TE-05

6K 607 21
                                    


Suasana malam hari di kota Ghotam City tampak sejuk dan damai. Begitu juga dengan suasana makan malam yang diadakan ibu dan anak yang kini makan tanpa sebuah suara, sangat damai.

Suasana yang biasanya diiringi canda tawa kini tampak hening. Entahlah apa yang terjadi.

Tapi untuk Vazia sendiri, ia masih memikirkan tentang mimpinya yang berada di Perpustakaan seraya sesekali melirik Bunda Ziana.

Bunda Ziana juga tampak tenang malam ini, "Bunda kayaknya lagi senang yah? " Tanya Vazia memulai percakapan.

Bunda Ziana tersenyum, "em. Bunda lagi senang banget, karena penjualan di toko bunga kita meningkat pesat." Balas bunda memekik, Vazia mengangguk-aggukan kepalanya mengerti.

Setelah meminum tandas air putihnya, Vazia memandang lekat sang bunda "Bunda inget kejadian di hari Kamis gak? " Tanyanya ragu.

"Kejadian? Kejadian apa sayang? "

"Itu loh bund, pas Vaz di bawah Papa ke rumahnya"

Bunda Ziana tersenyum paham "kesel banget ingat hari itu, pengen marah tapi kita bukan orang berkuasa" Ujarnya.

Vazia hanya terdiam, lalu mengangguk "iya bund, sama Vaz juga kesel. Rasanya pengen banget nonjok papa sampe berdarah. Terus cabik-cabik deh tubuh papa"

"Sadis amat anak bunda. Udah gih sana tidur , besok kan kamu sekolah" Bunda Ziana membersihkan bekas makanan miliknya dan Vazia membawanya Ke dapur untuk di cuci.

Sedangkan Vazia memandang Bunda nya dengan tatapan rumit.

«»

"Pagi"

"Pagi juga"

"Iya, pagi"

Zafrel Percival, remaja ramah itu terus menerus menyapa orang orang yang dilewatinya dengan senyum manis andalannya.

Memiliki wajah manis+tampan membuat lelaki itu di sukai banyak siswi-siswi. Sifatnya yang terbilang Softboy itu benar-benar membuat gika kaum hawa.

"Ay! Pagi Vazia" Sapanya kala melihat Ketua kelasnya melangkah mendekati kelas.

Vazia berdeham guna membalas sapaan Zafrel. Tentu perlakuan itu tak membuat Zafrel memasukan ke dalam hati, ia justru tetap tersenyum ramah.

"Eyyo Endut, pagi. Udah makan aja Lo" Zafrel menyapa Ethan Achilles yang kini sedang memakan sarapan paginya.

"Namanya gue lagi sarapan, yah makan lah" Balas Ethan memutar bola matanya malas. Zafrel tertawa mendengar balasan Ethan. Lalu berjalan mendekati meja guru.

"Busek (bu sekretaris) udah sibuk aja pagi-pagi nyatat" Ujarnya yang di hadiahi lemparan pena dari Shafa. "Bacot Lo kambing" Shafa berucap sinis, kalo bukan karena terpaksa mana mau dia nulis nulis gini. Lagian kenapa dirinya coba yang ditunjuk jadi sekretaris kelas, mumet ae lah!

Zafrel mengelus dadanya sabar, netranya menangkap Terra Opaline yang duduk dibangkunya dengan tenang seraya membaca buku, "Terr rajin amat neng udah baca buku"

Terra menoleh dan tersenyum tipis, membuat Zafrel sedikit mendengus.

"Yang rapi naro tas gue!" Nada perintah dari seorang siswi membuat Zafrel menatap malas ke arah suara.

"I-iya Sof"

"Gak usah sebut nama gue! Gue udah pernah bilang sama Lo, kalo nama gue gak boleh Lo sebut dengan mulut gagap Lo itu!" Sentak Sofia tak suka.

