05. Alter Ego

19 11 0
                                    

Bab 05 (Alter Ego)

Aku tinggal bersama mama dan kakakku. Entah kenapa aku merasa bahwa mama tidak sayang kepada kakak.

Bagaimana tidak? Saat aku makan, kakakku hanya diam menatap tanpa diberi makan oleh mama. Saat mama membelikanku mainan, mama hanya memberikanku seorang.

Suatu hari, mama masuk ke dalam kamarku dan kakakku kemudian memberikanku mobil - mobilan berwarna hitam. Mobil ini cukup besar untuk anak seumuranku. Aku bahkan bisa mengendarai mobil ini untuk pergi lho, seriusan, deh.

Mobil ini pasti tidak murah harganya, alangkah baiknya kalau mama beli yang lebih murah dengan jumlah dua kan? jadi kakak juga akan mendapatkan sebuah mainan.

"Ma" panggilku sambil menidurkan badanku di pangkuannya.

"Ya Nemo, ada apa nak?" tanya mama kepadaku dengan suara yang sangat lembut seperti biasanya.

"Kenapa mama hanya selalu membelikan mainan untuk aku seorang saja? Apa mama tidak sayang pada kakak?" tanyaku kepada ibuku. Ibuku hanya tersenyum, lalu menunduk dan mengusap kepalaku dengan lembut. Tak kunjung mendapat jawaban, aku yang terbawa suasana suasana nyaman dengan merasakan kelembutan di pucuk kepalaku pun kemudian tertidur.

Pagi selanjutnya aku terbangun. Aku melakukan hal – hal normal lainnya yang dilakukan oleh anak – anak seusiaku. Aku menggosok gigiku sampai bersih, mandi dengan air hangat, dan kemudian mengenakan pakaian yang hangat karena ini adalah musim hujan. Dingin!

Karena ini adalah hari libur, akupun segera turun dari tangga dan hendak memainkan mobil baruku.

'Ah kakak mana yah? Aku belum melihatnya sama sekali' tanyaku dalam hati.

Padahal aku ingin mengajaknya bermain bersama mengendarai mobil – mobil an baru yang diberikan ibu. Aku akan berbagi tempat duduk dengannya dan kemudian kami berdua akan berkeliling perumahan bersama. Sangat menyenangkan kan? Kan?? Sayang sekali aku tidak menemukan sosoknya dimanapun.

Aku menunggunya sangat lama di kursi kecil yang berada di teras rumah. Ibu sudah beberapa kali menyuruhku untuk masuk karena cuaca yang sangat dingin diluar. Tetapi aku tetap memutuskan untuk menunggu kakakku sampai kita bisa bermain bersama.

Aku lapar. Kakak tetap tidak muncul. Aku ingin makan terlebih dahulu apa tidak apa? Aku sungguh lapar. Mungkin ini sudah siang hari karena mataharinya terik sekali. Akupun berjalan masuk ke dalam rumah. Saat di depan pintu aku melihat kakak berpakaian sama denganku. Aku senang sekali!!

"Kak!" sapaku.

"Ayo main!" ucapku selanjutnya dan kembali keluar rumah lagi dan menaiki mobil mainan kami diikuti oleh kakakku yang duduk di sampingnya.

"Apa kakak ingin menyetir mobilnya?" tanyaku kepada kakakku. Kulihat ia menganggukan kepalanya dan tersenyum bahagia.

Tidak apa, aku akan bertukar tempat dengannya dan kami akan tetap berkeliling bersama kan?? Senangnya aku menghabiskan waktu berdua bersama kakakku.

Saat kami berkeliling, kulihat di depan rumah kami ada seseorang pria berpakaian hitam dan bertopi hitam serta membawa kotak kayu cukup besar di tangan kanannya berdiri sambil memencet bel rumah kami beberapa kali. Aku meminta kakak untuk pulang terlebih dahulu dan memberitahu ibu kami bahwa ada orang yang sedang menunggu di luar. Kakak mengarahkan setirnya dan masuk ke garasi rumah kami.

"Permisi om" ucapku memberi salam pembuka. Kata ibu, kita harus selalu berperilaku sopan terhadap siapapun.

"Iya" jawabnya sambil tersenyum ramah.

"Om mau ngapain disini? Om gak mau maling kan?" tanya kakakku. Aku terkejut.

"Maaf om, kakak saya memang agak kasar. Tapi dia baik kok" ucapku sambil membungkukkan badan. Pintu terbuka dan menampilkan sosok ibu disana.

Mortal CombinationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang