Why?

1.1K 50 4
                                    

Hari ini Deva pulang ke Indonesia, rasanya aku ingin ikut bersamanya tapi karena kesibukan ku yang harus mengurus beberapa berkas jadilah aku masih berada disini, Belanda.
Rasanya baru sebentar bertemu kenapa harus berpisah lagi? Ah kenapa long distance ini menyakitkan? Bisakah aku mempercepat ini semua? Aku ingin kembali ke Indonesia. Merintis karir ku sendiri di Negeri ku sendiri. Membangun segala impian bersama dengan Deva. Kapankah semuanya akan terwujud? Sampai sekarang pun belum ada pembahasan mengenai itu. Ku pikir Deva ke sini untuk membicarakan pernikahan, tetapi sepertinya dia malah asik dengan reuni kecilnya bersama Cathrine.

Heran kenapa sih Deva begitu dekat dengan Cathy? Atau mereka sempat mempunyai hubungan special? Sepertinya tidak, lalu apa? Atau ada yang disembunyikan mereka berdua? Sudahlah aku tidak mau terlalu ambil pusing, toh sekarang aku sama Deva sudah bahagia walaupun belum sempurna karna ikatan tali suci.

Aku menuju Airport untuk mengantar Deva, bersama kedua orang tua ku juga tentunya. Orang tua ku bahkan jauh lebih menyayangi Deva dari pada aku. Itu terbukti sejak kemarin orang tua ku sibuk mencari oleh-oleh untuk calon besan katanya. Terkadang mereka juga berlebihan tapi itulah mereka orang tua terhebat yang pernah ada di dunia ini.

"Sampai ketemu di Indonesia sweetheart " ucap Deva ketika ingin memasuki ruang boarding. Sebentar lagi pesawat yang akan ditumpangi Deva akan take off jadi dia sudah harus berada didalam pesawat. Aku enggan melepas genggaman tangannya. Masih ingin menggenggam dan memeluk nya erat. "Jangan sedih seperti itu, nanti aku jadi ga tega nih buat naik ke pesawat"

"Aku ga sedih, cuma rasanya baru bertemu sebentar kenapa harus berpisah lagi?" Ucap ku dengan berusaha menahan air mata yang siap menerjang wajah ku.

"Nanti kan kita ketemu lagi, bulan depan? Iya kan? Sebentar kok itu. Jangan manja seperti ini" Deva mengacak rambut ku yang sudah ku tata rapih, sangat rapih bahkan. Aku cemberut menandakan bahwa aku kesal diperlakukan seperti anak kecil begini. "Tuh malah ditambah cemberut gitu, yaudah aku pergi dulu ya" ucapnya sambil mencium kening ku cukup lama dan memelukku erat. "Mah, Pah aku naik ke pesawat dulu, terima kasih atas oleh-oleh yang cukup banyak ini, pasti Mama dan Papa suka" Deva pamit kepada kedua orang tua ku dan mencium tangannya.

Perlahan namun pasti Deva semakin jauh dan jauh dari jangkauan tangan ku, membelakangi ku secara perlahan namun pasti. Aku berlari mengejarnya dan kembali memeluk nya dengan erat dari belakang.

"Hati-hati, kabarin aku kalau sudah sampai" aku menenggelamkan kepalaku dipunggung bidang Deva, nyaman. Selalu nyaman bila berada didekatnya membuatku semakin tak ingin berada jauh darinya.

"Kamu ini, kalau kamu peluk aku terus kaya gini aku bakal ketinggalan pesawat loh" Deva membalikkan badan nya menghadap ke arah ku. "Udah ya nanti kita kan ketemu lagi" Deva mencium sekilas bibir ku, dan melepaskan nya lalu mengusap puncuk kepalaku lembut. Aku mengangguk dan menatap kepergiannya.

"Dev, tunggu aku pasti aku akan nyusul kamu"

******

Jessica Veranda, wanita yang seharusnya selalu berada didekat ku. Baru sebentar bertemu tapi kita harus terpisah lagi. Kedatangan ku ke Belanda yang rencananya untuk temu kangen malah harus bertemu dengan Cathy, wanita yang tidak memiliki harga diri. Ah dia juga tau tentang rahasia ku selama ini, aku harus berhati-hati bila berhadapan dengannya.

