BAB 3 : MOON ELF

8 3 4
                                    

Jam menunjukkan pukul 08:30, Ela berjalan menuju hutan dimana ada perbatasan antara wilayah elf dan kurcaci. Ela memasuki wilayah yang bertulisan Elf . Tulisan tersebut ditulis dipapan yang terikat oleh rantai pada kanan kirinya dan diikat pada pohon yang letaknya cukup jauh.

"Semoga ketemu Elf baik." Ucap Ela pelan. Gadis berambut sebahu itu masuk kedalam wilayah Elf.

Ela berjalan sambil sesekali memperhatikan map yang ia bawa dari 7 kurcaci tadi. Suasana hutan yang cukup gelap. Suara binatang yang berada disemak-semak membuat Ela merasa ada sesuatu yang mengikutinya. Ela berusaha fokus memperhatikan peta berharap ia bertemu dengan elf yang baik. Langkah kakinya gemetar, gadis itu merasa merinding. Pikiran negatifnya tiba-tiba saja muncul begitu saja. Berusaha Ela menepis pikiran jahatnya itu.

"Semoga saja ketemu Moon Elf." Kata Elaina. Sekujur tubuhnya mulai merinding. Ia berulang kali mengucapkan kata tersebut untuk menepis pikiran jahat mengenai Dark Elf, Orc atau makhluk lainnya.

Terdengar kembali suara dari semak-semak. Ela memperhatikan sekitar, ia menyorot kan senter ke segala arah. Hanya menemukan seekor kelinci putih yang berlari kearahnya seperti di kejar sesuatu.

"Astaga... aku lelah. Mana kelinci tadi?" Tiba-tiba saja terdengar suara seorang perempuan dari balik rerumputan yang menjulang ke atas. Ela mengambil pedangnya untuk berjaga-jaga siapa tahu yang muncul adalah elf yang jahat.

"Eh Hai.... kamu manusia? Kamu kok bisa sampai disini?" muncullah seorang gadis yang lebih tinggi dari Ela, berkulit putih, telinga runcing, badan langsing, serta rambut panjang berwarna perak. Gadis itu hanya memakai sehelai kain seperti dress berwarna merah muda dan biru laut. Ia membawa sebuah busur dan beberapa anak panah di punggungnya. Gadis yang memiliki telinga runcing tersebut menghampiri Ela yang masih berdiri dan seakan siap mengeluarkan pedangnya kapan saja.

"Elf?" Tanya Ela. Dia memperhatikan seluruh pergerakan dari elf dihadapannya, berwaspada jika elf itu berlaku jahat.

"Kenapa kamu seperti takut kepadaku? Aku kan anak baik-baik. Masukkan kembali pedangmu." Gadis itu seakan memberi perintah dan Ela menurut.

"Katakan kepadaku, bagaimana bisa manusia sampai disini?" Tanyanya.

"Aku tersesat sejak kemarin. Aku bertemu dengan kurcaci dan mereka mengatakan aku harus menemui peri dan penyihir untuk membuka pintu gua itu supaya aku bisa kembali." Jawab Ela.

"Apa itu cincin dari Tino?" Tanya Elf tersebut. Ia menunjuk ke arah cincin yang melingkar dijari manisnya.

Ela mengangguk, "iya, mereka bilang elf akan mengerti. Apa kamu suku Moon elf?"

"Tentu, apa aku terlihat seperti Dark Elf?" Tanyanya dengan nada kesal. Ela menggeleng.

"Ah tidak, kamu kelelahan ya? Mau makan bersama?" Ela menawarkan bekal makan siangnya.

"Apa boleh?" tanya gadis itu, ia seakan senang dengan tawaran Ela. Memang sedari tadi ia lapar dan tak menemukan hewan buruan sama sekali. Ela mengangguk dan tersenyum.

"Baiklah, Terima kasih. Kebetulan aku juga sangat lapar." Ucapnya sambil memegangi perutnya.

Kedua gadis itu duduk diatas rumput, Ela membuka bekal yang ia dapat dari Daniel. Meletakkan dua kotak berisi nasi dan lauk pauk dihadapan sang elf yang baru ia temui.

"Kamu sedang berburu ya?" Tanya Ela.

Gadis itu mengangguk, "Iya, aku suka sekali berburu. Meskipun aku ini anggota keluarga kerajaan, banyak yang bilang keluarga kerajaan tidak boleh melakukan hal berbahaya seperti ini apalagi dia perempuan. Pasti akan dilarang keras."

"Sendirian?"

"Iya." Jawab Elf tersebut sambil terus mengunyah makanannya.

"Keluarga kerajaan?" Tanya Ela. Ia mulai penasaran dengan Elf di depannya ini.

"Kamu lihat tanda ini kan? Ini tanda kerajaan moon elf." Gadis itu menunjukkan tanda seperti bulan sabit dan bunga ditengah lingkaran bulan sabit di lengannya.

"Kalau rakyat, mereka ada tanda seperti bulan setengah lingkaran. Sedangkan keluarga kerajaan mereka memiliki tanda sepertiku." Lanjutnya. Ela mengangguk mengerti.

"Apa kamu belum dapat binatang buruan?" tanya Ela. Gadis elf itu menggeleng, tatapannya menjadi sedih.

"Kasihan sekali. Kamu pasti akan dapat yang besar." Kata Ela.

"Hahaha tentu saja, aku kan hebat." Ucap Elf tersebut dengan bangganya.

"Oh iya siapa namamu?" tanya Ela.

"Viona. Kamu sendiri?"

"Elaina."

"Nama yang indah."

"Kamu juga. " kedua gadis itu tertawa.

"Kemana tujuanmu setelah ini?" Tanya Viona sambil memakan nasi kepalnya.

"Ke kerajaan Moon Elf. Aku ingin bertanya tentang jalan peri dan penyihir."

"Baguslah, setelah ini aku juga akan pulang. Lalu malam ini kamu bisa menginap. Ada pesta di Kerajaan. Ikut ya, aku akan mengenalkanmu kepada kakakku." Kata Viona dengan senangnya. Ia berharap Ela bisa ikut dengannya ke kerajaan.

"Waaah Terima kasih." Ela tersenyum.

"Kamu juga harus istirahat, di malam hari biasanya dark elf dan vampire pasti akan muncul." Ucap Viona dengan suara pelan.

Ela mengangguk mengerti. Akan sangat berbahaya baginya jika meneruskan perjalanan. Tapi Ela berpikir setelah dari Kerajaan moon elf pasti ia akan berjalan seorang diri di malam hari. Belum tentu akan menemukan penginapan dengan harga murah.

Selesai makan, Ela merapikan kotak bekalnya dan berjalan bersama Viona menuju Kerajaan moon elf. Letaknya tidak jauh dari perbatasan elf dan kurcaci. Ela beruntung Viona mengenal baik Tino dan lainnya. Ela juga beruntung yang ia temui adalah suku Moon Elf dan bukan Dark Elf atau makhluk lainnya.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Viona, seolah ia mengerti perasaan Ela yang merasa gundah.

Ela menggeleng, "ah tidak, aku senang kamu bisa mengenal Tino dan lainnya. Tandanya aku masih ada teman disekitar sini."

"Begitu ya, perasaanmu seperti tidak nyaman."

"Awalnya aku berpikir aku akan bertemu dengan Dark Elf atau Orc." Kata Ela. Viona tertawa.

"Orc? Mereka tidak ada di sekitar sini. Jika Dark Elf memang ada. Sayangnya mereka sangat jauh dari Kerajaan Moon Elf. Beruntung kamu bisa bertemu denganku." Viona tersenyum.

"Iya, Terima kasih."

"Tapi, kamu harus berani Ela. Meski kamu manusia, kamu harus bisa tunjukkan keberanianmu. Apalagi didepan para iblis dan vampire. Mereka yang paling seram." Kata Viona

"Iya?"

"Iya dan satu lagi, mereka mungkin saja akan menjadikanmu ratu di Kerajaan iblis atau vampire. Itupun jika mereka menyukaimu dan mulai jatuh cinta kepadamu." Viona tertawa.

"Mana mungkin, aku pasti akan mati duluan." Ela tertawa.

"Jangan gitu, aku ingin kamu bisa selamat dari sini." Viona menepuk bahu Ela.

"Terima kasih, Nona Viona."

"Hei ketika berdua panggil aku Viona. Jika ada kakakku atau elf lain panggil Nona. Jadi temanku ya." Viona merangkul Ela. Ela hanya tersenyum.

"Pastinya."

"Ada yang kamu pikirkan tadi selain dark elf? Wajahmu terlihat cemas." Tanya Viona.

"Iya hanya sedikit, ada yang aku pikirkan." Sebenarnya Ela sedang memikirkan tentang teman-temannya, bisa saja mereka mencari Ela saat ini. Semoga Diana tidak mengkhawatirkan Ela terutama Andrian. Dia pasti sangat marah saat ini. 

Elaina & Fantasy  WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang