TE-04

6.2K 706 36
                                    


Hola...

Udah sampe Ch. 4 aj nih perombakan alur cerita ini.

«»

Hari Kamis pada malam hari di kota Ghotam City, terdapat sebuah Festival kota. Vazia, gadis remaja itu juga berasal disana dengan sang bunda yang memegang erat tangan kanannya.

"Bunda kita akan kemana bun? " Tanya Vazia bingung, pasalnya Ziana tampak resah apalagi jalannya yang terkesan tergesa-gesa.

Tanpa menoleh dan tanpa menghentikan langkahnya, Zania berujar sedikit panik "ikuti bunda saja yah nak?  Nanti apapun yang Vaz Lihat anggap aja semua itu cuma mimpi, yah? "

Vazia yang saat itu masih berusia 13 tahun hanya menganggukkan kepalanya mengiyakan, walau bingung dengan tingkah sang bunda.

Bosan. Vazia mencoba melihat sekeliling. Berbagai macam makanan tampak begitu menggoda dirinya untuk di beli. Namun gadis itu tau bagaimana keuangan sang bunda setelah ditinggal oleh ayahnya, Vazia menelan bulat-bulat ludahnya Mencoba untuk tidak tergoda.

Tak berhasil, Vazia menutup matanya  sejenak, lalu kembali membuka mata dengan pandangan kaget.

Netra gelap miliknya tak sengaja menatap sebuah makhluk sebesar Bola basket tampak menarik seorang pria paruh baya dengan keadaan menggenaskan kedalam sebuah gang gelap.

"B-bunda..." Vazia menarik pelan tangan bunda nya seraya menunjuk gang gelap tadinya.

Ziana tak menjawab. Walau tau apa yang di lihat oleh putrinya, Ziana mencoba untuk abai. Masalah kali ini bukanlah masalah yang sepele. Masalah kali ini harus segera ia laporkan dengan cepat di tempat utama.

Dengan membawa Vazia bersamanya, Ziana tau itu akan membahayakan Vazia namun jika ia meninggalkan Vazia sendirian di rumah  itu akan lebih jauh berbahaya.

Ziana tak sengaja melihat sekilas sosok berjubah hitam melesat ke depan sana. Merasa situasi akan tambah berbahaya  Ziana menyobek sedikit baju miliknya untuk menutupi mata Vazia.

Dengan tergesa-gesa Ziana mengikat kain hitam tembus pandang itu pada mata Vazia, "Vazia anak bunda, kesayangan bunda, dengerin bunda yah nak" Sambil berucap Ziana mencoba untuk menahan tangisnya.

"Apapun yang terjadi jangan buka penutup matanya, oke? Apapun itu. Bahkan jika Vazia denger bunda berteriak kesakitan jangan sekalipun membuka penutup matanya."

Ziana mengecup seluruh wajah Vazia sayang, lalu mengambil sesuatu yang berada di saku bajunya. Sebuah benda kecil yang tampak sebuah memory. Benda kecil itu Ziana berikan pada Vazia, lalu menangkup wajah anak gadisnya lembut.

"Benda ini jangan di hilangkan yah sayang? jangan berikan pada siapapun termasuk bunda nantinya. Nanti kalau Vazia baca Buku yang biasa bunda Baca di kamar Vazia, Terus ada nama seseorang di halaman 74, Vazia bantu bunda buat cari orang itu yah? Tapi jangan kasih tau ke bunda kalau Vazia mau cari orang itu nantinya"

"Kalau Vazia udah ketemu sama orang itu, Vazia harus kasih benda itu ke Dia. Bilang itu dari Z3GC melapor ke tempat utama."

IneffableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang