O5

184 26 4
                                    

Samudra tersenyum tipis saat melihat orang yang tak sengaja ia tabrak beberapa hari yang lalu itu kini bersikap seolah tak mengenalnya.

Tapi ada hal aneh, Samudra tampak menikmati raut wajah terkejut pemuda itu meskipun hanya sebentar.

"Mau ke kantin sekarang?"

Terdengar suara dari arah belakang. Sebenarnya Samudra enggan untuk keluar dari kelas, karena para murid perempuan yang membuatnya merasa kesal bahkan dari hari pertama ia menginjakkan kaki di sekolah ini.

"Lo enggak keluar?" Tanya Rayyan sang ketua kelas kepada Samudra.

"Iya, gue mau keluar." Jawab Samudra singkat.

Rayyan dan teman-temannya itupun berlalu terlebih dahulu. Sedangkan Samudra berjalan tak jauh di belakang mereka.

"Singkirin tangan lo Maximillan!!" Ucapan pemuda yang tampak lebih pendek karena diapit oleh Rayyan dan Maximillan. Raut wajahnya tampak kesal karena teman sekelasnya yang bernama Maximillan kini merangkul bahunya.

"Kenapa sih Biru? Nanti Max traktir deh."

"Gak butuh! lo kira gue enggak ada duit apa?!" Balas Biru dengan kesal.

"Max, lepasin." Kini terdengar Rayyan yang menengahi mereka.

"Ck...enggak seru lo, Yan!" Kesal Max dan mendapat acungan jari tengah dari Biru.

Melihat hal itu Samudra hanya terkekeh ringan, ia jadi kembali mengingat beberapa hari yang lalu ketika bertemu dengan Biru. Wajah berapi-api milik Biru adalah hal yang menyenangkan untuk dilihat. Dan sepertinya sekarang ia harus membiasakan diri dengan itu.



OoO



"Beneran enggak apa-apa gue tinggal?" Tanya Rayyan lagi kepada Biru.

Bel pulang sekolah telah berbunyi dan kini Rayyan dan Biru sedang berjalan berdampingan.

"Iya enggak apa-apa, kan udah berulang kali gue jawab, Ayah masih ada rapat bentar. Tadi bilangnya lima menit lagi otw." Kata Biru.

Sebenarnya Rayyan merasa enggan untuk meninggalkan Biru sendiri, akan tetapi ia harus segera menjemput Mamanya di rumah sakit.

"Udah sana, tante pasti udah nungguin!!" Usir Biru sambil mendorong tubuh Rayyan.

"Yaudah tapi nanti kabarin kalau udah sampai rumah!" Kata Rayyan dan dibalas anggukan oleh Biru.

Setelah kepergian Rayyan, Biru memilih duduk di bangku yang terletak tak jauh dari pos satpam sambil menunggu sang ayah ia pun memainkan game di ponselnya.

Saat sedang asik memainkan gamenya, kegiatannya terhenti ketika mendapati sebuah panggilan masuk.

"Halo, ayah dimana? Masih lama rapatnya?" Tanya Biru.

"Nak, maafin ayah. Ayah enggak bisa jemput soalnya ada kecelakaan di proyek milik ayah. Jadi ini ayah udah di pesawat mau berangkat ke Jepang.."

Mendengar hal itu Biru pun memelototkan bola matanya. Bisa-bisanya ayahnya itu membuatnya menunggu dan berakhir malah ditinggal.

"AH AYAH TUH...kenapa enggak ngabarin dari tadi? Padahal tadi bilangnya masih rapat." Kesal Biru.

"Ya maaf, ayah kira cuma rapat bentar enggak tahu kalau bakal ada kejadian kayak gini. Maaf ya nak, gini-gini juga buat beliin mainan sama menuhin gaya hidup kamu yang mahal itu."

[ Y o u t h ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang