Tok tok tok
Seorang pemuda nampak berdiri disalah satu rumah kontrakan. Ia dipinta Sergio untuk membawa ibu serta adiknya pulang kerumah mewah milik Sergio itu. Kalau kalian ingin tau, Sergio sempat menjadi pesaing bisnis Fariz Alfenzo, bahkan sampai CEO nya digantikan oleh Ricky, namun sekarang ia memilih menjalankan nya tanpa persaingan. Jika kalah ia terima, tidak akan seperti kemarin.
"Abang? Tau dari mana?"
"Opa yang cari tau. Kemasi barang mami, opa ingin mami dan Agam tinggal sama opa dan ga ada penolakan," Angel mengangguk. Jika sang ayah yang meminta, ia bisa apa. Mau tak mau menurut.
Mobil berwarna silver mulai meninggalkan pekarangan kontrakan dikawal oleh 3 motor, salah satunya motor Jeno. Tak hanya itu, di depan mobil juga ada 3 motor. Sangat ketat, Sergio tak mau anak dan cucunya terluka.
Namun, sialnya mereka dihadang oleh beberapa motor. Jeno berdecak, kenapa harus sekarang disaat ia tengah mengawal orang tuanya? Yang menghadang mereka adalah Btiger.
"Kalian kawal mami sampai rumah, mereka biar saya yang hadapi,"
"Tapi tuan muda-"
"Jangan membantah!"
"Ba-baik tuan muda,"
"Biarin mereka lewat,"
"Okey, kasih jalan,"
Setelah mereka pergi. Jeno menatap Raja bengis. Ingin sekali menghabisi pemuda didepannya ini, selain karena musuh, mencoba menghasut Anis masuk dalam alasan, kenapa ia ingin menghabisi Raja.
"Jeno Jeno, gue tau lo lagi berusaha deketin Anis kan? Percuma!"
"Ga usah banyak ngomong, maju kalau kalian berani!"
"Cih! Sok jagoan, serang!" perkelahian antara Jeno melawan 5 Btiger terjadi. Jeno berusaha untuk menghindari pukulan dari mereka.
Jeno menyeringai, 4 yang lainnya sudah tumbang, tinggal ketua nya. Raja nampak masih tenang kemudian ia nampak mengambil sesuatu dari balik jaketnya. Sebuah pistol terarah padanya. Jeno kembali menyeringai, sudah ia duga kalau Raja akan melakukan ini.
Brakkk
Pistol yang dipegang Raja terjatuh setelah seseorang menendang tangannya. Beberapa orang berjas sudah berdiri di belakang Jeno. Mereka adalah orang suruhan Sergio.
"Sebaiknya, tuan muda pergi, biar dia menjadi urusan kami,"
"Sudah saya peringati, kenapa kalian datang?!"
"Tapi tuan muda, tuan muda bisa tewas jika terkena peluru itu,"
"Biarkan saya mati!"
*:..。o○ ○o。..:*
Malam kembali menyapa. Jeno tengah mengobati tangannya yang sempat terluka. Ponselnya berdering, tanda ada panggilan masuk. Ternyata dari ayahnya. Ia memilih mengabaikan, ia tak akan peduli lagi dengan lelaki itu. Ponselnya kembali berdering, kali ini notifikasi dari Anis. Jeno tersenyum kala mendapat jawaban dari gadis itu.
"Gue akan datang," gumamnya.
Tok tok tok
"Abang,"
"Kenapa?"
"Ada temen abang dibawah,"
"Yuk turun," Jeno dan Agam menuju lantai bawah, disana sudah ada Adrian, Candra dan Boy. Mereka mendapat kabar tentang penyerangan Briged tadi. Padahal, sudah ada kesepakatan tak akan membuat ulah sebelum perang itu terjadi.
"Ngobrol dikamar gue aja," mereka bertiga mengangguk. Lagian disini masih ada Agam dan Zeck.
Tanpa malu, Boy merebahkan dirinya dikasur Jeno, Adrian menyalakan PlayStation, sedangkan Candra duduk santai di karpet bulu sambil menonton NCT Dream, boygroup kesayangan Candra.
"Cuma buat ini?"
"Bentar, Jen, istirahat dulu," ucap Boy.
"Iya, Jeno hyung, kita nyari rumah ini tuh muter-muter. Pindah kok ga bilang-bilang,"
"Santai dulu Jen, yuk main," ucap Adrian sambil melemparkan salah satu stik. Mau tak mau Jeno menerimanya. Sedikit menghilangkan penat bukan?
"Mark Lee, omg gila pesona anda begitu, astaghfirullah,"
"Btw lo non-Islam," tegur Boy. Sekedar informasi, Jeno dan Candra mempunyai keimanan yang berbeda diantara 5 inti Rexsan.
"Eh iya lupa,"
"Btw, kok bisa Raja hadang lo?"
"Karena gue berhasil rebut Anis," jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari layar televisi.
"Jeno! Setan ye, gue lagi ga fokus main ngegolin aja," kesal Adrian.
"Itu taktik gue, ada peluang, kenapa ga dimanfaatkan?"
"Ga heran sih bang Carlos ngasih lo kesempatan,"
"Ada yang nyebut nama gue?"
"Oanjing anda!" kesal Jeno, namun dengan pandangan tak lepas dari televisi.
"Eh Mark Lee nyemplung sumur,"
"Eh Bang Carlos, ngapain?"
"Lah, ini kan rumah gue,"
"Sat, ini rumah opa gue," sarkas Jeno.
"Bawa pulang ade lo sono, beban," Carlos adalah kakak kandung Zeck. Namun, ketidakhadiran Carlos dibeberapa acara yang diadakan Hendrick, membuat media mengklaim kalau Zeck adalah anak tunggal. Carlos tak peduli, baginya hidup tanpa media begitu bebas.
"Gol! Kan akhirnya gue cetak gol,"
"Lah bang?"
"Lo saling kenal?" ucap Adrian sambil menyenggol lengan Jeno.
"Supupu gue, pulang sono," kesal Jeno sambil bergerak menutup pintu.
"Mereka pulang, kabarin gue. Ada hal serius yang mau gue omongin sama lo," Jeno mengangguk. Ia tau, kapan sepupunya serius dan bercanda.
"Kok hyung ga cerita sama kita?"
"Hyung apaan dah?" tanya Boy yang baru saja bangkit.
"Hyung itu panggilan adik laki-laki ke kakak laki-laki. Kalau oppa, panggilan adik perempuan ke kakak laki-laki,"
"Ga peduli," ucap Boy sambil mengambil minuman dikulkas.
"Boy anjing," balas Candra santai.
Begitulah kalau Kpopers menjadi anggota geng motor. Mana nama Jeno kayak nama biasnya. Makanya sering manggil Jeno dengan sebutan Jeno hyung.
Nb : Jangan jadi silent readers ya. Hargai penulis/author dengan memberi votmen dan jika tidak suka dengan alurnya bisa pergi, boleh memberi masukan asal tidak menghina, paham?
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Me Jeno
Teen FictionRexsan Series 2 Rumah tempat pulang, tapi kalau rumah menjadi sumber air mata, apakah masih pantas disebut tempat pulang? Terkadang, hidup dalam kemewahan tak bisa kita nikmati, dikarenakan tak adanya kasih sayang orang tua. Brokenhome, mungkin co...