His Name

74 15 0
                                    

"Lo dicariin Jeno." Ucap Haechan yang tanpa permisi masuk ke kamarnya dan merebahkan diri di ranjang Renjun. Renjun sedang di desk belajarnya mengaca menggunakan kaca kecil melihat plester yang baru ia tempel di lukanya yang hampir sembuh.

"Ngapain?" Tanya Renjun pada sahabatnya itu.

"Lah kangen kali? Mana gue tahu????" Jawab Haechan asal. Dia mulai menggeser-geser ponselnya.

"Lo ketemu di mana emang?" Jeno itu bukan teman sekolah mereka, dia bersekolah di tempat lain. Kenal saat balapan liar dengan Renjun yang ditemani Haechan.

"Gue nganter Somi kerkel sama temennya di kafe tahunya ada Jeno juga terus nanyain elo."

"Ck, ama cewenya dia?"

"Mana gue tahu, tapi kayanya iya soalnya rangkulan gitu."

Cih, padahal terakhir bertemu sebelum kecelakaan pemuda itu mencium Renjun.

Renjun tidak ambil pusing. "Bilang ke dia gue udah mati."

"Mulutnya ya gak disekolahin!" Cerca Haechan.

Bukan ada apa-apa di antara Renjun dan Jeno, tapi Jeno sempat mengatakan kalau dia tertarik pada Renjun dan mereka berciuman di bawah remang lampu mobil Jeno.
















___















Renjun sengaja datang ke Gereja dengan mengendarai motornya sendiri. Kakinya sudah baik tidak nyeri sama sekali dan pelipisnya pun hanya dibalut plaster sekarang. Ia berpakaian kasual selayaknya jemaat yang lain, memarkirkan motornya di parkiran khusus motor.

"Hai!" Well, suara yang masih ia ingat di memori ingatnya. Suara yang ingin ia dengar lagi hari ini.

Renjun menoleh. Melihat lelaki yang menolongnya melambai pada seorang perempuan yang usai memarkirkan motornya tak jauh dari Renjun berada.

Renjun langsung membuang muka, karena lelaki itu menyapa orang lain bukan dirinya. Pun Renjun beranjak dari sana menuju gedung Gereja mencari keluarganya.

Saat sesi khutbah berlangsung netranya masih mencari-cari sosok yang membuatnya penasaran. Entahlah, timbul rasa penasaran dalam diri Renjun tentang lelaki itu. Seminggu ini dia kepikiran lelaki yang menolongnya itu, seperti ada sesuatu dalam diri Renjun yang ingin mengenal lelaki tersebut.

Ketemu. Dia berada di dua bangku depan sisi kanan Renjun. Bersama dengan gadis yang tadi di parkiran. Oh, Renjun sedikit kesal. Tapi for no reason makanya Renjun sedikit tambah kesal pada dirinya.

Seusai khotbah dan doa penutup. Para jemaat bersalam-salaman dengan Pastor dan petugas lainnya hari ini. Renjun pun demikian, di belakang Winwin dia menyalami orang-orang di sana.

"Hai!" Well kali ini Renjun bersalaman dengan lelaki itu. Dia menarik Renjun dari kerumunan untuk menepi. "We really meet again." Ia menjabat tangan Renjun erat dan senyum lebar di wajahnya.

"As we should?" Balas Renjun yang jujur dia tidak menyiapkan harus berreaksi apa kalau bertemu lelaki ini lagi.

"Gak pusing kan?" Tanya lelaki itu masih dengan nada suara seperti yang lalu, penuh perhatian.

Renjun menggeleng. "I'm fine."

Lelaki itu mengangguk sekaligus lega. "Ke depan yuk." Ajaknya, menarik tangan Renjun yang sejak berjabat tak juga dilepaskan.

Sampai di luar barulah lelaki itu sadar bahwa tangannya bertaut dengan milik Renjun.

"Oh? Sorry." Ia melepaskannya.

"Gak papa. Btw nama gue Renjun." Renjun menjulurkan tangannya lagi. Dia berinisiatif memulai langkah awal berkenalan dengan lelaki di hadapannya ini.

Lelaki itu menjabat tangannya kembali. "I'm Mark."

Well, kaya nama bule. Batin Renjun.

"Feels like, I'm older than you." Ujar Mark setelah tangan mereka kembali melepas satu dan yang lain.

"Emang iya?" Renjun memang sedikit berpikir begitu sih.

Mark mengangguk. "Aku tahun pertama kuliah. Kamu?"

Renjun bertanya-tanya dia ini asli mana kenapa aku kamu????? Renjun yang berkawan dengan Haechan suka nyablak agaknya gimana dipertemukan orang baik-baik seperti Mark.

"Kelas 12," Jawab Renjun.

"Wah, you should focus on your study, Ren." Kata lelaki itu yang hari ini tidak memakai kacamatanya.

Renjun mengangguk kecil.

"Nice to meet you, Renjun." Its aint goodbye for today right???? Renjun belum mau pisah sekarang. Dia ingin mengenal Mark.

"Nice to meet you too, Kak." Renjun memutuskan memberi imbuhan Kak ketika memanggil Mark karena dia lebih tua darinya.

"Sweet." Gumam Mark.

"Hah?"

"The way you called me Kak." Lanjut Mark.

Mereka terkekeh bersama.

"Mau lunch bareng gak?" Merupakan sejarah di mana Renjun membuat pergerakan awal dalam usahanya. Karena selama ia pernah berhubungan dengan siapapun yang menjadi pacarnya, Renjun ini dikejar. Meski mereka perempuan mereka mantan-mantan Renjun berani menyatakan rasanya duluan.

"Sounds nice. Yuk!" Mark terlihat berbinar senang. "Aku pesan taxi onlinenya dulu ya." Ia mengeluarkan ponsel dari sakunya.

"Eh gak usah, Kak. Gue bawa motor." Cegah Renjun yang tak sengaja memegang tangan Mark yang memegang ponsel.

"Gitu?" Tanya Mark.

Renjun mengangguk.

"Good then." Lalu mereka berjalan bersama ke parkiran.


-to be continue-







ps. kayanya pendek-pendek aja yaaa tiap partnya hehe

[bl] man like me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang