Kanaya membuka album foto itu dan membuka lembaran demi lembaran yang membuatnya kembali teringat kenangannya saat bersama dengan Aksa.
***
"Nay, lihat aku menemukan yang warna coklat" Aksa berseru dengan mengangkat cangkang kerang yang ia temukan, dengan wajah yang nampak sumringah Aksa berlari ke arah Kanaya sembari membawa cangkang kerang yang ia temukan itu untuk dibawa ke Kanaya agar ia bisa melihatnya.
"Waah cantik sekali, tapi punya aku lebih banyak" Kanaya berbinar saat memperlihatkan cangkang-cangkang kerang yang yang berada ditelapak tangannya itu kepada Aksa. Senyumnya melebar, rasa bahagianya nampak sekali kala itu.
Langit dan laut terlihat sangat bersahabat, semesta seakan mendukung kebersamaan mereka. Mentari yang tidak menampakkan mendungnya, dan juga ombak yang sangat damai seolah bersedia untuk membersamai mereka.
Diatas pasir pantai itu Kanaya menaruh cangkang kerang yang ia dan Aksa temukan, lalu mereka menyusunnya dengan sejajar.
"Seperti mau balapan kerang ya Nay". Ucap Aksa kepada Kanaya yang masih sibuk menyusun kerang-kerang itu.
"Tapi udah ngga ada penghuninya"
"Kamu pernah lihat?"
"Pernah, tapi yang secantik di pantai ini aku belum pernah lihat yang masih ada isinya"
"Kalau yang cantik dipantai ini ya kamu"
Mendengar itu Kanaya tertawa, mereka berlari menyusuri pantai dan bermain dengan ombak.
"Aksa, menurutmu bagaimana cangkang kerang terbentuk?"
"Mungkin dari air mata putri duyung"
"Itukan mutiara"
"Tapi mutiara itu muncul dari kerang, nah loh mana yang lebih masuk akal? air mata putri duyung berubah jadi mutiara atau cangkang kerang yang berwarna-warni ini?"
"Dua-duanya gamasuk akal Aksaa.." Kanaya mencubit Aksa yang tertawa sendiri karena membuat jawaban konyol itu.
Kanaya tetap tertawa, Aksa memang tipe manusia yang tidak bisa serius. Namun hal itu dilakukannya karena ingin melihat Kanaya tertawa dan bahagia saat bersamanya.
Mereka menyusuri bagian lain dari pulau itu, jarak pulau ini tidak terlalu jauh dari bibir pantai. Hanya sekitar lima menit menyebrang dengan menggunakan perahu.
Hanya pulau kecil, namun pemandangannya membuat siapapun yang ada disana betah dan ingin berlama-lama untuk menetap dipulau itu. Karena dekat dengan pelabuhan besar, laut disini terlihat ramai karena banyak kapal ferry yang melintas untuk menyebrang.
Dibagian belakang pulau itu nampak seperti bukit kecil yang indah dengan pemandangan laut lepas, namun tidak ada pasir pantai seperti yang terlihat dibagian timur pulau itu, di bukit itu semuanya seperti tercipta dari bebatuan yang indah dan tentunya datar sehingga dapat dipijaki.
Kanaya masih terdiam karena terkagum-kagum dengan pemandangan indah dibukit itu, Kanaya adalah manusia yang mudah sekali takjub dengan hal-hal indah sekecil apapun itu.
"Hei" Aksa menyadarkan Kanaya yang masih terpaku menatap pemandangan itu.
"Liat deh Nay, ada dandelion" Aksa menunjuk ke arah rerumputan dan mengambil dandelion itu.
"Ayo tiupp" Seru Kanaya
"Eitss, make a wish dulu"
"Ko seperti ulang tahun? memangnya bisa?"
Aksa tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Kanaya, ia memejamkan mata dan membuat permohonan lalu meniup bunga dandelion itu,
"Semoga kebahagiaan selalu membersamai Kanaya"

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Kala Itu
RomanceDari sekian banyak kisah yang kulalui dalam hidupku, tentangmu adalah yang paling berwarna meskipun abu-abu pada akhirnya. Banyak sekali kata rindu yang ingin kusampaikan, namun entahlah, sepertinya semesta tidak menginginkan pertemuan itu ada, pada...