TE-06

5.3K 551 22
                                    

"Selesai! Akhirnya setelah sekian lama menulis, nih catatan siap juga" Ucapan penuh ke dramatisan itu menguat dadi bibir Shara.

Remaja perempuan itu meregangkan otot-otot tangannya yang terasa kaku dan nyeri.

"Gila dah sama nih gue sejarah, kasih tugas mencatat. Udah lah catatannya banyak lagi" Protesnya kesal.

"Kalo bukan guru tub, udah habis sama gue. Gak tau apa kuku cantik gue butuh perawatan lama" Dumelnya lagi.

Ia memandang kukunya prihatin, "sayang banget kuku gue. Tenang yah sayang nanti kita ke salon yah nak yah? "

"Bacot Lo! Sekali lagi Lo ngomong, gue patahin kuku kesayangan Lo itu! " Shafa gadis kembaran Shara itu melayangkan tatapan sinisnya. Demi apapun kenapa dia bisa punya kembaran Alay kayak kembarannya sih? Gak bisa ditukar apa?

Segitu aja udah capek. Gimana sama dirinya yang menjadi sekretaris ini? Udah nulis di papan tulis, terus nanti nulis di buku catatan lagi. Apa gak capek dia tuh? Dua kali coy nulisnya. Segitu aja udah banyak yang protes apalagi dia yang mencatat dua kali.

Buat teman-teman sekali yang juga menjadi sekretaris seperti dirinya, tolong bersabar dan tetap semangat yah kawan. Kita satu sekte kok.

Shara mendengus "apaan Lo, gak usah ikut campur deh. Mulut-mulut gue juga" Balasnya tak terima.

Shafa menghela nafas lelah. Sebagai orang yang waras ia harus mengalah dari saudara kembar alay bin lebaynya itu.

Sedangkan yang lain hanya menatap malas perdebatan dua kembaran yang selalu berbeda pendapat itu. Entah bagaimana caranya kembaran itu bisa satu kelas yang sama padahal selalu beda pendapat.

Brak

"Yaa! Kamchagiya! " Shara memukul kuat lengan Dariel Adalgiso yang memukul meja.

Riel lelaki itu tersenyum misterius.

"Apaan Lo?! Kagetin aja anjir!  Lo kalo mau berulah bilang-bilang anjing! " Keluar sudah kata kata mutiara Sofia.

Melihat senyuman Riel yang tampaknya mencurigakan, membuat yang lainnya was was.

Vazia yang melihat itu tentu tak ingin ambil pusing. Ia langsung berjalan keluar kelas seraya membawa tumpukan buku tugas ke kantor guru.

"Ini gue lagi kasih kode cok" Ucapnya masih dengan senyum sok misterius miliknya.

Para remaja kelas itu mengernyit bingung. Namun tak berapa lama, mereka mencium bau yang sangat sangat membaukan.

Hoek

"Anjing! Lo kentut bangsat! Shibal saekiya Lo!" Shara gadis alaya bin lebay itu memukul lengan Riel bertubi-tubi lalu berlari kearah jendela untuk menghirup udara yang belum tercemari.

Yang lain mengikuti Shara ke arah jendela, demi ular yang melingkar-lingkar bau kentut Riel melebihi bau sejuta tai ayam.

"Sialan tuh bocah!"

"Gak berhenti buat ulah anjir"

"Udahlah bau"

"Boleh bunuh orang gak sih? "

Mereka memprotes Riel dari luar jendela, sedangkan Riel hanya tersenyum tak berdosa.

Archer hanya diam seraya memandang langit, alisnya hampir menyatu melihat sesuatu yang tak begitu jelas di langit sana seperti hendak jatuh ke bawah.

"Lihat ke atas" Ucapannya membuat teman sekelasnya dengan serentak menoleh kearahnya yang masih sibuk memperjelas apa yang di lihatnya di langit.

"Apa sih Ar? " Zafrel mengikuti arah pandang Archer. Sama seperti Archer, Zafrel yang melihat sesuatu itu mengernyitkan dahinya "itu apaan? " Tanyanya, membuat yang lainnya menatap ke atas.

IneffableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang