PROLOG

147 10 0
                                    

23 desember 2022.

Siswa SMA Intelegency telah menyelesaikan waktu belajarnya di semester 1, di hari ini mereka semua telah mendapatkan rapotnya masing-masing. Dengan di dampingi wali murid nya masing-masing, mereka semua nampak antusias untuk menyambut libur semester.

Mari kita lihat apa yag terjadi di kelas IPS, lebih tepatnya IPS 2. Siswa dengan tubuh tinggi dengan rambut hitam legam nya itu tengah dimarahi sang kakak karena nilai yang awalnya berada di peringkat 1 turun ke peringkat 2.  "Mampus dah kalo ini ketauan mama." gumamnya.

"Gue minta lu yang ambil tuh biar mama ga tau, cepu banget sih heran." jawabnya dengan kesal. 

Nishimura Riki, atau lebih akrab di panggil Ni-ki itu adalah siswa yang cukup populer. Dengan paras yang tampan dan tubuh yang menjulang tinggi, membuat siapapun akan mengalihkan fokus kepadanya. Apalagi dengan kecerdasan nya, semakin banyak orang yang mengagumi dirinya.

"Oyy ki!" panggil seseorang dari belakang. Sepasang kakak beradik itu menoleh kompak dan mendapati Gunwook, sohib Ni-ki. Pria itu merangkul Ni-ki akrab, dan tersenyum untuk menyapa kakak temannya itu. "Gimana nilai dia kak?" tanya nya.

"Jadi ke dua dia, kalah sama siswa yang namanya Junghwan."

"Nilai mereka berdua emang selalu beda tipis, santai dulu ga sih? Masih semester satu inih, iya ga ki?" dia tos ala bro bersama Ni-ki.

Sang kakak menggeleng pelan, dia memutuskan untuk pamit pulang duluan. Ni-ki dan Gunwook katanya ada sesuatu yang mau dibicarakan bersama temennya yang lain, tentu saja perihal libur semester. 2 Minggu kedepan akan mereka pastikan untuk tidak berada di rumah.

Ni-ki dan Gunwook berjalan pergi bersama menuju kantin sekolah. Kantin yang biasanya ramai itu kini terlihat sepi, mungkin karna beberapa toko kantin tak buka. Kedua sohib itu pergi menuju salah satu bangku yang sudah diisi beberapa murid seusianya.

Meja kantin yang hanya bisa menampung 1 orang itu kini sudah mereka satukan, 5 meja dibuat berdempetan. Dan kini 5 pasang orang bisa saling berhadapan.

Di bangku itu sudah ada teman nya yang lain, bernama Yechan dan Seeun. Ada juga tiga siswi perempuan yang sedang sibuk dengan ponselnya, Jiwoo si chubby, Danielle si bule dan Duna si gigi kelinci. Mereka hening, tak ada yang bersuara sampai keduanya ikut duduk.

"Liburan 2 Minggu yang sebelumnya di rencanain bakal jadi kan?" tanya Jiwoo sembari menaruh ponselnya.

Mereka semua telah berencana untuk menjadi relawan di sebuah rumah sakit jiwa. Semua rencana mereka terbilang ragu untuk dilakukan, karna terlalu beresiko. Apalagi dengan 2 minggu yang membuat mereka harus serba hemat untuk hidup jauh dari orangtua.

Mereka harus menjadi pendamping bagi para pasien, tapi beresiko jika mereka tidak kuat, maka mereka yang akan menjadi pasien.

Semua ide ini di cetuskan oleh Yechan, dia tak sengaja melihat poster pengumuman yang di post salah satu dokter jiwa yang bertugas di rumah sakit tersebut. Minimnya para tenaga medis membuat mereka para dokter kewalahan.

"Gue ayo aja sih, udah di ijinin juga. Kalian gimana?" Seeun membuka suara.

Mereka semua mengangguk menyetujui. Jujur saja, ini tak seburuk kelihatan nya kan? Menjadi relawan pasti akan menyenangkan dan menambah pengalaman baru. Walaupun menjadi relawan di rumah sakit jiwa, bukankah ini sangat menantang?

"Duna gausah ikut, bukannya ngebantu lu ntar jadi pasien rawat jalan." celetuk seorang siswa yang berjalan mendekati mereka.

Duna, gadis dengan gigi kelinci itu mengalihkan tatapan mata nya dengan tajam. Gadis yang sebelumnya hanya fokus dengan ponsel itu memberikan tatapan kematian pada si teman. "Apa lu? Berani lu sama gue?"

"Engga teteh, ini gue bawain mekdi hehe." cengirnya dengan memberikan kantong paperbag coklat dengan huruf M besar itu. Duna merolling ketika melihat bungkusan makanan itu di sodorkan kearahnya.

"Duna doang nih? Kita ga di kasih?" celetuk Jiwoo mencibir.

Junghwan, pria yang baru datang itu menatap jengah kearah Jiwoo. "Lu mah ga penting." jawabnya, dengan tenang duduk bersebelahan dengan Duna.

"Berarti Duna penting ya? Ciee Wawan suka sama Duna." ejek Danielle.

Duna jengah dengan orang di sampingnya itu langsung saja memasukkan kentang goreng ke dalam mulutnya. Para siswa laki-laki itu hanya menggeleng maklum dengan sifat bar-bar teman perempuan nya itu. Ini baru bertiga, ada dua lagi yang belum datang.

"Bacot bener dah, makan tuh kentang." Duna memang memiliki kepribadian yang sangat datar, jokes teman kelompok nya tidak ada yang masuk padanya.

Dia menyimpan paperbag makanan itu di tengah-tengah mereka, dia hanya mengambil cola saja. "Itu makanan nya banyak, sabi lah buat kalian. Apalagi si Jiwoo si doyan makan." ejek Junghwan.

Jiwoo ingin sekali menjitak Junghwan, tapi apa daya pria itu yang cepat menghindar. Mereka berbincang dengan asik layaknya para remaja. Dua teman mereka yang lain juga sudah bergabung, Sua dan Zoa.

"Kita balik aja ga sih? Prepare buat besok, jangan lupa juga bawa makanan instan. Kelaparan ntar disana lupada." ucap Seeun.

"Kita mah udah siapin semua nya tau, tinggal beli makanan nya doang, ye gak na?" jawab Danielle menyenggol Duna yang berada di samping nya.

Duna mengangguk sembari mengangkat jempol.

"Ihh gue males beres-beres nya, bantuin dong~" keluh Zoa.

"Ogah!"

| TBC |

apartemen 59 [ 05z ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang