11. Kisah gelap dan terang

27 18 8
                                    

Aku ingin menghubungi Osha sekarang, mengatakan jika ada kecurigaan lain di keluarga ini dan bagaimana langkahku kepadanya, jika memang benar ada yang tidak beres, aku bisa meminta bantuannya untuk melapor kapan saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku ingin menghubungi Osha sekarang, mengatakan jika ada kecurigaan lain di keluarga ini dan bagaimana langkahku kepadanya, jika memang benar ada yang tidak beres, aku bisa meminta bantuannya untuk melapor kapan saja.

Tapi setelah kemarin malam, aku berpikir Osha masih belum bisa berkomunikasi denganku. Jika dia marah kepadaku juga aku tak masalah, karenaku juga Salonga seperti itu, bahkan aku tak dapat membantu karena lebih mementingkan misi ini.

Tapi jika aku tidak melapor apakah akan baik? Memikirkan hal ini di kamar membuatku sedikit pusing. Untung saja pemandangan dari jendela kamar ini tak terlalu buruk, kepalaku jadi lebih ringan karena pemandangannya yang lumayan indah untuk di pandang. Tak seindah pemandangan dari kamar Lexxa sih, yang membuat ingin berlama-lama di sana, tapi Lexxa menyuruhku untuk pergi ke kamar terlebih dahulu untuk beristirahat katanya.

"Jika wajahmu itu adalah permen, mungkin rasanya akan sangat asam. Kenapa dengan wajahmu itu? Kenapa masam?" Aku tak lagi terkejut dengan keberadaan Zayn tiba-tiba yang duduk di pohon depan jendela kamarku dan mengajak berbincang.

"Lalu kenapa kau kemari, huh? Bukankah seharusnya kau berkemas?" Aku balik bertanya tanpa mengubah ekspresi wajahku.

"Tempat favoritku itu biasanya dahan pohon, karena ini masih di tempat persinggahan, maka aku bertengger dulu di sini. Aku sudah berkemas tentunya, kata Atha aku perlu berpamitan ke seseorang." Aku menghela napas tak tertarik, untuk apa dia di sini? Berpamitan? Tak perlu berpamitan pun aku juga tau dia akan pergi.

"Lalu? Memangnya aku siapa?"

"Siapa ya? Teman?" Zayn tertawa dengan ucapannya sendiri, aku tetap tak berekspresi. Perasaanku tak berubah dengan ajakan obrolan Zayn yang tak jelas itu.

"Kau tidak menghubungi Osha? Kalian teman 'kan? Sama-sama perempuan lagi, kau tidak ingin mengatakan turut berduka?" Aku menyernyit dengan kalimat Zayn, turut berduka? Yang benar saja.

"Kau pikir Salonga tiada?! Yang benar saja!" Zayn hanya tersenyum hendak tertawa karena ucapanku, apanya yang lucu? Laki-laki ini memang selalu saja menyebalkan.

"Tidak, kok. Ya seharusnya kan kau juga menyemangati temanmu itu." Aku menghela napas kasar sambil memalingkan wajah.

"Aku tak bisa, aku pikir Osha masih menyalahkanku karena aku tak bisa bertindak saat itu. Seharusnya aku sudah mengetahuinya dari awal jika aura hitam itu memiliki kandungan racun jika dilepaskan, mungkin hal semacam itu tak akan terjadi." Sebenarnya aku tak terlalu suka membagikan masalah perasaanku, namun mungkin aku perlu membaginya kepada Zayn, kadang dia punya jawabannya sendiri.

"Aku pikir tidak seperti itu, Osha itu temanmu, dia pasti mengerti. Masalah kau tak tau racun dari Lexxa itu wajar untuk Osha, Osha juga belum terlalu tau, 'kan?" Aku mendongak menatap Zayn. Terkadang walaupun menyebalkan, namun Zayn datang di waktu yang lumayan tepat dan memberikan solusi.

"Cobalah untuk menghubunginya, kalau perlu pun minta maaf saja kepada Osha. Aku yakin dia akan memaafkanmu, kau dan Osha itu galak kau loh, Griz." Aku melotot mendengar perkataan Zayn, Zayn yang melihatnya hanya tertawa, membuatku ikut tersenyum.

KELASteam_pemburu Book 2 of pemburuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang