O2

214 30 4
                                    

Suasana di kelas terbilang cukup ramai karena kegiatan belajar mengajar belum berlangsung se-intens hari biasa, dikarenakan ini adalah hari pertama memasuki semester baru.

Biru memilih meletakkan kepalanya di atas lipatan tangannya. Ia begitu mengantuk karena tak bisa tidur semalam.

Hembusan angin yang masuk dari jendela membuat Biru semakin nyaman memasuki dunia mimpi tanpa tahu jika kini Rayyan tengah duduk di hadapannya.

Sebenarnya mereka berada di kelas yang berbeda, hanya saja Rayyan memang sering mendatangi Biru jika memiliki sela waktu, seperti sekarang ini.

Awalnya Rayyan berniat mengajak Biru untuk makan siang dikantin, tetapi melihat temannya sekarang, sepertinya bocah dihadapannya itu tidak tidur semalam.

Bukan rahasia lagi, mengingat mereka telah berteman sejak kecil. Rayyan tahu dengan pasti apa saja kebiasaan yang di lakukan oleh temannya itu.

Biru tumbuh besar dengan kasih sayang berlimpah dari sang ayah. Mungkin semua yang di inginkan oleh Biru bisa dengan mudah di dapatkannya. Begitulah ayah Biru menjaga anak semata wayangnya, terlebih Biru sudah tidak mempunyai seorang ibu yang bisa memberikan kasih sayang kepadanya.

Rayyan yang sudah berteman dengan Biru sejak lama memiliki rasa untuk bisa melindungi temannya ini, meskipun tanpa Rayyan, mungkin Biru juga bisa melindungi dirinya sendiri.

Sejauh ini Biru tumbuh selayaknya remaja pada umumnya. Akan tetapi ada satu hal yang tidak Rayyan suka dari Biru.

Temannya ini suka sekali dengan dunia malam yang penuh dengan hingar-bingar, yang mana itu adalah hal yang sangat melenceng dari prinsip hidup Rayyan.

Biru suka datang ke pub, balapan liar dan datang ke tempat-tempat yang menurut Rayyan sangat berbahaya. Sebetulnya hal ini sering menjadi alasan pertengkaran bagi keduanya.

Karena balik lagi, entah sudah berapa kali Rayyan mencoba untuk menasehati atau bahkan melarang Biru untuk datang ke tempat-tempat seperti itu, nyatanya Biru tetap bebal.

Biru memang sering ditinggal di rumah sendiri karena ayahnya lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja. Dan dengan alasan itu, Biru pernah berkata jika dirinya lebih suka mencari kesibukan di luar dari pada diam di rumah.

Rayyan kembali menatap temannya tersebut, mencoba untuk membangunkan Biru, karena ia tahu jika tadi pagi pasti Biru melewatkan sarapan, jadi ia ingin membangunkan temannya itu untuk kemudian ia ajak makan.

OoO

Biru merasa nyaman saat hembusan angin dengan lembut menerpa wajahnya. Ia menikmati waktu yang mulai berlalu dengan perasaan tenang.

Sebenarnya ia mewanti-wanti karena akhir-akhir ini hidupnya terasa begitu nyaman. Ia takut, jika perasaan tenang yang akhir-akhir ini ia rasakan akan segera berakhir.

Tidur Biru terusik saat merasakan usakan lembut di kepalanya, membuatnya mengerang.

"Bangun...ayo kita makan siang bareng."

Meskipun kedua kelopak matanya masih tertutup, tapi Biru tahu dengan pasti siapa pemilik suara itu.

"Gue hitung satu sampai tiga kalau enggak bangun bakal gue seret!" Ancam Rayyan, akan tetapi Biru benar-benar masih ingin tidur sekarang.

"Satu.."

Mendengar Rayyan yang mulai berhitung membuat Biru mendecakkan lidahnya.

"Du—"

"Lo aja sana, gue masih ngantuk Ray.." Rengek Biru.

"Enggak, lo udah skip sarapan, masa sekarang mau skip makan siang juga? Enggak kasihan sama perut lo?!"

"Ayo bangun, makan dulu nanti lanjut tidur lagi."

Tapi bukannya bangun, Biru malah semakin merapatkan kelopak matanya.

Mungkin hampir selama sepuluh menit hanya hening disana, membuat Biru berpikir jika Rayyan sudah pergi.

Memikirkan itu membuat Biru menyamankan posisinya untuk kembali tidur. Tetapi siapa sangka suara Rayyan kembali terdengar dan menggagalkan niat Biru.

"Buka mulut lo!" Ucap Rayyan.

Dengan setengah sadar karena saking mengantuknya, Biru hanya menurut dan membuka mulutnya. Rasa manis adalah apa yang pertama kali indra pengecap Biru rasakan.

Ternyata tadi Rayyan pergi sebentar ke kantin untuk membelikan Biru roti dan juga air mineral.

Rayyan terus menyuapi Biru, bahkan kadang ia harus menyadarkan Biru yang hampir terlelap hingga lupa mengunyah makanannya. Hal tersebut terus ia ulang, hingga satu bungkus roti pun habis.

Setelahnya Rayyan pun membantu Biru untuk minum barulah ia membiarkan Biru kembali tidur, sedangkan ia beranjak untuk kembali ke kelasnya.

OoO

Bel pulang sekolah telah berbunyi sejak lima menit yang lalu, dan Biru kini tengah berjalan ringan menuju tempat parkir dimana motornya berada.

Berbeda dengan Rayyan yang memilih membawa mobil ke sekolah, Biru lebih suka ke sekolah dengan membawa motor. Bukan berarti Biru tak memiliki mobil, hanya saja Biru malas menggunakan mobil untuk pergi kemana-mana.

"Langsung pulang, kan?" Tanya seseorang yang tiba-tiba muncul di sampingnya.

Ya, siapa lagi kalau bukan Rayyan. Biru hanya memiliki sedikit teman di sekolahnya, jadilah ia sering terlihat bersama dengan Rayyan setiap saat.

"Gue mau ke tongkrongan bentar." balas Biru dengan suara pelan, karena ia tahu jika Rayyan pasti tak suka dengan hal itu.

"Lagi? Bukannya semalam udah?"

Perkataan Rayyan membuat Biru terkejut, pasalnya semalam Biru tidak memberi tahu Rayyan jika dirinya pergi keluar dan baru pulang saat subuh.

"Lo tahu dari mana, kalau gue semalem ke tongkrongan?" Tanya Biru membuat Rayyan menghela nafasnya.

"Dengan lo yang tadi tidur di kelas pun gue udah tahu kalau semalam mesti lo nggak tidur dan pergi ngelayap." Ucap Rayyan dengan nada terkesan sinis.

Biru hanya merengut mendengar sinisan Rayyan tersebut. Mereka berjalan dan sesampainya di parkiran keduanya harus berpisah karena letak parkir mobil berbeda dengan area parkir motor.

"Yaudah kalau lo mau kesana, tapi sebentar aja, enggak usah lama-lama dan cepet pulang. Lo butuh istirahat lagi, lihat kantung mata lo udah hitam banget itu."

Biru yang mendengar itu sebenarnya merasa kesal karena Rayyan yang berkomentar tentang kantung matanya.

"Iya...iya, gue bentar doang. Cuma mau ngecek anak-anak."

"Ya udah hati-hati, gue balik duluan." Pamit Rayyan dan berjalan menuju mobilnya.

Setelah Rayyan pergi, Biru pun segera naik keatas motornya dan mengenakan helm sebelum kemudian memacu motor sport miliknya keluar dari area sekolah.





TBC

[ Y o u t h ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang