Perban di pelipisnya baru saja diganti, terlihat masih baru. Ekspresinya datar meski saat luka di pelipisnya dibersihkan dia sedikit mengerang sakit.
"Sudah Mas." Kelar suster yang bertugas mengganti perban penutup lukanya itu.
"Bisa dilepas semua kapan, Sus?" Tanya lelaki berseragam sekolah yang dilapisi outer denim duduk di atas ranjang ugd klinik kota.
"Kalo udah kering, tiga hari lagi coba kesini biar saya cek jahitannya." Jawab suster tersebut sembari membenahi perangkat kerjanya di nakas.
"Ok deh. Thank you, suster."
Dia melompat dan berjalan keluar ruangan.
"Udah?" Tanya sahabat karibnya yang selalu menempeli Renjun bagai perangko.
Renjun mengangguk. "Lo aturan gak usah ikut." Mereka berjalan beriringan menuju parkiran klinik.
"Lo mau ngebut-ngebutan lagi kalo gue gak ikut kan, Ren." Haechan paham akal-akalan Renjun. Sahabatnya ini kelewat nekat sih. Dia memang anak orang kaya yang kalau iseng tuh suka melakukan hal yang memacu adrenalin.
Beberapa hari yang lalu ikut balapan liar pakai mobil tapi kecelakan terjadi yang menyebabkan pelipisnya berdarah-darah terluka terkena pecahan kaca mobilnya tersebut. Sampai hari ini saja mobilnya masih di bengkel. Dia ke sekolah bersama Haechan yang rumahnya masih satu komplek dengannya. Ibunya Renjun pun sudah menitipkan anak itu pada Haechan. Meminta tolong Haechan supaya memantau Renjun agar tidak aneh-aneh lagi.
Balapan mobil liar ini bukan pertama kali sih yang membuat Renjun celaka. Beberapa bulan lalu dia main skateboard sampai kakinya patah. Yang lalunya lagi ada kejadian juga ini sedikit memalukan, Renjun dihajar perempuan sampai pelipisnya terbentur. Bukannya Renjun lemah, tapi dia masih menghormati perempuan dengan tidak main tangan dalam kekerasan tapi kalau main tangan yang lain dia lumayan jago, skip. Ini karena Renjun ketahuan selingkuh makanya dia dihajar. Setelah kejadian itu dia rehat dari perempuan-perempuan dan urusan hati. Mengalihkan ke balapan entah motor atau mobil.
Ya, lumayan nakal juga Renjun ini.
"Tobat lu nyet." Peringat Haechan padanya. Mereka sampai di sebelah motor Haechan. Haechan menyodorkan helmnya pada Renjun. "Gak mainan cewe... balapan... yang bener-bener aja nih kaya gue." Bangga Haechan.
Renjun hanya tersenyum miring.
____
"Minggu mau ke mana?" Tanya Haechan setelah menurunkan Renjun di depan gerbang kediaman keluarga Renjun.
"Gereja gue. Nyokap bawel banget."
Haechan terkekeh. "Mantep mantep. Bener emang lo harus mendekatkan diri sama Tuhan biar bener dikit gak usah aneh-aneh idupnya."
"Ngaca!" Pekik Renjun pada sahabatnya yang selama dia tahu pun agaknya tidak dekat dengan Tuhan.
"See you di Gereja deh." Ucap Haechan.
"Orang gila!" Rutuk Renjun, jelas-jelas mereka ini berbeda keyakinan.
-to be continue-
KAMU SEDANG MEMBACA
[bl] man like me?
FanfictionHidup Renjun mungkin akan lurus jika berada di dekatnya, tapi tidak untuk orientasi seksualnya, belok. "Could you fall for a man like me?"