Gasia Ammerson sebagai korban menunduk dalam, merasa takut akan Sofia yang tampak menyeramkan di depan matanya.

"Gak usah nyuruh orang sembarangan! Kalo tangan Lo juga masih ada di tubuh Lo itu!" Vazia berdecak. Melihat bagaimana perlakuan Sofia yang terlihat telah biasa memperlakukan Gasia dengan Buruk.

Sofia mendelik, namun tak berani membalas perkataan Vazia. Jadi ia hanya terdiam dengan mulut yang berkomat-kamit.

"Bro baru datang Lo? " Tanya Ethan saat melihat sahabatnya yang baru saja tiba.

Brox Zafrel Parveen kalian tentu sudah kenal dengan siswa satu in bukan?

Siswa berkacamata yang memanggil Vazia sewaktu di kantin. Bro nama panggilan yang di buat oleh Ethan untuk sahabatnya itu.

Sehingga satu kelas yang terbiasa mulai ikutan memanggil Brox dengan nama Bro.

Brox tersenyum menghampiri Ethan yang sibuk membersihkan sisa makanan diatas meja, "ya gitulah" Jawabnya singkat. Ethan mengangguk pelan.

Ting

Vazia berdecak, baru saja dirinya ingin tidur. Tak ayal tangannya mengambil ponselnya dan membuka aplikasi berwarna hijau.

Vazia membacanya dengan cermat. Setelahnya membalas pesan itu sambil menghela nafas malas.

"Shafa"

Shafa menoleh ke arah vazia , "apa Vaz? " Tanyanya.

Vazia menunjuk handphone shafa, yang berada tak jauh dari Shafa, "lihat! ". Shafa yang paham membuka aplikasi hijau lalu membuka room chat Vazia. Menganggukan kepalanya Shafa berdiri menghampiri papan tulis.

Tuk

Tuk

Tuk

Vazia mengetuk mejanya sebanyak 3 kali untuk mengalihkan perhatian teman sekelasnya.

" Lihat ke depan, semuanya harus nyatat, yang bekerja cuma tangan sama mata, gak ada suara, gak ada keributan, selesai kumpul di meja guru. paham?! " Tanya Vazia tegas. Netranya menatap tajam beberapa siswa-siswi yang sadari berisik.

Nathaniel Lamont mengangkat tangan kanannya hendak bertanya, "masa udah di kasih tugas nyatat aja Vaz? . Kan ini baru hari kedua kita sekolah.  Rajin amat tuh guru. Mana wali kelas kita belum di kasih tau siapa" Ujarnya protes.

"Terus Lo maunya gak dikasih tugas? Kalo hari kedua, gak harus belajar gitu? Lo nya yang kemalasan! Nanti walas nya masuk di jam kedua. Puas? " Vazia balik bertanya.

Natha mengangguk seraya tersenyum konyol, tangan kanannya memegang tengkuknya yang tak gatal.

"Lagian Lo tumben amata pake protes?! Kesambet apa Lo?! " Tanya Aether Neville bingung.

"Udah diam, Catat tulisan di depan! Vazia marah, habis Lo pada di hukum" Archer Clement berucap pelan pada kedua orang itu seraya meringis melihat tatapan Vazia.

«»

"

Lihat! Sekarang kau berpikir jika dirimu memasuki tubuh orang lain padahal itu tubuh mu sendiri"

Suara itu lagi!

Tidak kah suara itu tak bisa berhenti. Oke! Vazia paham dengan apa yang suara itu maksud. Walau tak sepenuhnya mengerti tapi Vazia paham dengan kata-kata itu.

Jadi siapapun tolong hentikan suara sialan itu!

«««»»»

Hola guys! gue come back

Gimana hari kalian? Berjalan baik kah?

Selamat berpuasa buat yang berpuasa ye, bentar lagi juga buka btw udah jam 17:40 soalnya.

Dah segitu ae, bye guys........

IneffableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang