Typo bertebaran.
Happy reading!.
.
."Engh .... "
Aroma masakan yang penuh rempah, begitu menggugah selera. Sakura terbangun, bahkan jarak dapur di istana yang cukup jauh dari kamarnya selalu bisa menciptakan harum seperti ini. Mungkin juga lebih memikat hidung dan perutnya. Membuat siapa saja yang masih tertidur akan segera menemukan kesadaran mereka kembali. Begitu dia merasakan kaku di sekujur tubuh, Sakura terkesiap dan duduk dengan tegak. Di sini bukan istana, ia baru mengingat keadaannya.
Dia membuang napas pelan. Ini hanya ruangan kosong dengan satu meja kecil, beralas tatami. Terasa lembap, dan nyaman digunakan tidur pada waktu musim panas tiba. Dia menemukan sebuah ventilasi udara, yang anginnya masih terasa dingin. Belum ada cahaya matahari. Ketika ia menguap atas sisa kantuk, tangan kanan gadis itu bergerak mengusap jejak air liurnya. Tubuhnya baru saja berniat bangkit, ketika seseorang dari luar terdengar mengetuk pintu geser sambil berbicara.
"Nona, sarapan Anda sudah siap. Perlu diantar atau Anda turun ke bawah?"
Sakura tak langsung merespons. Dia diam untuk mencerna segalanya. Mulai dari yang ia lihat, rasakan, bahkan yang mungkin terlupakan.
"Nona? Ini jam sarapan penginapan kami. Bagaimana?"
"Ah!" Sakura bersuara agak serak, penanda ia baru bangun dari tidurnya. "U-um! Ya ... saya turun."
Seharusnya ia benar-benar terbangun ketika mencium aroma masakan yang terbawa dalam mimpinya. Tapi sepertinya tidak. Tubuhnya bergerak dengan sendiri menuruni tangga, sementara pikirannya sedang melanglang buana. Sakura bahkan sudah duduk di sebelah nenek-nenek, menghadap meja makan memanjang yang menghubungkan para tamu dengan tukang masak penginapan ini.
"Silahkan. Semoga masakan kami cocok dengan lidah Anda, Nona."
Sakura berkedip dua kali. Dia baru menyadari bahwa ia sedang duduk di sana, saat ini. Di sekelilingnya, orang-orang sedang menikmati makanan mereka. Riuh pagi hari pedesaan, mengingatkannya akan kesibukan dapur istana yang tak pernah berhenti. Kemudian, dia memperhatikan makanan di depannya. Satu set sarapan berupa nasi putih, beberapa lembar nori berukuran kecil, ikan makarel panggang, tamagoyaki, sup miso, dan umeboshi. Di nampan Sakura, tersedia anggur beberapa biji.
"Wah? Jarang-jarang orang kaya mau menginap di tempat ini. Ahahaha!"
Nenek di samping Sakura terbahak, dengan sebutir nasi yang bersarang di dekat bibirnya. Sakura yang bingung segera mendengar penjelasan si juru masak.
"Maafkan Nenek Chiyo, Nona. Dia memang selalu mengganggu tamu kami. Apalagi yang terlihat menawan."
"Ah, tak apa. Itu bukan masalah."
Gadis itu baru merasa tersindir. Dia kemudian melihat sekeliling. Sebagian orang-orang yang sedang sarapan hanya memakan masakan sederhana. Bahkan piring atau mangkuk makan mereka tak sebanyak apa yang ada di depannya. Pakaian orang-orang juga biasa saja. Kimono tanpa motif. Sedikit berbeda dengannya yang, memang terlihat seperti orang berada, walau banyak noda tanah pada gaun merah muda itu.
Dia jadi teringat apa yang semalam ia alami. Sekali lagi pandangannya mengedar, mencari seseorang. Ketika si koki bertanya apakah gadis itu tak cocok dengan sarapannya, ia segera menggeleng dan tersenyum. Meraih sumpitnya, lalu melahap dengan elegan apa saja yang tersaji di depannya. Sakura tak sungkan untuk memuji betapa enak masakan itu. Benar, rasa laparnya tak mungkin dibiarkan, walau dia mengkhawatirkan soal junjungannya. Saat makanan itu habis, Sakura mengucap terima kasih dan sekali lagi memuji rasa yang telah lidahnya dapat.
Sakura kembali ke kamarnya, diberitahu seorang pelayan di sana bahwa penginapan ini menyediakan tempat mandi dengan air hangat. Pikirannya belum sampai menginginkan hal itu. Begitu menaiki tangga, yang dia ingat adalah Uchiha Sasuke. Kemana pria itu pergi, Sakura akan mencari tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stolen Fate
Fiksi PenggemarA Naruto / SasuSaku fanfic. . . . . . Haruno Sakura, seorang pelayan kekaisaran, sekaligus penata gaya pangeran kedua di tempatnya mencari nafkah, tiba-tiba diculik pada hari pernikahan tuannya sendiri. Dia diminta melakukan sesuatu yang sudah lama...