O7

159 17 2
                                    



"BERISIK LO BAJINGAN!!" Marah Beno sambil melayangkan bogeman kearah Rayyan.

Semua siswa disana memekik terkejut kala mendapati Rayyan yang dipukul hingga tersungkur. Max yang melihat itupun mengumpat dan segera bangkit untuk membantu Rayyan berdiri.

"Si bangsat ini emang dari awal udah enggak bener!!" Kesal Max yang hendak melayangkan tinju kearah Beno tetapi ditahan oleh Rayyan.

Tatapan Rayyan seketika terhenti pada seseorang yang kini berjalan mendekat kearah mereka.

"Heh! lo mending pergi sekarang, dan gue enggak bakal merpermasalahin yang barusan!!" Ucap Rayyan yang kini menyuruh Beno pergi.

Beno yang mendengar itupun mendecih karena beranggapan bahwa Rayyan tak berani melawannya.
"Kenapa? Banci lo enggak berani berantem?!!"

"Pergi selama masih ada kesempatan, sebelum lo nyese—"

BUGHH..

Tubuh Beno tersungkur hingga membentur salah satu meja setelah mendapat sebuah tendangan dari arah belakangnya.

Bahkan Rayyan belum selesai dengan kalimat yang ia ucapkan ketika mendapati Beno yang kini sudah lebih dulu tersungkur tak jauh darinya. 

"LO APA-APAAN ANJI—" ucapan Beno terputus kala sebuah bogeman menghantam wajahnya dengan keras.

"Berani-beraninya lo mukul Rayyan!! BAJINGANN!!" Maki Biru sambil kembali membogem Beno yang kini melindungi wajahnya dengan kedua tangannya.

Rayyan yang disana segera menghampiri mereka dan menarik Biru dari atas tubuh Beno.

"SIALAN!! SINI LO GUE HAJAR SAMPE MAMPUS. BAJINGAN GILAA—" teriak Biru menyumpah serapahi Beno yang terkapar tak berdaya di atas lantai dengan keadaan yang tampak kacau.

Setelah kepergian Rayyan yang membawa paksa Biru menjauh dari kantin, para siswa mulai duduk kembali ke meja mereka, sedangkan Beno kini di bopong oleh beberapa temannya menuju ruang kesehatan.

Bahkan setelah kejadian yang menggemparkan kantin itu, Edgar tampak berjalan ringan kembali dengan nampan di tangannya.

"Ada apa?" Tanyanya kelewat santai.

"Anjing! Makanya jangan sibuk antri batagor, lo enggak tau aja ada huru-hara gede tadi!!" Oceh Max sambil mengambil alih makanannya.

"Lah gue lama gara-gara ngantri pesenan lo ya bangsat!!" Balas Edgar dan saat melihat ke meja mereka, ia tidak mendapati Rayyan disana.

"Rayyan kemana?"

"Nenangin Biru paling,"

"Tadi Rayyan kena bogem sama Beno, entah gimana Biru ada di kantin dan lo tau lah gimana kelanjutannya." Jelas Max yang kini mulai menyendok makanannya.

"Jangan kaget, Dra. Disini emang kadang ada bentrok kecil, dan Biru engga sebengis itu sebenernya kalo engga diusik duluan atau ada yang ngusik Rayyan." Ucap Edgar, karena takut Samudra menjadi tak betah berada di sekolah barunya ini. 

Sejak keributan tadi terjadi, Samudra memilih untuk diam dan mengamati sekitar serta tak berniat untuk ikut campur dengan keributan yang terjadi antara Rayyan dan Beno. Akan tetapi segalanya menjadi lain, ketika mendapati pemuda yang lebih kecil darinya itu dengan bengis menghabisi lawan yang bertubuh lebih besar. Samudra kini dibuat penasaran dengan hal menarik apalagi yang akan Biru lakukan ke depannya, karena sepertinya akan sangat menyenangkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[ Y o u t h ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang