Bab 4. Ini tentang Rasa

15 1 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ini tentang rasa yang tak bisa dihindari kehadirannya.

🍁🍁🍁

"Gue sudah tahu semuanya, Bro," ujar Kryo setelah memasukkan bola basket ke ring dan memilih duduk. Melihat sekeliling lapangan sudah tidak ada orang selain mereka bertiga di sana.

Pulang sekolah latihan lagi dan memesan go food untuk makan siang. Perihal baju selalu tersedia baju basket di mobil jadinya tak susah paya pulang hanya berganti pakaian. Lapangan basket ini tertutup jadi kulit mereka tetap aman tak terbakar oleh paparan sinar matahari.

"Bener tuh, mana nggak cerita lagi," sahut Delan masih mengontrol napas ngos-ngosan capek.

"Maksud kalian apa?" tanya Renja bingung dengan tingkah kedua sahabatnya.

Delan jengah mulai melap keringat setelah bermain basket 30 menit lamanya. Dia mengambil tong sampah berada dekatnya supaya lebih mudah membuang sisa tissue tadi. Sudah 40 menit berlalu go food dipesan tak kunjung datang.

"Cewek yang lo suka itu Anjana, kan," ujar Kryo tak ingin bertele-tele, bola yang tadinya ingin dilempar ke ring seketika terhenti dan menoleh ke arahnya.

"Enggak lah," alibi Renja kembali melempar bola basket itu dan berhasil masuk ke ring, dia kemudian memantulkannya berulang kali.

"Lo nggak bisa bohong lagi."

"Bohong apa?" Enggan untuk berbalik ke lawan bicara.

"Tadi kita lihat lo ke kelas XI IPA 3, lo duduk berhadapan sama Anjana." Terjeda sembari menunggu Renja kembali menoleh. "Pinjam buku biologinya cuma sekadar basa-basi doang. Padahal apa-apa larinya ke gue, buku gue selalu jadi sasaran walaupun jarang lo pake," lanjutnya. Diantara mereka bertiga memang yang paling pintar dan rajin itu Kryo, paling playboy sudah jelas jatuh pada Delan sedangkan Renja terkenal paling cool dan dingin tapi jika dia punya pacar akan sangat bucin.

"Buku dia rapi," Renja masih mengelak.

"Alasan lo nggak masuk akal! Jujur saja lah, Renja, kita sahabat lo, emangnya salah kalau kita tahu?" lanjutnya.

"Gue ingat kalau lo selalu bilang ke cewek-cewek suka orang dan dia pintar juga cantik. Setelah diamati itu ada di diri Anjana, walaupun banyak yang lebih cantik sih dari dia," Delan bicara se enak jidatnya saja.

"Goblok! Anjana memang cantik woi! tukas Kryo menepuk jidat temannya.

"Astaga gue salah apa lagi?" sungutnya memilih diam melanjutkan ngelap keringat.

Mendengar pedebatan kecil antara sahabatnya, Renja tetap melanjutkan memantulkan bola dan memasukkan ke ring. Menghela napas berulang kali kemudian melempar bola basket menuju arah kedua manusia itu.

RENJANA (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang