5. sebuah pelukan

25 2 0
                                    


TEPAT pukul enam sore, langit-langit mengubah warnanya menjadi jingga, warna yang penuh nyawa, membentuk senja, yang selalu indah dipandang.

rihana menoleh menatap altela yang sedang memejam kan mata, merasa diperhatikan lelaki itu juga menoleh menatap lekat wajah rihana yang terlihat cantik, entah kenapa hari ini altela merasa bahwa gadis di depan nya ini sangat berbeda tidak banyak bicara, tidak keras kepala, dan yang pasti kenapa dia nurut sekali padanya?.

"gk usah segitunya liatin gue, tar suka lagi." rihana tersenyum kecil lalu mengalihkan pandangan kembali menatap senja.

"bukan nya situ duluan ya yang liatin? apa gue se cakep itu?." benar-benar pd altela ini, tapi emang cakep sih.

menatap sinis rihana beranjak dari duduknya di ikuti oleh altela."yu pulang." ujar rihana ia pun berjalan kearah motor altela.

"rin." rihana berbalik saat altela memanggil nya, ia terkejut saat lelaki itu memeluknya secara tiba-tiba, memeluknya erat menenggelam kan wajahnya di ceruk leher rihana, bingung? tentu mengapa pria ini memeluknya?. ingin sekali rihana melepas pelukan ini tapi jujur ia juga merasa nyaman dengan pelukan ini, mengelus punggung altela. "al are you okey?." tanya nya.

"bentar aja rin, habis itu lo boleh pukul gue."

"ternyata gini rasanya dipeluk altela, sumpah kenapa parfum nya wangi banget sih anjing." batinyaa.

setelah beberapa menit akhirnya altela melepas pelukan itu ia menatap wajah rihana lekat, mengapa rihana sangat begitu cantik? rasanya ingin sekali ia terus berada di dekat gadis ini.

"yu balik." berjalan terlebih dahulu meninggalkan rihana yang bergerutu kesal karena ditinggal begitu saja.

"al anterin gue ke cafe yang tadi aja." ujar rihana dengan suara yang agak keras, karena mereka sedang di jalan dan banyak sekali suara kenalpot motor dan mobil ditambah kenalpot motor altela juga sangat berisik, mengganggu pendengaran saja.

tidak menyahut altela mengangguk tanpa berminat bertanya lebih kenapa gadis itu ingin kembali ke cafe kenapa tidak ke rumah nya saja.

***

rihana memasuki rumahnya yang terlihat sepi, ia duduk di sofa ruang tamu dengan kaki yang ia naikan keatas meja, biar lah saja lagian di rumah tidak ada siapa-siapa jadi ia bebas kan?.

"aaarrrgghhhh" suara teriakan dari atas berhasil membuatnya terkejut setengah mampus, itu suara gerhana. dengan panik ia berlari menaiki tangga ia memasuki kamar gerhana dan sangat terkejut melihat kamar yang begitu berantakan dan bau amis yang menyeruak di dalam kamar itu.

"lo apa-apaan sih? kenapa bau banget ini?." rihana menghampiri gerhana yang berdiri tak jauh dari kasur tempatnya tidur, ia sangat terkejut melihat lengan gadis itu yang penuh dengan darah dan goresan goresan pisau.

"lo gila hah? kenapa lo lukain diri lo bego?."

gerhana menatap rihana dengan tatapan sendu, air matanya jatuh terus menerus. "rihana." ujarnya dengan mulut bergetar.

"lo kenapa han? kenapa lo lakuin ini?." tanya rihana, ia mengusap air mata kakaknya itu.

sungguh melihat gerhana melukai dirinya sendiri sangat membuatnya sakit.

"aku cape rin, aku cape ngeliat orang-orang disekitar aku menatap aku seolah aku ini bangkai yang harus dibuang jauh-jauh, aku cape dapat perlakuan tidak adil dari mamah papah, perlakuan mereka ke aku beda banget sama perlakuan mereka ke kamu rin, aku iri sama kamu, kenapa orang-orang selalu berpihak ke kamu rin? kenapa bahagia itu gk ada buat aku? enggak di rumah enggak di sekolah kenapa aku selalu mendapat perlakuan yang tidak adil?." menghela nafas gerhana terus menatap rihana yang kini juga terlihat menahan air matanya.

"asal kamu tau rin, hal yang dulu dimasa lalu kamu alamin sekarang aku ngalamin bahkan lebih, gk ada yang ngebela aku disaat aku ditindas oleh orang-orang itu, aku sendirian rin dan selalu sendirian, bahkan kamu sendiri adik aku gk pernah ada buat aku kamu jauhin aku sama seperti mereka."

rihana tidak bisa membendung air matanya lagi, ia benar-benar tidak tahu jika kakaknya ini selalu mendapat perlakuan yang tidak adil di sekolah dan ia sangat menyesal telah mengabaikan kakaknya yang dulu selalu ada untuknya.

ia memeluk gerhana dengan erat ikut menangis dipelukan itu, sakit sekali melihat kakaknya seperti ini.

"im sorry han." ujarnya pelan.

Di waktu yang sama tetapi tempat yang berbeda, chintya menatap lekat wajah pria didepan nya ia tengah kebingungan sekarang, mengapa pria ini ada di depan rumahnya. "lo ngapain?"

"mau ketemu lo." fajar cowo itu yang datang kerumahnya dimalam hari seperti ini.

"mau keluar gk?." tanya fajar.

chintya mengangguk ia menyuruh fajar menunggu sebentar karena ia ingin berganti pakaian.

selang beberapa menit chintya kembali dengan pakaian yang lebih rapih dari sebelumnya.

di dalam mobil hanya ada keheningan yang menyelimuti mereka, fajar yang sibuk menyetir dan dirinya yang sibuk bermain ponsel.

"ekhem." fajar berdehem cowo itu terlihat meliriknya sebentar.

"kenapa jar?."

"gapapa."

mengumpat kesal, mengapa cowo itu terlihat menyebalkan?.

***

Gerhana memasuki area sekolah dengan sumpringah nya, semalem setelah berbicara panjang dengan rihana akhirnya mereka menemukan jalan keluar.

flashback on

"maafin gue ya han."

kini mereka berdua duduk di atas kasur gerhana, saling memandang satu sama lain.

"gapapa rin, aku juga salah terlalu tertutup sama kamu."

"terkadang banyak hal yang harus dirasakan agar orang-orang disekitar kita bisa merasakan itu."

rihana terus menatap gerhana, berusaha menjadi pendengar yang baik untuk gadis itu, mulai hari ini dan seterusnya.

"aku iri deh sama kamu rin, pasti di sekolah kamu banyak yang suka, kamu punya banyak temen beda banget sama aku hehe."

"kenapa ya aku gk bisa kaya kamu rin? kenapa aku harus kaya gini?. saat aku lagi sendiri aku kadang mikir gimana ya kalo kita tukeran posisi? aku jadi kamu, kamu jadi aku. maybe dengan begitu kamu bisa tau gimana kehidupan aku begitupun sebaliknya aku bisa rasain kehidupan kamu."

gerhana tersenyum, gadis itu menatap lekat rihana.

"gimana kalo kita tukeran posisi aja? buat sementara waktu, seperti yang lo bilang tadi."

gerhana terlihat berfikir tapi kemudian ia mengnganguki ide itu.

flashback off

ya begitulah kurang lebih percakapan dirinya dan rihana semalem, hingga ia sekarang berada di sekolah rihana dan rihana berada di sekolahnya.

ia terlihat bingung dengan tata letak sekolah ini dan yang paling ia bingungkan dan takuti dimana kelas rihana?.

"woy rihana ngapain lo berdiri disitu, ngalangin jalan aje." ranka cowo itu menghampiri gerhana yang setau nya rihana.

"emm maaf." gerhana menyingkir memberikan mereka jalan.

mereka saling menatap, mengapa rihana sangat berbeda?.

"tumben bilang maaf lo."

_TBC_

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SelenophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang