02

278 29 1
                                    

sabikan neken tombol bintang di sudut kiri dibawah?

Terseret dalam keinginan Hanni membuat De menyesal berteman dengan gadis itu. Ya seperti saat ini De yang hanya membawakan barang belanjaan Hanni yang sangat banyak, entah apa saja yang Hanni beli. Gadis penyuka barang imut dan lucu itu akan membeli apapun yang menurutnya menggemaskan dimatanya.

"Han, belum selesai?" tanya De akhirnya, pertanyaan yang sedari tadi ia tahan di ujung kerongkongannya kini keluar.

"Belum, masih ada sekitar-" ucap Hanni terhenti sembari mengingat berapa toko lagi yang harus ia datangi.

"4-5 toko lagi baru balik, kenapa? Gak ikhlas bantuin gue?" jelas Hanni sembari bertanya.

"IYA, KAGAK IKHLAS GUE BANTU LOE, CAPEK ANJING BARANG BAWAAN LOE BANYAK," teriak De, kekesalannya benar-benar diujung. Hanni yang mendengar teriakan De hanya tertawa.

"Ya udah, cepetan jalannya jangan lelet," sindir Hanni. Ia lupa mungkin bahwa yang membawa barang belanjaannya adalah De, gadis itu hanya membawa tas selempang miliknya yang bertengger manis di tubuhnya.

"Asu,  gue jual juga loe lama-lama," umpat De namun tetap berjalan dengan sedik- sangat kesusahan.

"Sabar ya bund, ini cobaan," ucap Hanni.

"Cobaan ndas mu itu Han, penyiksaan lebih tepatnya," saut De kesal. Rasa ingin membuang Hanni semakin besar.

Ya setelah selesai dengan acara penyiksaan De kini kedua gadis yang akan memasuki jenjang SMA itu akhirnya sampai di salah satu warung soto kesukaan Hanni, jelas kesukaan Hanni. De sendiri tidak begitu menyukai makanan yang berkuah dengan potongan ayam itu. Entah apa, mungkin karena bundanya pernah gagal membuat soto dan berakhir De dan ayahnya yang harus menghabiskan itu namun bundanya malah dengan santai menyantap ayam goreng yang seharusnya milik De. Trauma bisa dibilang, walaupun Hanni selalu mengatakan jika soto yang disini enak dan gak sama dengan soto buatan bundanya tetap saja De menolaknya dengan keras.

"Mang, soto satu ayamnya banyakin, terus minumnya esteh 2 ya, yang satu esnya banyak satunya enggak," pesan Hanni begitu mendudukkan tubuhnya di salah satu kursi pengunjung di sana, mengabaikan De yang kesusahan dengan barang belanjaan miliknya.

"Sumpah Han, gue gak suka soto dan loe tau itu, kenapa kudu kesini? Bisa gak kita beli ayam geprek mang jajang atau seblaknya mbak novnov aja?" cerosos De, membuat Hanni hanya menatapnya sekilas sebelum beralih ke ponsel pintarnya.

"Nah kan, gue ngomong sama tembok lagi." sindir De, tangannya menyomot salah satu gorengan yang ada di meja mereka dan memakannya dengan kesal.

"Gue gak suka ayam geprek dan juga mba novnov lagi tutup hari ini," jelas Hanni pandangannya masih terpaku pada ponselnya.

"Ya kan bisa nyari makan lainnya," pinta De. Gak lama mang Eto yang jualan soto datang sambil bawa pesenan mereka dan menaruhnya di meja mereka.

"Ini enak loh neng, gak kek buatan bunda mu," ucap mang Eto pada De.

"Gak mang, trauma sama yang namanya soto," jelas De menolak tawaran dari mang Eto.

"Yaudah, mau gimana lagi, lak udah trauma ora iso di pekso," jawab mang Eto lalu berlalu gitu aja setelah naruh pesenen Hanni.

"Han, kita sekelas lagi gak ya? Jangan ampek sekelas lagi, gue capek liat loe mulu," mohon De pada Tuhan dan author agar gak sekelas lagi.

"Moga aja sekelas, gue gak mau jauh-jauh dari loe sayang," jawab Hanni pelan, bahkan sangat pelan layaknya hembusan angin. De sama sekali gak denger apapun.

tbc<3

DeHanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang