnn .... brukkkkk. Gadis kecil itu terbentur keras di trotoar jalanan. Terlihat jelas bagaimana motor itu jatuh begitu hancur.

Ketika kesadaran Jana masih ada, samar-samar melihat sekitarnya tak ada orang berlarian. "To-tolong ...." ringisnya dalam sakit, darah semakin deras mengalir dari badan yang tergores, kepala terbentur hingga bocor. "Toooloonggg selamatkan Jana ...," ucapnya lagi di mana hanya angin yang bisa mendengar.

"Ayah ... maafkan, Jana, belum bisa jadi anak yang membanggakan ayah. Maaf Jana ... Jana pergi ...." Napas Jana semakin tidak karuan, dadanya begitu sesak terlempar sedikit jauh dari motor.

"Pergii, mungkin Jana akan menyusul Ibu ...." ujarnya memaksakan senyum terukir mungkin untuk terakhir kalinya. Telunjuk jari mengetuk berusaha meraih handphone telah pecah tak jauh dari pandangan, namun, hasilnya tetap nihil tak bisa dijangkau.

Perempuan itu tak pernah berpikir untuk berakhir seperti sekarang. Dia hanya kabur dari rumah menyelamatkan diri. Nyatanya, keinginan hidup bahagia mungkin berakhir di malam tak terduga ini.

"Pu-la-ng a-yah, ba-ca s-su-rat Janaaa." Jari itu tak lagi mengetuk. Jana menutup matanya merasakan segala tubuh yang remuk dipenuhi darah. Jana kecil yang malang memendam segala luka hati. Kini tak ada lagi tawa akan terdengar oleh ayahnya di rumah. Dinginya jalan, sunyinya malam menjadi saksi untuk semuanya.

Jadi ini cerita aku pernah aku unpublish sebelumnya. Sekarang kembali publish untuk mengingatkan ke randoman seorang Renja dan Anjana.

Emosi kalian akan di jungkar balik di sini, greget, salting, senyum-senyum sendiri akan kalian rasakan. Pastinya marah juga dong, pokoknya jangan banting HP kalau membaca ini ya. Kalau ada yang nangis siapun tissue abis itu ketawa lagi.

Happy terus yaa. Cerita fiksi ini seperti biasa anak SMA dan cukup ringan. Jadi kalau cari genrenya berat bukan di RENJANA yaa.

Ini bukanlah sekadar cerita fiksi tapi berharap cerita ini bisa menebar manfaat dan kebaikan. Yang kurang baik tolong jangan ditiru guys. Ambil sisi positif saja!

Jika menarik, share ke teman-temannya yuk.

1/1/23

Up: 2/1/24

RENJANA (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang