Ini adalah kesekian kalinya ia menyusuri dermaga itu, berjalan sampai ujung dermaga hingga ia menemui ombak yang mendebur tepian.
Duduk ditepian dermaga, lalu berjalan mengikuti arah dermaga dan berbalik arah, kembali berjalan menyusuri dermaga lagi, berdiri sambil terdiam menatap lautan lepas, semilir angin berhembus membawa ketenangan, dan juga kenangan.
Pada sabtu itu ia termenung dihadapan lautan lepas, entah sudah keberapakalinya ia melamun ditempat itu. Tatapannya kosong, sesekali gadis itu menyeka air matanya.
Ia tidak peduli pada terik matahari yang menyengat, padahal langit sedang cerah-cerahnya, namun tetap saja selalu laut yang ia datangi kala ingin dan tidak tahu waktu.
Ditengah lamunannya, tiba-tiba seseorang menarik lengan gadis itu sehingga membuatnya terperanjat,
"Jangan bunuh diri! kalau mau mati jangan tenggelam! itu cara paling menyakitkan dan lama".
Kanaya yang masih terkejut menatap laki-laki itu yang masih menggenggam lengannya, ia tampak panik karena mengira Kanaya akan bunuh diri dan melompat dari dermaga ke dalam lautan lepas.
Kanaya berusaha melepaskan diri dari genggaman laki-laki itu, namun ia malah merengkuhnya semakin erat,
"Kalau kamu masih ingin bunuh diri, ngga akan saya lepasin!"
"Saya ngga punya niatan untuk bunuh diri, lepas!"
Kanaya berusaha menepis laki-laki itu, ia terlihat kesal karena lamunannya kacau karena orang asing. Kanaya beranjak pergi dari tempat itu dan berusaha tidak menghiraukan kejadian tadi.
Kanaya berjalan kearah pulang, namun ia belum ingin karena matahari belum terbenam. Ia hanya berusaha menghindari lelaki yang mengganggunya tadi, berjalan lalu sesekali berhenti melihat kearah sekitar, matanya menyoroti setiap sudut berusaha menemukan seseorang yang ia tunggu kehadirannya.
Ia termenung menatap lautan yang membuatnya kembali damai, lama sekali rasanya menunggu senja datang. Sebenarnya Kanaya tidak mengharapkan apapun dari senja, ia pun tidak berharap dapat melihat matahari terbenam yang indah ataupun langit yang cantik.
Ia hanya ingin mendapatkan sore yang berkesan, sore yang selalu ia impikan akan datang meski entah harus menunggu seberapa lama, adalah ketika orang yang ia nantikan kehadirannya ada disana, disuatu sore dan didermaga yang sama.
. . .
"Kai.." Seseorang dari atas perahu yang berada tidak jauh dari dermaga berseru memanggil nama itu sembari melambaikan tangan.
Saat Kanaya melihat kearah belakang ternyata laki-laki yang tadi menarik lengannya karena mengira ia akan bunuh diri masih mengikutinya.
Ia menyahut dengan melambaikan tangannya kembali, namun tidak mengatakan apa-apa. Lalu Ia berjalan kearah Kanaya dan menyodorkan sesuatu.
"Nih, buat kamu. Anggap saja sebagai permintaan maaf ku". Katanya sembari meraih tangan Kanaya dan meletakkan sebuah cangkang kerang.
Ia hanya terdiam menatap cangkang kerang yang sudah tidak ada penghuninya itu, melihat Kanaya hanya terdiam membisu, Kai hendak mengambil balik kerang yang sedari tadi hanya dipandangi oleh Kanaya.
"Kalau tidak mau aku ambil lagi"
Tentu saja Kai tidak benar-benar ingin mengambil lagi kerang itu, namun Kanaya yang sedari tadi menundukkan wajahnya masih tidak bergeming. Saat Kai hendak mengambil kerang itu dari tangan Kanaya, setetes air jatuh membasahi tangannya. Kanaya menangis.

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Kala Itu
Roman d'amourDari sekian banyak kisah yang kulalui dalam hidupku, tentangmu adalah yang paling berwarna meskipun abu-abu pada akhirnya. Banyak sekali kata rindu yang ingin kusampaikan, namun entahlah, sepertinya semesta tidak menginginkan pertemuan itu ada, pada...