Sekarang aku sudah berada didalam pesawat, meninggalakan Veranda dengan rindu yang masih menumpuk. Sebulan..sebulan lagi Veranda pulang ke Indonesia, tapi itu terasa lama bagiku. Didalam pesawat aku selalu menatap layar ponsel ku yang terdapat foto cantik Veranda mengusap layar nya dengan lembut. "Ve, cepat pulang kita akan bersama selamanya"

Pesawat yang aku tumpangi pun dengan mulus terbang meninggalkan Belanda dan juga Veranda yang berada disana. Meninggalkan kenangan yang baru saja terukir, senyum manis terukir disisi bibir ku menatap nanar ke bawah yang semakin terlihat jauh.

*****

Aku kembali ke rumah setelah mengantar Dave ke airport badan ku terasa sakit entah karna apa. Aku masuk ke dalam kamar dengan perasaan tak menentu, perasaan takut, sedih, rindu semua jadi satu. Ku ambil bingkai foto dari nakas yang berada di samping tempat tidur ku. Aku perhatikan tiap detail foto dalam bingkai tersebut. Rindu, itulah yang aku rasakan ketika aku menatap pada bingkai foto. Foto Deva dengan kemeja kotak-kotak nya sedang tersenyum manis, terbesit dalam pikiran ku apakah aku bisa melihat senyuman mu ini lagi, Dev?

Aku meletakan kembali bingkai foto itu ke atas nakas, namun sayang entah karna apa aku menjatuhkan bingkai foto itu sehingga kaca yang melindungi nya pecah. Perasaan ku semakin kalut tak menentu, apa yang terjadi pada Deva? Apa dia baik-baik saja? Tuhan lindungi dia.

Aku keluar dari kamar hendak mengambil segelas air minum. Aku melewati ruang tengah yang ternyata tidak ada orang namun TV nya menyala. Aku berjalan mendekat untuk mematikan TV, namun saat aku hendak mematikan TV ada sebuah berita menarik yang sedang ditayangkan di salah satu stasiun TV.

Berita kecelakaan pesawat pagi ini. Sungguh aku tak ingin menghantui pikiran ku dengan yang tidak-tidak. Aku duduk diatas sofa memperhatikan dan mendengarkan berita di TV tersebut. Rasa cemas, takut dan yang lainnya kini menghampiri ku lagi. Ketika aku mendengar maskapai penerbangan yang mengalami kecelakaan adalah tujuan Indonesia. DEVA! hanya satu nama dalam benakku saat melihat berita tersebut. Aku berlari menuju kamar untuk mengambil ponsel ku. Mencoba menghubungi Deva namun gagal, jelas gagal pasti ponsel Deva dimatikan. Aku membuka chat yang ternyata sebelum penerbangan Deva sempat mengirimkan pesan kepadaku.

Deva mengirimkan pesan berupa fotonya yang tengah berada didalam pesawat dengan pesan "kita pasti ketemu lagi suatu saat nanti, jaga diri baik-baik. Aku mencintaimu Jessica Veranda"

Aku menangis, menangis sejadi-jadinya. Air mata tak dapat aku bendung lagi semuanya telah keluar begitu saja. Aku berteriak memanggil nama Deva berharap kalau nama yang ku panggil akan datang. Semua sia-sia, aku meringkuk sambil memeluk kedua kaki ku menangis entah sudah berapa lama. Berita tersebut mengabarkan bahwa seluruh penumpang tewas, dan ternyata pesawat itu adalah pesawat yang ditumpangi Deva.

Deva telah tiada, mimpi ku untuk bersatu dengannya pun sirna sudah bersama berakhirnya berita di TV. Aku tak tau harus melakukan apa. Saat ini aku masih menangisi Deva. Apa benar semuanya tewas? Kenapa harus secepat ini? Kenapa Deva pergi begitu cepat? Kenapa Deva pergi tanpa memberikan isyarat kepadaku? Kenapa Deva mengubur mimpi ku bersamanya? Kenapa dan kenapa semua harus terjadi?

Deva, tak akan ada lagi Deva yang menemaniku mengerjakan tugas, tak ada lagi Deva yang selalu memeluk dan mencium ku saat aku merasa sedih, tak ada lagi Deva yang sangat aku cintai. Semuanya hilang, pupus dan pergi. Tuhan kenapa engkau tega seperti ini kepadaku?

Kenapa aku tidak diberikan kebahagiaan? Kenapa? Aku sangat mencintai Deva, teramat sangat. Tapi..aku tak mampu bila Deva pergi secepat ini.

Jika aku diberikan kesempatan sekali lagi, aku tidak akan membiarkan Deva pergi. Tuhan, kembalikan Deva kesisi ku.

Hai~ jangan baper:(( muah:*

selamat membaca:*:((

LDMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang