Episode 6

7 0 0
                                    

Tepat di jam 3 , setelah pulang sekolah . Kami berkumpul di ruangan multimedia . Di dalam ruangan yang berisi computer putih itu Hanya sebagian dari kami yang hadir. Kelas 10 mipa 5, terdiri dari 12 orang yang bisa ikut berkumpul , sisanya sudah pulang . Kelas 10 mipa 3, hanya 5 orang yang bisa ikut berkumpul. Eza sebagai ketua kelas termenung memikirkan kelasnya tidak bisa ikut berkumpul semua, sesuai apa yang di perintahkan pelatih seni, dia sedang memikirkan apa yang akan terjadi jika pelatih tersebut melihat kedatangan anak kelas nya hanya berjumlah 12 orang yang bisa hadir. Di dalam ruangan cat berwarna putih , tidak ada kehadiran pelatih tersebut , hingga jam 3 lewat belum ada tanda-tanda batang hidung nya muncul. Alvin ketua kelas dari 10 mipa 3 terlihat sangat jenuh menunggu kedatangan pelatih tersebut , dia bolak-balik, masuk-keluar ruangan berkali-kali. Alvin merasa mereka sedang di permainkan oleh pelatih tersebut,walaupun dirinya terlihat tenang anak kelas nya hanya bisa hadir 5 orang , dia merasa tidakada yang salah baginya.

Di jam 15.40 pintu ruangan terbuka oleh kedatangan pelatih tersebut , pelatih itu melangkah masuk , meraih bangku di samping papan tulis ,mendudukinya sambil memegang beberapa lembar HVS dan pena di tangan nya .

"Sepertinya dia melanggar perintah nya sendiri , lihat lah sudah jam berapa ini". Xavier berbisik pelan ke telinga karina sambil menatap jam di dinding .

"Maaf saya terlambat datang membuat kalian menunggu orang ngak penting seperti saya , maaf saya melanggar perintah yang saya buat sendiri. Saya tadi ada kepentingan sama kepala sekolah kalian tentang EVENT sekolah ini. Saya ngak cukup berani menjumpai kepala sekolah , jadi banyak kehabisan waktu untuk menjumpai kalian". Pelatih tersebut mengeluarkan suara nya , mengatakan sambil ketawa kecil.

Kami juga membalas tawa kecil pelatih tersebut , dan menyadari apa yang dikatakan pelatih tersebut adalah sindiran untuk kami semua . Anak kelas mipa 5 dan mipa 3 sudah tau permasalahan yang di hadapi Alvin dan Eza ketika jam istirahat , mereka memberi tau kepada semua anak kelas nya masing-masing. Pelatih tersebut menatap kami semua perlahan-lahan ,menaruh kertas HVS dan pena yang ia pegang ,melatakan nya di meja samping kursi yang ia duduki. Dia sedang memikir di kepalanya ada yang kurang dari kami ,pelatih tersebut mengelus bibir nya ketika menatap kami.

"Kenapa hanya segini yang hadir? , bukan nya saya bilang bawak semua anak kelas kalian Eza , Alvin(pelatih tersebut mendongak kepalanya ke arah alvin dan eza). Kalau begini gimana mau siap latihan untuk EVENT? , lebih baik nya sekolah ini ngak usah ada EVENT aja boleh?".

Semua menunjuk kan muka bertanya-tanya , saling bertanya satu sama lain . EVENT? sekolah akan ada EVENT? . Ruangan cat berwarna putih Seketika penuh dengan isi keributan . Mereka mengeluarkan suara , seolah-olah tidak ada yang penting sekarang selain pembahasan EVENT. Pelatih tersebut memegang kepala nya dan memilih untuk diam. Dia seakan-akan sedang berada di kerumunan zombie, ingin membunuh mereka semua dengan teriakan nya , tetapi dia lebih memilih tidak mengeluarkan suara nya yang mewah. Xavier menghela nafas sedalam mungkin ,lalu membuang perlahan ,seketika dia mengeluar suara teriakan keras yang melengking.

"WOIII. DIAM!!! . ABANG INI BELUM HABIS BICARA!!". Xavier merasa lega setalah meneriaki orang-orang yang berada di dalam ruangan itu.

Pelatih tersebut tersenyum lebar ,memberi jempol bertanda bagus ke arah Xavier . "Terima kasih sudah bantu saya meneriaki .jadi, saya ngak perlu mengeluarkan suara mewah saya. Terima kasih, saya sangat menghormati teriakan mu. Siapa nama kamu? kalau boleh tau?".

"Nama Panjang saya Valentino Xavier . panggil aja Xavier bang". Xavier tersenyum cenge-ngesan menatap pelatih tersebut.

"Xavier? . Kamu anak BLASTERAN?". Pelatih tersebut bangun dari kursi yang ia duduki , beranjak mendekati Xavier. Semua mata tertuju ke arah pelatih tersebut ketika ia datang ke arah Xavier.

"Ngak. ngak bang . Saya hanya numpang lahir di negara orang ". Xavier mengatakan nya sambil memperbaiki rambut yang tidak berantakan .

"Di negara mana kamu numpang lahir? . Kamu ngak di terima lahir di sini? Kenapa kamu bisa lahir di sana ? , gimana ceritanya?". Pelatih tersebut menyelidik penasaran ,agak sedikit ketawa.

