Kedua matanya baru saja terbuka. Ia terbangun atas hiruk pikuk istana. Sambil menguap akibat rasa kantuk yang masih terasa, dirinya membuka jendela. Angin musim semi yang menyejukkan menyambutnya, tanpa sinar matahari. Ya, ini masih pagi buta dan seisi bangunan sudah sesibuk ini. Saat melihat jam kuno di dinding, yang mungkin beratnya berkilo-kilo, jarum pendeknya menunjukkan pukul tiga. Konon, jam itu berasal dari negeri yang jauh, yang dihadiahkan kepada kerajaan.
Gadis itu, memutuskan pergi memanaskan air hangat di tungku khusus tempat istirahatnya. Tak sampai mendidih, hanya butuh hangatnya air yang kemudian dia campur ke dalam bak mandi dengan air dingin. Setelah selesai, ia akan segera merapikan diri sendiri dan merapikan penampilannya sebaik mungkin.
Biasanya, ia akan bangun jam lima pagi. Tapi karena ini hari spesial dan membahagiakan bagi seluruh wilayah Kekaisaran, gadis itu menjadi lebih bersemangat. Bersenandung ria kala membalut tubuhnya dengan kain merah muda senada surainya. Ada renda bunga sakura di sebatas dadanya. Ia menggunakan gaun terbaiknya pada hari pernikahan pangeran yang telah dia jaga selama sepuluh tahun ini.
Si gadis keluar dari kamar, membawa peti setinggi lutut. Dia cukup terkejut karena lorong kamarnya lebih ramai dari yang ia kira. Sebuah kurva tercipta di bibir ranumnya. Agak susah payah saat dia membawa benda itu.
"Selamat pagi, Sakura-chan!"
"Oh! Selamat pagi, Nona Ayame."
Sakura, yang sedang membawa peti, seketika menunduk lima belas derajat. Seorang gadis, berambut cokelat dan sedang tersenyum ceria padanya, tampak ingin mengatakan sesuatu pada Sakura. Dia adalah kerabat keluarga Uchiha di istana ini. Rumahnya ada di wilayah Tenggara, tanah kekuasaan keluarga Uzumaki. Namanya Ayame, gadis yang datang hanya ketika kerajaan punya agenda penting. Ayahnya seorang keturunan Uchiha, tak diberi otoritas wilayah karena memilih menikah dengan seorang wanita dari negeri jauh. Meski begitu, bukan berarti keluarga Kaisar menelantarkan mereka. Ayame dan ayahnya tinggal jauh dari tempat ini karena cita-cita mereka untuk membuka kedai makanan. Hal itu didukung penuh oleh Kaisar ke-III, Uchiha Fugaku.
"Jadi, apa sepupuku sungguh akan menikah? Dengan teman akademi kalian, bukan?" tanya Ayame.
Sakura mengangguk. "Benar, Nona Ayame. Dia gadis yang lembut dan pemalu."
"Hee? Aku tidak yakin sepupuku yang dingin itu bisa akrab dengan istrinya."
"Tu—Nona!" tegur Sakura, mengingat di lorong ini masih banyak para pelayan yang berlalu-lalang. "Mereka sudah sepakat atas pernikahan ini. Pasti mereka akan menjadi pasangan yang serasi."
"Maaf, Sakura!" Ayame tertawa kecil. Dia menepuk bahu dayang rupawan itu. "Aku pergi dulu. Jadi, jangan lupa untuk menghilangkan sikap formalmu saat berbicara denganku!"
Sakura memandangi punggung nona yang notabenenya adalah rekannya sendiri. Sampai Ayame tak tampak di mata gadis itu, Sakura akhirnya menghela napas. Ayame memang terlalu ceria dan blak-blakan sejak dulu. Itu yang membuat mereka cepat bergaul. Segera Sakura melanjutkan aktivitasnya. Bersiap lebih awal memang diperlukan untuk hasil yang maksimal.
✧✧
Tok! Tok!"Sasuke-sama, ini Sakura."
Sakura mendengar suara berderak samar. Dia paham, pintu di hadapannya telah dibuka dari dalam dan ia diizinkan untuk masuk. Diraihnya gagang pintu dari logam kuningan yang berkilap itu. Sakura mendorongnya dan segera masuk membawa petinya.
Dia harus berjalan beberapa langkah untuk sampai di sebuah sofa klasik berwarna krem. Tempat dia akan memoles wajah pangeran kedua setiap pagi. Meski yang dilakukannya tak banyak. Hanya sekadar merapikan rambut dan menyemprotkan wewangian, juga membantu untuk mengenakan pakaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stolen Fate
Fiksi PenggemarA Naruto / SasuSaku fanfic. . . . . . Haruno Sakura, seorang pelayan kekaisaran, sekaligus penata gaya pangeran kedua di tempatnya mencari nafkah, tiba-tiba diculik pada hari pernikahan tuannya sendiri. Dia diminta melakukan sesuatu yang sudah lama...