Melintas di antara Bayang-Bayang Gelap
Di antara redupnya harapan yang ada, setiap hari, hatiku dipenuhi dengan rasa sakit yang mendalam dan keputusasaan yang tak tergoyahkan. Aku merasa sudah tidak ada harapan lagi. Tak menyadari bahwa pilihan semata akan mengubah hidupku selamanya. Namaku adalah Yolanda Pamela, seorang pelajar yang sedang mencari makna dalam setiap langkahku.
Di usiaku yang masih sangat belia, aku mengambil keputusan yang salah. Rasa penasaran ini menuntunku perlahan menuju kegelapan yang abadi. Saat itu aku tidak memiliki akses untuk meminta pertolongan kepada orang yang berpengalaman. Yang bisa kulakukan hanyalah mengirim sebuah pesan kepada nomor yang kutemukan di laman internet.
Konsultasi gratis secara online? Hubungi nomor di bawah!Aku memencet tombol tersebut dan mulai mengetik, bertanya bagaimana agar aku bisa lepas dari pikiran-pikiran untuk mengakhiri semuanya.
Ayahku yang tidak sengaja membaca isi pesan di ponselku, mendatangiku yang sedang merebahkan diri di atas kasur."Apa maksud sebenarnya dari pesan ini?" tanyanya berusaha menekan suaranya. Aku tahu hanya dengan melihat matanya, ia sedang menahan amarahnya.
Saat itu aku sungguh tidak tahu harus menjawab apa. Pikiranku kacau dan lidahku kelu. Beberapa kali ia terus melontarkan pertanyaan yang sama dengan nada yang semakin meninggi.Aku harus memberinya jawaban apapun!
"Apa aku benar-benar anak ayah?" tanyaku sambil menengokkan kepalaku hendak melihat ekspresi yang akan ayah berikan.Syukurlah. Ayahku nampak lega. Aku tahu itu adalah jawaban terbodoh sekaligus teraman yang bisa kulontarkan. Ia memelukku dan berkata bahwa aku bodoh.
Ia mempercayainya.
Ayah menegaskan bahwa aku adalah anak kandungnya dan kehadiranku di dunia memang sudah direncanakan.
Aku menangis sesegukan dalam pelukannya, meminta maaf dalam hati karena sudah berbohong. Maaf ya Ayah, Yola belum bisa menyampaikan apa yang sebenarnya ada di pikiran Yola.
Hari-hariku tampak lancar setelah beberapa tahun. Aku senang karena ayahku benar-benar berpikir ini sudah berakhir.Aku terjebak dalam siklus sialan ini sendirian dan aku masih belum bisa lepas juga. Pikiran bahwa apa yang kualami adalah hal sepele, membayangkan orang lain yang bahkan tidak memiliki orangtua atau jauh lebih sulit dariku semakin menyadarkanku, bahwa aku memang memiliki keanehan dan tidak berguna. Apakah ini merupakan tindak impulsif? Apakah aku terlalu baper? Aku tidak menemukan alasan kuat, apa yang membuatku menjadi seperti ini. Hanya karena pertengkaran kecil, hanya karena beberapa ucapan kasar, hanya karena beberapa tindakan kecil yang tidak sesuai dengan apa yang kuinginkan, hanya dengan argumen-argumen kecil dan hanya dengan melakukan sedikit saja hal yang tidak kuinginkan membuatku menjadi gila. Alasan satu-satunya yang paling masuk akal adalah "kecanduan".
Aku memandang silet kecil yang sedang kupegang dengan tangan kananku. Lagi, aku berpikir lagi, benarkah ini satu-satunya jalan yang bisa kuambil? Aku putus asa dan frustasi.. Kali ini alasanku melakukannya hanyalah karena adu mulut dengan salah anggota keluargaku. Adu mulut yang terjadi memang cukup keras. Tetapi tidak cukup keras untuk mendorongku melakukan hal-hal menyimpang (sebenarnya).
Aku sepenuhnya sadar dengan apa yang kulakukan. Pertentangan batin ini juga yang membuatku semakin tertekan. Kali ini aku akan melakukannya di bagian yang tidak terlihat, yap, di bagian pundak.
Perih.
Aku memejamkan mataku erat dan menengokkan kepala ke kanan, menahan rasa sakit di pundak kiriku. Sekali lagi aku menyayat pundak kiriku dengan dalam dan pasti. Darah mulai mengalir keluar. Rasa sakit di hatiku perlahan mulai menghilang tergantikan rasa perih dan ngilu di pundakku. Seiring memanasnya luka di pundak, kepalaku mulai terasa ringan dan aku mulai tenang. Sensasi yang kudapat benar-benar menjadi candu bagi tubuh dan jiwaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mortal Combination
Short StoryRemember, we're living together ! Kehidupan bukanlah milik kita sepenuhnya. Kehidupan tidak menjadikan kita sebagai tokoh utama yang bersinar terang di tengah panggung. Sadarkah kita, bahwa sesuatu sedang mengawasi kita dari sebuah tempat yang gelap...