Xavier menunduk kan kepala nya ke bawah ,ragu-ragu ingin menjawab. Tetapi karina yang berdiri di sampingnya ,menyikut Xavier ,menggangguk ke arah Xavier dan tersenyum ke padanya. Xavier menoleh ke arah karina membalas senyuman dengan mantap.

"Di Seattle. Saya lahir di sana karna saya lahir disana". Xavier tertawa kecil menjawab asal . Karina menoleh ke arah Xavier dan menggangguk nya.

Pelatih tersebut hanya menggangguk keren . Kemudian memutar badan nya ke belakang,berjalan ke arah kursi yang ia duduki tadi . Ia tidak duduk, tapi ia hanya berdiri di sana di depan kursi itu. Semua orang yang berada di ruangan itu menatap Xavier dengan tatapan keren. Kecuali Shulfika , ia tidak menatap Xavier karena ia sudah tau bahwa Xavier lahir di Seattle. Melainkan dari jam 3 hingga sekarang Shulfika menatap alvin yang dia jumpai ketika di beri hukuman sama-sama oleh buk jessi.

"Lah itukan anak indigo yang bisa lihat arwah. ngapain anak bangai tu bisa disini?! ouh iya ,ya. Dia kan anak mipa 3 . waktu di tanyak buk jessi dia kelas berapa , dia kan jawab mipa 3". Shulfika berbicara di dalam hatinya . Tapi alvin menyadari ada yang sedang menatap nya dari tadi , alvin menoleh ke arah Shulfika, memergoki yang sedang menatap nya. Seketika Shulfika cepat-cepat menoleh muka nya ke arah lain.

"Oke lah. Seperti yang pernah saya bilang ,saya tidak suka banyak basa-basi .langsung ke intinya saja .Perkenalkan nama saya Hibbu Pramabayu . Saya sering di panggil Mr.Hibb oleh anak-anak yang pernah saya ajar. Saya pelatih seni , saya juga alumni sekolah ini . Banyak penghargaan dan pengalaman yang saya dapati . Salah satunya , saya mendapat penghargaan memenangkan lukisan juara 1 tingkat nasional dengan tema alam tanggung jawab manusia . Pengalaman yang saya dapat salah satunya , saya di beri kesempatan mempertunjuk kan karya tarian saya di Italy , yang di tonton langsung oleh presiden Italy dengan tema kuda berkepala ular milik mata hijau . Saya sangat bersyukur sekali , dan guru-guru di sini bangga melihat murid nya ini sukses oleh karya-karya nya , sehingga saya di rujuk untuk melatih anak-anak di sekolah ini . Akhir nya saya Kembali ke sekolah ini setelah 6 tahun dan bisa membagikan ilmu saya kepada penerus-penerus saya di sekolah ini. Walaupun tidak semuanya menyukai seni ,tapi saya berharap ada anak-anak yang bisa mengambil ilmu saya dengan mempelajari nya di kehidupan. Saya tidak mungkin menyebut satu persatu pengalaman dan penghargaan saya kepada kalian , mungkin kalau saya beri tau semuanya bisa sampai 2 hari kita di ruangan ini".

Mr.Hibb mengatakan dengan menatap langit-langit ruangan dengan bangga. Sedangkan anak-anak yang ada di ruangan menatap Mr.Hibb dengan terpukau. Saking terpukaunya apa yang dikatakan pelatih tersebut mereka sampai bertepuk tanggan .

Meyta yang mendengar pengalaman karya Mr.Hibb menunjuk kan muka terkejut ,dia berpikir nama tema karya Mr.Hibb itu sangat aneh.

"Ha? .Apasih nama tema nya aneh . Ngak bagus ,mana ada di dunia ini kuda berkepala ular. Kayak nya dia banyak halusinasi cer". Meyta mencetus pelan ke arah cerli yang berdiri di sampingnya.

"Kamu jangan bodoh mey. Itu nama nya seni . Seorang seniman di perbolehkan memberi nama karya nya sesuai yang ia inginkan. Di balik nama tema yang seram itu pasti ada makna yang berharga ". Cerli menjawab cetusan meyta di sampingnya. Meyta pun menerima jawaban cerli dengan anggukan .lalu Kembali mendengar perkataan Mr.Hibb.

Mereka tiba-tiba menghentikan tepuk tangan mereka, ketika Mr.Hibb berbicara serius tentang seni.

"Menurut saya seni adalah darah yang terus mengalir di kehidupan kita , seperti hal nya darah di dalam tubuh kita. Tanpa ada darah di dalam tubuh , we're all of death . Begitu juga seni di kehidupan , tanpanya kita bukan lah manusia , karena manusia didirikan oleh seni . Apa yang kita lakukan setiap hari itu adalah seni. Bahkan selain manusia di dunia ni ,tidak ada yang bisa hidup tanpa seni . Seni terus mengalir di kehidupan kita, sampai kita benar-benar mati maka seni akan berhenti mengalir".

Mr.Hibb benar-benar memperlihatkan muka serius nya , menatap tajam ke arah para murid-murid nya yang berada di dalam ruangan cat putih. Sedangkan mereka, agak tidak mengerti apa yang di jelasin Mr.Hibb tentang seni ,tapi mereka terlihat santai mendengar perkataan Mr.Hibb.

THE ZRAVVINDERLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang