Ela berjalan dengan kayu bakar yang ada ditangannya. Ada danau yang menampilkan air beningnya, dua ekor angsa sedang berenang didanau, namun ada sebuah rumah yang tak jauh dari Ela berdiri yang membuat Ela awalnya ragu untuk kesana. Mana mungkin ditengah hutan ada rumah, siapa juga yang mau tinggal di tengah hutan seperti ini.
"Wiiiih ada rumah. Semoga ada orang disana, dia pasti tau jalan." Pikir Ela.
Segera gadis berambut pendek sebahu itu berlari dengan membawa kayu bakar ditangannya menuju rumah kayu dengan atap terbuat dari batang kayu jati yang di cat berwarna merah yang terlihat dari kejauhan.
Sesampainya disana Ela mulai terkejut untuk kedua kalinya, rumahnya tidak terlalu besar namun, pintu, jendela, bahkan perabotan yang ditaruh diluar seperti kecil seperti mainan anak-anak. Ela tak begitu yakin, tapi niatnya untuk bertanya jalan pulang membuatnya nekat. Sesekali ia memperhatikan pot bunga kecil yang ditaruh didepan rumah tersebut. Bunganya sangat aneh. Bentuknya mirip mawar berwarna merah muda namun baunya seperti melati. Ada beberapa hewan lain yang memperhatikan Ela. Sebagian besar adalah kelinci, kucing, burung, kijang, dan hewan lainnya.
"Permisi." Ucap Ela sambil mengetuk pintu rumah tersebut. Tak ada jawaban.
"Permisi." Masih tak ada jawaban.
"Permisiiii !!!!!" Ela mengeraskan suaranya. Masih tak ada jawaban.
"Apa tidak ada orang ya? Tapi.... Hari udah mau gelap. Mana mau hujan. Masuk aja gak apa-apa kan?"
"Maaf aku tau ini tidak sopan, tapi aku terpaksa." Ucap gadis itu.
Tanpa pikir panjang, Ela membuka pintu yang berukuran 130 cm itu. Didalam sangat gelap.
"Apa gak ada lampu?" Ela tak menemukan bohlam yang ada dilangit dinding rumah, Ela menuju dapur dan hanya menemukan lilin yang ada diwadah seperti cangkir kecil. Ela menaruh kayu bakarnya disebelah tungku air dan mencari korek api.
Ela membuka laci yang seperti ukuran untuk mainan anak-anak. Ia menemukan sekotak korek api disana. Segera Ela menyalakan lilin tersebut.
"Eh ada tangga." Ela menaiki tangga tersebut.
Ada dua pintu disana. Ela memasuki salah satu pintu yang bertulisan kamar. Hanya ada 7 ranjang dengan ukuran anak-anak.
"Apa rumah ini dihuni oleh anak-anak? Kenapa semuanya serba kecil. Tapi jika anak-anak... ah gak mungkin kan." Kata Ela.
Ela duduk disalah satu ranjang, menaruh lilin dimeja yang ada disebelah ranjang tersebut. Kemudian mengamati isi kamar. Ada beberapa buku tentang batu seperti berlian dan permata, ada catatan kecil yang berisikan kegiatan harian.
"Sulit dibaca." Tulisan tersebut ditulis entah dalam bahasa apa yang membuat Ela tak mengerti apa isinya. Ada beberapa mainan seperti boneka namun sudah usang. Seakan mulai kelelahan, Ela tertidur diranjang kecil yang pada bagian atasnya tertulis nama 'Steaf'.
~~~~
Sementara itu, 7 orang kurcaci dengan telinga panjang dan runcing berjalan pulang dengan riang gembira. Bernyanyi lagu yang membuat mereka semakin bersemangat menjalani hari mereka. Sesampai dirumah, mereka terkejut karena pintu yang terbuka sedikit. Segera mereka berlari masuk kedalam rumah.
"Pasti ada seseorang yang masuk kerumah kita." Ujar Steaf, kurcaci yang pemarah.
7 kurcaci itu masuk kedalam rumah. Mereka menemukan kayu bakar yang tergeletak didapur disebelah tungku air.
"Ada cahaya dari kamar kita." Kata Daniel si kurcaci yang berusia paling muda.
Mereka berjalan berjinjit dengan membawa benda tajam, siapa tau ada seorang pencuri atau makhluk yang menyeramkan. Tino, selaku kurcaci bijak dan termasuk kurcaci yang dihormati oleh saudara-saudaranya itu masuk kedalam kamar. Ia terkejut karena menemukan seorang gadis berambut sebahu dengan hodie berwarna biru laut dan celana berwarna hitam tengah tertidur diranjang milik Steaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elaina & Fantasy World
Fantasy[JANGAN LUPA VOTE DAN FOLLOWNYA] Elaina atau biasa dipanggil Ela, tersesat saat mencari kayu bakar. Ia masuk kedalam gua yang gelap dan menemukan jalan menuju dunia lain. Sayangnya ia tak bisa kembali jika sudah memasuki dunia tersebut. Ia mencari b...