*Part kali ini mengandung banyak merek wkwkwk
'Budayakan baca part sebelumnya'
"Please deh, gue pengen makan dengan tenang!" Sahut Sindy yang nampaknya sudah tidak kuasa menahan amarah karena kebisingan mereka berdua.
"Nih, makan berdua! sendok dua dan garpu dua. Silahkan tuan dan nyonya!" Tangan Sindy mengambil dua pasang sendok dan garpu yang ada di meja. Dan langsung diberikan kepada Kara dan Ubay.
"Ha?!!" Keduanya sontak menyeru kaget.
"Sepiring berdua?" Sahut Kara sambil menatap risih ke arah Ubay.
"Btw, itu mangkok buk bukan piring." Jelas Sindy.
"Sama ajalah, namanya juga spontan." Balas Kara bermaksud membenarkan.
"Eh, lu ngeliat gue yang sopan dong. Atau lu terpesona ya sama gue?" Spontan Ubay dengan alis miringnya.
"Dih, kok ada ya orang sepede Anda!" Balas Kara. Sambil menuang sambal dan saos serta bumbu pelengkap lain. Dan mulai memakan bakso yang telah di raciknya tersebut.
"Lu kalo mau, makan aja gue udah laper." Kara memberi tawaran. Ia tampak tak memperdulikan Ubay yang tengah terlihat canggung.
"Eh, gue juga mau." Menampik kecanggungan itu, melihat nampak sang gadis di depannya sama sekali tidak memperdulikannya dan hanya mementingkan perutnya itu. Membuat Ubay tak sungkan lagi.
Di tengah makan siang bersama yang tak diharapkan oleh mereka berdua itu. Terlihat muka Ubay yang mulai memerah.
"Hahaha kenapa muka lu?ga kuat pedes mending nggak usah ya."
"Eh, siapa bilang! gg-u-e berani kok." Sahut Ubay yang gengsi mengakui bahwa dirinya memang tak begitu menyukai makanan pedas. Apalagi level kepedasan Kara ini memang sudah terlalu over untuk orang awam.
Dengan menahan rasa pedas yang amat panas, akhirnya mereka berdua pun berhasil menghabiskan bakso tersebut. Meskipun Ubay dipenuhi keringat dan bibir yang bertambah merah.
Dengan sombongnya ia berkata,"Gini doang?" Ucap Ubay.
"Good!" Kara yang sudah mengetahui kebenaran dari wajah yang terlihat, mencoba pura-pura tidak tahu dengan memujinya.
kruk kruk kruk
Terdengar renyahnya suara perut Ubay, yang terdengar cukup lantang dalam keheningan.
"Ayo, balik kelas!" Ubay bermaksud mengalihkan suara itu.
"Perut Lu aman?" Tanya Ucok.
"Emangnya kenapa perut gue?" Ubay segera melangkah diikuti teman-temannya.
Tett tett tett!
Tak berselang lama, pelajaran hari itu pun berakhir.
Mereka semua pun satu persatu meninggalkan ruangan kelas.
"Bye, Ra! See you next day!" Ucap Sindy yang telah di jemput seperti biasa.
"Bye, sampai ketemu besok!" Balas Kara sambil melambaikan tangan.
Melihat Sindy yang begitu merasakan kasih sayang dari kedua orang tuanya itu, yang selalu bisa meluangkan waktu untuk hal sepele namun sangat manis untuk Kara. Membuat Kara tak jarang merasa iri. Apalagi ditambah dengan masalah pada rantai di sepeda Kara yang belum dibetulkan benar-benar membuat Kara kesal.
Ketika Ia sedang mencoba membetulkan rantai pada sepedanya. Ia melihat sosok lelaki yang ia rasa adalah Ubay berjalan dengan memegangi perutnya.
"Maaf ya...besok lagi jangan sok berani! Ini obatnya di minum buat ngilangin rasa sakit." Dengan menunjukkan sebuah obat yang berlabelkan obat sakit perut beserta sebotol air mineral yang berlabel Aqua.
Ubay hanya menatap Kara dengan raut wajah curiga. Mungkin, yang ada di pikirannya hanyalah pemikiran bahwa gadis yang ada di depannya tersebut hendak menjailinya atau sekadar membalas dendam.
"Mau sembuh nggak?" Sambung Kara melihat kebisuan Ubay.
"Mau lah!" Saut Ubay segera mengambil obat dan air minum yang Kara berikan. Ia langsung saja meneguk air dengan obat dengan pasrahnya apabila ada niatan buruk.
"Iya, sama-sama." Ketus Kara.
"Oh iya, thanks ya buat air sama obatnya." Sahut Ubay yang langsung mengerti sindiran Kara.
Melihat gadis di depannya itu tengah memperbaiki rantai sepedanya. Ubay pun mendekat sepeda yang sedang diperbaiki.
"Bisa ga si lu, dari tadi keknya makin ga bener tuh rantai." Ejek Ubay, sambil jongkok di dekatnya.
"Kalau boleh jujur, yang beginian bukan bidang gue. Jadi, ya mana gue tahu bener apa salahnya orang gue ngasal." Ucap kara sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.
"Oh." Singkat Ubay menjawab pertanyaan Kara yang sudah p×l×t.
"Ha?! gitu doang?" Kara terkaget melihat kelakuan laki-laki yang ia pikir hendak membantunya itu.
"Gue kan cuma nanya." Balasnya tanpa merasa kasihan sedikitpun.
Ia pun langsung berdiri dan melanjutkan langkahnya itu. Dan terlihat tengah menunggu seseorang sambil melihat layar handphonenya.
"Astaghfirullah, sabar Kara sabar. Jangan heran kalau jaman sekarang banyak orang yang gak tahu terima kasih." Ucap kara menggerutu.
Dari arah gerbang terlihat ada mobil yang berhenti dan membuka jendela tepat di depan Ubay berdiri. "Grab mas, masnya mas Bayu?"
"Iya benar, dengan saya sendiri. Tunggu ya pak."
"Baik, Mas." Ucap supir grab.
Entah kenapa, setelah itu ia langsung mendekat ke arah Kara yang sebenarnya tengah memperhatikannya. Melihat hal itu Kara langsung memalingkan wajah dan berpura-pura sedang memperbaiki sepedanya itu.
"Ayo ikut, dah gue pesenin grab. Ntar masukin aja sepeda lu ke bagasi mobil." Ucap Ubay dengan lantang. Yang menepis semua tuduhan tak mendasar Kara sebelumnya.
"Serius?" Kara bermaksud memastikan.
"Iya." Singkatnya. Dengan sigap Ubay mengangkat sepeda Kara menuju ke taksi. Yang terbilang cukup berat untuk Kara sendiri.
Kara pun segera mengikuti langkah Ubay menuju mobil yang telah dipesan.
"Pak, ini kira-kira bisa di masukkan ke mobil tidak ya?" Tanya Ubay pada pak sopir yang segera keluar mobil.
"Eum, mungkin bisa ya nanti di miringin. Meskipun kebuka sedikit bagasinya tapi tidak apa-apa."
"Wah, terima kasih banyak pak. Ini nanti saya mau mengantarkan teman saya ke bengkel terlebih dahulu." Sambungnya.
"Temen apa temen mas?" Ejek sang sopir grab dengan maksud bercanda.
"Cuma temen, Pak." Jawab Ubay singkat.
"Hahaha, iya deh." Balas pak sopir grab tadi.
"Ini gapapa kan? nanti ongkosnya saya tambahin, Pak."
"Yaudah tidak apa-apa."
Mereka pun akhirnya segera masuk ke dalam mobil setelah sepeda Kara di masukkan ke bagasi. Dengan Ubay yang duduk di depan bersama sopir dan Kara yang duduk di belakang sendirian.
"Baik juga ni orang." Ucap Kara dalam hati.
Bersambung....
Gimana nih kelanjutan ceritanya? Apakah nanti Ubay akan ketemu camer atau di luar dugaan malah cuma sampe gang?😭🤣
Kalian berharap banyak ga sih sama pasangan Kara dan Ubay? Cocok jadi temen apa pacar kira-kira?🤭
Btw, aku mau minta maaf kare baru bisa up, setelah berabad-abad lamanya. Maaf banget karena bisanya ya di waktu yang bener-bener luang.😔
Nantikan kelanjutannya ya, dan jangan pernah bosen untuk bantu support dengan cara (vote, comment, saran, dan kritik) Arigatou🙏😊
Thank you for reading and happy holiday guys🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
One And Only ( Satu Satunya )
RomanceKata orang, menjadi anak satu-satunya adalah hal yg menguntungkan dan apapun keinginan anak tersebut pasti di turuti. Itupun dari orang yang hanya melihat kemudian berspekulasi. kata Kara "Eumm.. enak ga enak sih." Kemudian, suatu hari kata "Ga enak...