R. [01] Sesuatu.

220 10 1
                                    

Kay langsung tersedak makanan yang sedang dirinya kunyah, dengan sigap Deon memberikan minuman pada Kay. Kay menerima minuman itu dengan terburu-buru, ia memukul dadanya pelan untuk meminimalisir rasa sakit tenggorokannya. Ia terkejut bukan main saat Deon tiba-tiba mengajak dirinya menikah.


Deon merasa bersalah saat melihat keadaan Kay, ia menatap iba gadis di depannya. "Kau baik-baik saja?"

Kay mulai merasa lebih baik, ia kembali meletakkan gelas minumannya, lalu menatap Deon. "Ya, saya baik-baik saja, Pak."

"Maaf," Deon benar-benar merasa bersalah sekarang, ia sudah tahu reaksi apa yang akan Kay berikan padanya setelah dirinya mengatakan kalimat sakral itu.

"Tidak perlu meminta maaf, Pak. Justru saya yang harusnya minta maaf," Kay yang tidak enakan merasa bersalah pada bosnya. Ia menatap Deon tidak percaya jika Deon menundukkan kepala tanda bersalah. "Tapi, saya penasaran. Apa alasan Bapak tiba-tiba mengajak saya menikah?" lanjut Kay saat Deon tidak memberikan respon apapun padanya.

Deon mengangkat kepalanya, menatap Kay serius. "Kau suka novel, kan?"

"Apa hubungannya dengan novel?" Kay tersenyum canggung saat ditanya demikian, pikirannya kini bercabang.

"Bukankah kau suka novel tentang perjodohan?"

Kay berpikir lebih dulu kemana arah pembicaraan Deon.

Deon yang melihat Kay kebingungan merasa gemas. "Saya sering dijodohkan dengan anak teman Papa."

Kay baru menangkap apa yang dimaksud Deon saat pria di depannya menjelaskan. "Oh, perjodohan." Kay menganggukkan kepala mengerti.

"Iya, karena saya sudah muak dengan perjodohan ini, jadi saya minta pada Papa untuk memberikan saya waktu. Saya hanya ingin menikahi wanita yang saya sukai. Alih-alih menjalankan sebuah keluarga tanpa cinta, saya takut jika saya akan membenci anak dari wanita yang tidak saya cintai."

Kay mendengarkan dengan seksama, ia menatap Deon dan tiba-tiba pikirannya blank dengan kalimat yang Deon ucapkan, seperti ada yang mengganjal.

"Bapak suka sama saya?"

∘∘∘

"Biar saya yang menyetir," kata Deon pada pengawalnya yang kini berdiri di dekat mobil BMW X1.

"Baik, Tuan." Pengawal itu memberikan kunci mobil pada Deon.

Deon membuka pintu kursi penumpang, lalu menatap Kay yang hanya berdiri termenung. "Tidak mau masuk?"

Kay menatap Deon, lalu kakinya perlahan mendekat, "Anda yang menyetir, Pak?"


Deon mengangguk, "Jangan merasa sungkan."

"Jika seperti itu, biar saya saja yang menyetir, Pak."

"Tidak, saya ini laki-laki, Kay. Saya juga tidak suka di setiri oleh wanita. Sekarang kau masuklah, aku sudah jengah dengan tatapan orang-orang itu." Deon melirik ke sekitarnya yang cukup ramai.

Kay pun melihat sekitar yang tidak terlalu ramai. Ternyata memang pandangan mereka jatuh pada Deon dan Kay. Akhirnya Kay masuk ke dalam mobil, di susul oleh Deon yang duduk di kursi kemudi.

"Ini alamat rumah mu, benar?" tanya Deon setelah memasukkan alamat rumah pada navigasi mobil.

Kay menoleh melihat layar yang menunjukkan jalan ke arah rumahnya, "Benar, bagaimana Bapak bisa tahu jika itu rumah saya?"

Radeon ♡ KayyisaWhere stories live. Discover now