R. [10] Weekend.

95 8 1
                                    

Deon membukakan pintu mobil untuk Kay agar wanitanya bisa turun dari mobil. Keduanya kini sampai di sebuah mall besar Ibu Kota. Kay yang bingung pun hanya tersenyum kaku pada Deon dan turun dari mobil.

Setelah dari pemakaman, Deon tiba-tiba mengajaknya pergi setelah mengungkapkan isi hatinya, Kay masih terpaku dan tidak mengeluarkan sepatah katapun dan hanya membuntuti Deon kemanapun pria itu melangkah dengan pikiran yang entah kemana.

"Kenapa kita kemari?" tanya Kay saat keduanya berjalan memasuki mall.

Deon memarkirkan mobil di halaman lobi dan menugaskan seorang satpam untuk memarkirkan mobilnya di basemen. "Untuk membeli baju barumu," jawab Deon tanpa menatap Kay di sampingnya karena ia sibuk melihat seluruh mall.

"Untuk apa membeli baju lagi? Ini saja sudah cukup." kata Kay pelan, ia benar-benar merasa tidak enak pada pria ini, karena dirinya belum pernah diperlakukan seperti ini.

"Kau akan menginap satu malam lagi di rumahku, Kay." Deon akhirnya menatap Kay sambil menunduk. Deon menggenggam tangan mungil Kay dan membawanya menuju lift.

"Tapi kita bisa pulang ke rumaku dan mengambil baju, bukan?"

"Rumahmu terlalu jauh," Deon menekan tombol lift dan menunggu lift itu turun ke lantai dasar.

"Mas Deon, boleh aku tanya sesuatu?" Kay baru teringat satu hal setelah dirinya membahas soal 'Rumah'.

"Tentu saja, kau mau tanya apa?" Deon memasukkan salah satu tangannya yang bebas ke kantong celana bahan hitamnya.

"Apa orang tua ku tahu soal pertunangan ini?"

"Apa aku berani melamar mu tanpa sepengetahuan orang tuamu?"

"Siapa tahu Mas Deon melakukan hal itu tanpa sepengetahuan kedua orang tuaku." Kay menundukkan pandangannya ke arah lantai marmer.

Deon mengangkat kepala Kay dengan menarik dagu wanita itu pelan dan menatapnya dengan senyum kecil di bibir tipisnya, "Liftnya sudah terbuka, ayo naik."

Kay yang sebelumnya menatap Deon sebentar kemudian melirik lift di depannya.

Deon sedikit menarik tangan Kay dan keduanya mulai masuk ke dalam lift bersama dua pria muda asing lainnya. Deon sedikit menggeser tubuh Kay ke arah dinding lift dan mengurungnya dengan dua tangan agar tidak dekat-dekat dengan dua pria asing itu.

"Aku tidak akan berani melamar mu tanpa restu, Kay." kata Deon sambil berbisik di telinga Kay dengan sangat pelan.

Kay yang terpojok hanya bisa diam dan tersenyum kecil, "Mungkin ini sudah yang kesekian kalinya aku berucap terima kasih pada Mas Deon. Terima kasih, Mas." kata Kay dengan suara yang pelan juga.

Deon tersenyum kecil, kemudian ia mengecup puncak kepala Kay dengan sayang. Kay melebarkan mata terkejut dengan perlakuan tiba-tiba Deon. Kedua pria asing yang melihat adegan itu hanya bisa tersenyum penuh arti, kemudian saling berbisik yang Kay tidak tahu mereka membicarakan apa.

"Sudah cukup, ada orang lain di sini." Kay menepuk bahu Deon pelan agar pria itu menjauh darinya.

"Bolehkah aku bertanya?" Deon tidak menjauhkan tubuhnya, ia malah semakin mendekatkan wajahnya dengan telinga Kay.

"Apa?"

"Apa kau mencintaiku, Kay?"

Ada jeda di antara keduanya, dan tidak lama kemudian pintu lift terbuka. "Kita sudah sampai." Kay sedikit menepuk bahu Deon agar pria itu sadar.

Deon melirik pintu lift dan benar saja keduanya sudah berada di lantai yang Deon tekan tadi. Deon menjauhkan tubuhnya dari Kay dan menarik Kay membawanya ke sebuah toko pakaian perempuan.

Radeon ♡ KayyisaWhere stories live. Discover now