Trouble

1.3K 44 0
                                    

Disebuah museum yang aneh dan pertama kalinya dalam hidup ku mengetahuin bahwa di dunia ini ada museum seperti ini. Red Light Secrets Museum Of Protiution Amsterdam. Kalian tahu apa yang pertama kali ada dibayangan ku? Wanita-wanita yang menyedihkan. Setiap harinya ditempat ini ada sekitar 900 orang pekerja prostitusi yang berada dilabirin kaca dengan pakaian yang tidak pantas untuk diperlihatkan di depan orang banyak.

Biar ku jelaskan sedikit, disini kalian bebas untuk 'menyewa' wanita yang kalian inginkan dengan bayaran 150 Euros per jam ah atau per hari? Entahlah. Dan yang paling membuat ku terkejut adalah..di Amsterdam ini prostitusi di legal kan jadi kalian yang ingin mencoba tidak mesti takut untuk ditahan di penjara bersama tikus-tikus bau. Tidak seperti di Indonesia yang segalanya dilarang. Ya memang menjual diri adalah hal paling kotor yang dilakukan para wanita. Bagaimana bisa mereka para wanita menjual dirinya kepada lelaki entah siapapun yang siap membayarnya? Ugh! Menjijikan. Disini juga ada beberapa type kalian untuk melakukan sexs, salah satunya adalah BDSM. Kalian tau BDSM? silahkan kalian cari tau sendiri, aku pun enggan untuk memberi tahu nya.

Di Museum ini banyak sekali ruangan yang entah untuk apa fungsinya, ruangan-ruangan itu antara lain Luxuary room, Confrontation room, video room, BSM room, Lost and Found, Red Light Fashion, Cinema,dan The Workshop.

Ahh Jessica sepertinya kau salah mengajak ku ke sini. Aku ingin muntah melihat tingkah wanita-wanita menyedihkan di labirin kaca. Mereka seolah meminta ku untuk memuaskannya.

"Babe, udah yuk pulang aku mual liatnya" ucap Ku sedikit merengek kepada Veranda. Ah Veranda masih saja melihat-lihat ke dalam ruangan tidak menanggapi ucapan ku. "Sayang" panggil ku lagi kepada Veranda.

"Ada apa Dev?" Balasnya sambil melihat ke arah ku

"Aku mual. Pulang aja yuk"

"Sebentar lagi, kalau kamu ga kuat tunggu di depan aja, nanti aku susul"

"Ya, baiklah aku tunggu di sebrang jalan ya, ada kedai kopi disitu. Kamu jangan lama-lama" ucapku sambil mengecup sekilas kening nya dan pergi meninggalkan Veranda dengan kepenasarannya.

Aku berjalan menuju kedai di sebrang Museum aneh ini. Aku melihat sekeliling kedai, mencari tempat kosong untuk ku beristirahat menghilangkan sedikit rasa pusing di kepala ku. Aku mendapat tempat yang lumayan strategis, tidak jauh dari pintu masuk dan mengarah ke jalan besar agar memudahkan Veranda menemukan ku.

Aku memesan Capuchino latte with caramel cream. Sebenarnya aku tidak boleh terlalu banyak meminum kopi, karna kasus usus buntu ku ini yang belum lama kambuh tapi tidak sampai harus melakukan operasi jadi ku pikir masih cukup aman. Aku menikmati kopi dihadapan ku dengan tenang, ditemani untaian lagu dari kedai kopi yang memutar playlist musik classic menambah kesan romantis pada kedai ini. Ah ya aku juga suka desain interior pada kedai ini, seperti tahun 70-an. Banyak aksen kayu serta didominasi warna cokelat.

Ku lirik jam rolex ku yang berada dipergelangan tangan kanan ku, hmm sudah hampir 30 menit Veranda belum juga kembali. Aku khawatir sesuatu yang buruk terjadi padanya. Aku putuskan untuk menyusul Veranda ke dalam Museum menjijikan itu, tapi langkah ku terhenti ketika aku melihat sosok seperti yang aku kenal. Tunggu..itu kan mantan pdkt-an ku dulu saat di Aussie, Cathrine Keneth Winston. Sedang apa dia disini? Ah aku rindu sekali dengannya. Dulu aku hampir berpacaran dengannya sebelum Stella masuk ke dalam kehidupan kami berdua tentunya.

"Cathy" ucap ku sedikit berteriak kepada sosok wanita yang aku maksud. Wanita itu membalikan badannya dan menatap ku dengan tatapan bingung. Aku berjalan mendekat ke arahnya untuk memastikan bahwa aku tidak salah orang. "Cathy kan?" Tanya ku saat aku sudah berada di depan wanita tersebut.

LDMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang